Jumat, 29 Agustus 2014

hujan lampu

kalau cinta tidak bertelinga. kelinci atau gajahkah yang mendengarku. lancang bilang padamu, arak menyerah, tak mampi memisahkan kau dan aku. benar, kau dan aku, bukan kita yang pecah, yang terdengar serupa kata*

jari

cinta tidak membunuh siapa siapa. dia sengaja menyerang, memancing peperangan. kuda yang menang. penunggangnya jadi pahlawan setelah menyia nyiakan kehidupan.
semakin dekat, semakin pekat, jalan sesat. kopi, sigaret dan pengangguran. peng anggur an. hahaha. kata kata mempermainkan bahasa.
masih siang sayang. masih terang, masih tajam. bisakah mata menemukan lima perbedaan antara kunang kunang dan bintang bersayap.
kenapa lima. kenapa tanya. kenapa tidak.
wah*

lonceng angin

yang patut dibenci adalah rasa. karena dia sok kuasa. rasa sedih, rasa senang, berlagak sanggup mengubah dunia. dunia siapa. siapa hayo. ngaku. bukan aku. aku cuma kutu buku. kutunya buku. apakah ada kutu membaca buku. tak ada yang tahu. buku buku juga tak tahu apakah dia dibaca kutu. kenapa harus tahu. kotak putih, halus, lembut. tahu. aku tahu. mentah dan basah, murah meriah, sehat dan merakyat. siapa tak tahu rasa tahu, pantas dituduh terlalu. terlalu ragu, terlalu malu, terlalu bermutu untuk menikmati tahu. kurasa begitu. kurasa begitu. begitu berkuasa begitu berpuasa begitu bermuara.
ingatkah kau waktu itu segalanya masih sederhana. sebelum gerhana. sebelum senandung nanananana. sebelum mengendalikan jalan. sebelum hujan payung, setelah setengah menelan, segalanya terbelah. berlarian mencari celah.
jangan mulai menuliskan kata kata rumit, basi. pernahkah kaubayangkan kita duduk bersama, mengobrol lama, hingga akhirnya tiada. akhirnya tiada. bukan tiada akhir.
jam berapa. jamilah kurang semok.
es krim bahasa planetnya gelato.
ngono yo ngono ning ojo ngono.
ga pantas, kebagusan.
berhenti nggosip, atau mau dikutuk jadi hansip.
macam ikan teri, mati gantung diri di ranting sirih.
menyerahlah, seperti arak, tak sanggup bikin mabuk perempuan kecil penyayang binatang.
tak ada perempuan secantik pohon.
ibarat orang dungu bertukar ilmu.
suatu hari di bukit yang teduh, kita bermain main. memetik jamur di sela rumput, merah berbintik putih. kenapa tak ada kucing atau anjing berbulu merah. kenapa tikus tikus berderit. kenapa namanya kue semprit. pritt. ingatkah kau jurit malam, berkalung peluit, mendaki bukit, jika bertemu bahaya tiup pekuit. pritt, persis tukang parkir. lantas tertawa, berkelakar, apa artinya nalar. berpelukan hanya dan hanya jika menggunakan tangan dengan benar.
batu bukan gedung, tak bakal runtuh. setetes air bukan laut, tak pernah surut.
siapakah kau, yang berkata tanpa kata, melihat tanpa mata, beserta semua tanpa yang selalu kubawa di tiap langkah. baiklah, akan kukatakan, aku senang. hidup itu indah, sebelum mati. setelah mati, apa lagi*

Kamis, 28 Agustus 2014

tanya jawab

apa kau percaya.
apa kau percaya aku percaya.
lalu kita mencatat setiap lupa. mengingatnya dengan sungguh sungguh. menghapalnya seakan menjelang ujian.
maukah kaubuatkan soal.
aku punya kunci jawaban.
pintu hati yang mana pernah terkunci.
sudah berapa sloki.
sudah terasa perih.
tapi kesadaran berkeras hati.
menyerahlah.
sudah.
pasrah.
entah.
bersandarlah.
pada apa.
kesia siaan.
seperti kehidupan.
seperti kematian.
seperti harapan.
seperti segala yang kaukira dapat kauabaikan ketika menemukan kebahagiaan.
seperti kesalahan.
seperti kesengajaan.
seperti arak. arak.
bukan seperti arak. tapi arak. enak.
alamak*

