Minggu, 23 Maret 2014

sepasang mata dalam lukisan seraut wajah

air matanya biru. setiap kali ia menangis, wajahnya terlihat seolah olah dihinggapi sebutir pecahan langit musim semi. ketika matahari berseri ramah, daun dan kuncup bunga bermunculan dari balik rambutnya yang berwarna tanah. aku menatapnya, berharap kesedihan atau kebahagiaan sangat mengusiknya, memerihkan matanya. lama dan sabar, kunanti air mengalir dari sepasang mata kering kelabu keunguan. semburat jingga pada pipinya secantik senja. kutunggu, mungkin kelak sesuatu akan mencairkan air matanya yang beku*