setelah warna tak bernama

ini yang kurindukan, getar hangat di ujung jari. denting bersuara hening. lompatan jarum dari angka ke angka kehilangan makna. tepat sekali. karena kita menciptakan surga, memaksanya mencemari darah. supaya merah muda, serupa warna gula kapas. betapa nadiku akan tertawa geli, ketika serabut serabut manis berwarna lembut mengalir. jantungku jadi bening, kutemukan kau sedang mengayunkan lengan, melambaikan tangan. tak ada yang kaubawa, selain kerinduan*

laporan

aku punya 2014 sebab mencintaimu. ya, sebnayak tahun masehi. sebab tak ada satupun alasan tahun depan tak jadi tahun 2015. aku cuma bisa minum. kau yang bikin mabuk. sudah takdir untuk setiap kata yang kuketik salah. masa aku kalah sama kata, tak dapat menerima cinta apa adanya*

Rabu, 27 Agustus 2014

patahan benang

perubahan membosankan. terjadi setiap saat. lagu buruk, putus putus pula. seperti sinyal internet dalam paket paling hemat. perubahan juga memuakkan. diam jadi ribut. ribut jadi tenang. tenang jadi melayang. melayang jadi terbang. terbang jadi terjengkang. semua cepat. hilang sebelum sempat dihayati. perubahan besar sangat membosankan, melahap segenap kesadaran, menelan bulat bulat. seperti minum obat. yang tidak sakit tak perlu mencari kesembuhan, berharap pada sesuatu yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan terburu buru.
hei arak, jangan segera meluncur ke pencernaan, nikmatilah rongga mulut, kenyal lidah, bau liur, gema dan gelap kerongkongan. mengalirlah pelan, nikmati perjalananmu. tubuhku penuh saluran berliku, sempatkan tersesat sejenak. beberapa tempat tak terbayangkan dapat kautemui, aku berharap aku tidak menikmati kau sendiri. kau dan aku dapat berbagi, kemesrasaan, ketidaktahuan, keraguan. kapan akan bosan. bagian mana paling berkesan.
hei asap. jangan sok hebat karena sanggup menghilang tanpa jejak.
sekarang genap. mempertanyakan keseimbangan. mendarat di dasar jurang. yang tidak mengerti diberkati. yang tidak paham tidak tenggelam. yang tidak peduli tidak menggali. baru dua sloki, warnanya sangat jernih.
dia pasrah, sama sekali tidak membantah, dituduh sebagai biang keladi banyak keonaran.
daun telinga sebelum melekat pada ke dua sisi wajah manusia tentu bahagia, tumbuh pada dahan dahan mendekati cahaya, belajar fotosintesa.
lidah lebih indah jika tak harus mendekam dalam rongga mulut manusia. menyala, menari riang, bermain warna, menari, menebar kehangatan, menggambar bayang bayang.
kata kata, boleh berbangga, setelah menghasilkan makna ganda. oh lantai kamar, siapa mengubahku menjadi peracau tak tahu malu.
untuk apa semua ini. bukankah besok pagi aku tidak dibutuhkan lagi. kurancang saat saat terindah adalah abadi, tanpa karat. benarkah manusia butuh semulia logam. sekalipun berharga, sekalipun bernilai, tak pernah semanis permen yang padat sebentar kemudian lumer.
perubahan membosankan. terjadi setiap saat. kalau sakit jangan minum obat. sloki ketiga. untuk merayakan kehidupan, lubang jalan, patah hati. sebatang ranting menatap dari balik jendela, menggelengkan daunnya beberapa kali. tak ada kesendirian di muka bumi.
akal bulus pernah kukira akal seekor kancil, cerdik. ada yang bilang, bulus sejenis kura kura. hingga detik ini, aku belum tahu mana yang salah. karena arakkah, atau sikap kekanakan , mengacuhkan kebenaran. manusia manusia kecil doyan makan, tidak pernah menderita kekenyangan. sloko keempatkah yang bertanya, atau aku yang membosankan, kapankah kesadaran hilang. aku tidak sabar untuk tidak sadar. untuk membosankan, untuk dilupakan, untuk hilang. kau saja memenuhi ruang. kau saja. kau*

tangled

sssttt...aku sedang berkhayal. betapa nikmatnya jadi sebutir batu yang tersandung kakimu. betapa riangnya jadi selembar daun kering saat melayang ringan, jatuh di pundakmu. betapa wanginya jadi sekuntum bunga bila terhirup nafasmu. betapa sejuknya jadi sebutir gerimis waktu terjatuh di keningmu..
setengah bermimpi, aku menanti, kau lewati, kau tepiskan, kau petik, kau usap. langkahmu tegap. gerak tanganmu selaras. jantungku berdegup keras, darahku mengalir deras. padahal cuma berkhayal.
setengah sadar, kubisikkan, kenyataannya pasti lebih tak masuk akal, macam tahi ayam rasa coklat*

Selasa, 26 Agustus 2014

sesuap coklat

ini aku. bukan anggur atau arak. bukan dewi atau bidadari. ini cuma aku, mabuk dan terpikat padamu. kau itu, tak tahu atau tak mau tahu, apa peduliku pada kepedulianmu.
ini aku. sepotong yang lumer di lidahmu. hanya di lidahmu, aku manis, lembut, hangat. kau, riang dan bersemangat, kunikmati saat kau menelanku.
ini aku. bukan siapapun yang meragukanmu kehendakmu, bukan seseorang yang mempertanyakan kebutuhanmu. kau ingat atau lupa, aku ada di mana mana*

jail

matahari jangan muram, aku sedang senang. jangan pula bertanya kenapa aku senang. aku tak tahu. kesenangan datang padaku. aku tak memanggilnya, tak mengejarnya, tak menangkapnya, tak menyentuhnya, tak menggenggamnya. begitu saja kesenangan datang. kuduga kesenangan baru bertemu denganmu, belajar meniru caramu menyayangiku. kesenangan melakukannya dengan sungguh sungguh, belajar merengkuhku serupa mendung. kugerakkan kepalaku, kuayunkan rambutku, kukedipkan sebelah mataku, kurekahkan bibirku, kuharap kesenangan tahu aku tersipu malu tiap kali teringat kau colek pipiku. aku senang kau mengejekku, ciee...pasti mikirin aku*

*

eksperimen mental. menenggak sebotol kosong air mineral. mungkin salah, caraku menuliskannya. mungkin seharusnya, menenggak sebuah botol air mineral kosong. terserah. setiap orang boleh berkomentar tentang caraku mengatakannya. yang lebih menarik adalah komentar setiap orang yang melihatku saat mengerjakan percobaan mental. menenggak botol kosong, sengaja dikerjakan di saat ada yang memandang. bisa di dalam angkot, atau di tempat umum, pokoknya saat tidak sendirian dan ada peluang dilihat jelas oleh beberapa orang, diperhatikan.
pada mulanya mereka tidak menyadari botolnya kosong. setelah sesaat melihat, mereka akan mulai merasa ada yang salah. ketika benar benar sadar sedang melihat seseorang menenggak botol kosong, mereka meragukan pandangannya. akhirnya menyerah dan percaya, menyimpulkan ada yang salah pada seorang manusia, pikiran, perbuatan, kekosongan dalam sebuah botol. jika dilakukan dengan santai dan percaya diri, aku berani bertaruh tak ada yang segera menduga bahwa seorang manusia sedang berulah, sedang melakukan percobaan. hanya ada yang salah.
terima kasih untuk botol plastik yang tak tahu malu. yang pasrah pada kehendakku. berkat kau, aku terhibur. mendapat perhatian, menikmati sensasi, semua gratis. kehausan bukan keharusan, minum bukan air.
alangkah menakjubkan bila percobaannya, menenggak boto kosong, dapat kulakukan di padang pasir, saat sendirian, kepanasan dan dehidrasi. menggoda, mengusili, mempermainkan, menjadikan obyek percobaan, hingga membodohi orang lain, sangat berbeda dengan mengerjakannya pada diri sendiri. kenyataannya dapat tambah sulit sesudah terpikir, padang pasir tidak bermental paus atau plankton. padang pasir tidak bermental sama sekali, maka eksperimen mental tidak mempan atau gagal total dilakukan padanya. lagi lagi menakjubkan, menyadari manusia dapat lebih tidak stabil dibanding butiran pasir.
eksperimen mental berhasil. kekosongan dalam botol plastik mirip air, tidak sama persis, hanya mirip, tak berasa, tak berbau, bening, jernih. bedanya, tidak cair, tidak mengalir, tidak membasahi apa apa, tak mengisi atau mengosongkan apapun. mudah, aman, iseng, layak dikerjakan untuk mengendalikan kegilaan akibat tergila gila pada kekosongan, di dalam maupun di luar botol*

Minggu, 24 Agustus 2014

mataair

aku tak akan berenang kalau bisa terbang. sesaat kemudian aku menyelam, menemukan kenyataan. senang sekali menenggelamkan diri ke dalam kolam. ke dalam pelukan yang sanggup menampung segenap warna yang berserakan di angkasa.
langit berenang karena aku tak bisa terbang*

matasapu

menyapu bikin trenyuh. mendengarkan debu, patahan karet gelang, serpihan kertas, kenapa kausingkirkan.
mereka tersapu, tidak mengeluh, dengan tenang bersuara, kami hanya bertanya.
tak sampai hati mengatakan mereka pantas menghilang, aku bertanya, untuk apa kautanyakan.
untuk mengalihkan perhatianmu, dari letih dan jenuh.
sapu terharu melihat kegigihan penyapu menyingkirkan masa lalu, ketulusan sesuatu menyayangi waktu.
dua kali sehari, lantai mengamati seraut wajah belepotan rindu*

*

untuk apa susah payah berjuang. aku sudah menang. kalimat andalan saat tak ada peluang, untuk pecundang
aku memang pecundang saat berkata, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
bego betul, kenapa manusia harus bicara. padahal paham bahwa, semua kebenaran pasti salah. diam itu indah, kebodohan itu indah. seperti sajak, gambar, patung, gunung, teluk, air terjun. gemuruhnya tidak mengandalkan kata kata atau bahasa. kicau burung bukan bahasa burung, tapi suara burung.
manusia sebaiknya belajar bersuara merdu, bukan bicara, tidak pakai kata.
manusia didera kata kata, apakah ada yang begitu putus asa selain aku, apakah ada yang lebih bahagia dan sempurna selain aku, kalau kukatakan, dapat menghancurkan semua keindahan yang kupunya, seperti yang terjadi pada setiap manusia yang sedang bicara. untukmu, jangan dengar kata kataku, jangan peduli bicaraku, nikmati saja suaraku kalau mau. diam diam macam suara alam*

kuncup

hanya ada aku, duduk manis, berdiri tegak, tidak paham. ternyata ada jam, kutemukan setelah aku berdentang. lalu pintu, mengetuk ngetuk jidatku. di atas lantai, yang tak pernah putus asa mengajakku melangkah. hanya di dalam ruang, beratap tinggi, dindingnya mencuri dengar semua yang telah kutelan.
lidahku mestinya membakar diri, mengundang piring, pisau dan garpu, mencantumkan namaku pada daftar menu.
ruang tunggu, sebenarnya tidak sedang menunggu. ruang rindu, sebanarnya tidak bertemu.
bau bahasa hidung, kaku bahasa tubuh. rahasiakan kebaikan, kata tangan kanan. jangalah kebersihan, kata tangan kiri. tak kenal maka tak sayang, alasan angan angan.
tiktok tiktok. titik titik berdebar satiap kali terhubung, demi sebuah gambar. bisa apa atau siapa saja. bahasa bunga tak takut layu. hanya ada waktu, mengalir, mencairkan tanah, tidak mengenal. menemukan matahari di atas tengah hari.sibuk menggambar bayang bayang. pendek dan hitam*

lalu lalang

aku ingin pulang, pada keutuhan, pada permukaan.
tapi kau adalah sebuah lubang.
apakah sebuah lubang tak boleh ingin pulang.
kau akan kehilangan kedalaman.
apa artinya sebuah kedalaman, cuma kekosongan..
tanpa kekosongan, jika tak lagi dalam, kau bukan lubang.
apa hebatnya menjadi lubang, aku ingin bisa pulang, seperti semua orang.
lubang dapat memerangkap orang.
orang dapat menggali dan menimbun lubang sesukanya.
kau lubang, bukan orang, tak butuh pulang.
kau orang, bisa pulang, tak butuh lubang.
siapa bilang.
tanya saja pada ruang dan terang.
mereka bisanya diam.
mungkin tanaman lebih paham tentang orang, juga lubang.
tanaman juga diam.
coba bicara dengan binatang.
binatang sibuk membuat sarang.
ah, kalau tuhan.
tuhan belum datang.
atau, jangan jangan tuhan sudah pulang.
hush, tuhan tidak sama dengan orang.
bagaimana kau tahu, kau lubang.
kudengar dari perkataan orang*

atas nama bahasa



Malam tolol. Dia diam saja menyaksikan keganjilan demi keganjilan berbaris. Menggenapkan risau. Malam memang tolol, tak dapat memahami bahasaku, padahal sudah kubuat buruk. Tak mungkin lebih buruk dari yang buruk. Aku teringat bangunan bertingkat, masing masing lantainya dihubungkan dengan tangga yang mesti diinjak setiap anaknya agar tiba di tempat lebih atas. Keburukan boleh bertingkat asal ada yang mau terus terang mengatakan, anak anak siapa bakal terinjak injak saat ada seseorang berniat naik pangkat. Mungkin lampu, dia membanggakan dirinya terang terus. Tak ada larangan mendorong kenyataan. Terjatun dari balkon tingkat berepapaun kenyataan tak bakal hancur, memarpun tidak. Dia tidak memakai tubuh, tidak dapat pecah, kebal, tak pernah merasakan sakit, tak bakal terluka dan terbuka.

“Sepuluh, Sembilan, delapan, tujuh, empat.” Ahh, aku salah hitung. Akan kuulang, “Sepuluh, Sembilan, tujuh, delapan.” Lagi lagi salah. Jangan menyerah,”Sepuluh, Sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, dua>” Sial! Kali ini tak boleh salah, Sepuluh, Sembilan, tiga,” Keterlaluan. Aku memaki lidahku. Lantas menghibur diri, menghitung mundar tidak segampang memetik daun kelor. Ini pasti isyarat dari dalam tanah, belum saatnya aku ke sana.

Kalau memiliki lidah, silet pasti melet. Kuletakkan sembarangan di atas meja. Sedikit terpelanting. Tidak usah menyesal tidak jadi menikmati seutas nadi.

Dan di luar sana, tiang lampu berdiri berjajar sepanjang jalan, serempak menunduk lesu. Cahaya lampu terulur, tidak terjatuh, menerangi jalan jalan, langkah langkah, bayang bayang. Menciptakan atau menemukan. Ada ada saja. Ada ada saja. Ada ada saja. Dan ada ada saja. Semuanya sedang sepakat mengada ada. Aku mengada ada maka aku ada. Lucunya, mereka memberiku nama Ida. Tapi menunjuk nunjuk ke arahku, sambil saling berbisik, dia, dia, dia.

“Aku Ida, bukan Dia. Aku tak kenal Dia.” Aku selalu mengatakan hal yang sama setiap kali merasa bersalah.

Rasa bersalah, membuat siapa saja jadi serba salah. Ada dia, menciptakan keliamt kalimat yang kutemukan saat aku mengorek ngorek sampah. Keranjang sampah bangga menjadi betina, penuh rahasia, berbagi rejeki dengan orang orang kecil, menyelenggarakan pesta untuk bangsa lalat, menguarkan aroma khas yang sulit diabaikan. Tapi keranjang sampah tak punya nama, tak ada yang menyebut dia ketika menuding ke arahnya.

Ada yang memperhatikan dia. Diam diam. Berencana menabraknya seolah tanpa sengaja. Pelan pelan. Demi menciptakan atau menemukan alasan untuk menangkapnya saat dia terhuyung. Mencegahnya terjatuh. Dia akan dipeluk erat erat, dihirup dalam dalam. Dia mungkin terkejut, kehilangan keseimbangan. Dia pasrah, menyerah, memilih menghempaskan tubuhnya kepada rasa aman, seakan akan sukarela ditangkap. Kesengajaan mengerti betapa membosankan perumpamaan, betapa pahit kesembuhan, betapa rumit keterikatan. Dunia penuh sihir, tangannya gemetar menggenggam takdir.

“Dia belum selesai mengerjakan pekerjaan rumah.” Kata bocah bocah ketika guru mencari tahu apa sebabnya Ida tak masuk sekolah. Tak ada masa lalu hanya berlaku untuk buku. Semakin kumal semakin tajam mengasah akal. Perasaannya berkata, dia sudah besar mendengar tangannya gemetar.

Angankan saja, angka menggunakan kekuasaannya dengan membabi buta. Sewenang wenang berjalan di depan, ke depan, menyeret nyeret dia menemukan Ida. Sementara Ida terpaku pada segala yang ada, ada segalanya, mengarah ke arahnya, memohon, mendesaknya menciptakan dia. Apa adanya. Ada apanya. Ada ada saja. Ada saja ada.

Terbatuk batuk, rasa gatal di dalam leher menelanku. Bulat bulat. Serupa katak menelan seekor lalat. “Masih siang.” Dia memahami kehangatan, masih siang, terdengar serupa, tidurlah lagi.

Namun dia, Ida enggan memejamkan mata. Dia kehabisan mimpi. Tak ada penjual mimpi di siang hari. Hari gini, segalanya harus beli. Jejak liurnya belum kering, di sudut bibir. Bantalnya hangat, menopang separuh wajahnya.

Malam tolol. Betul betul tolol. Dia menyangka siang hari. Menemukan atau menciptakan Ida, bisanya mengada ada. Ada ada saja.  Seandainya dia seorang samurai, pedangnya tentu telah kehilangan akal sejak abad ke delapan belas*

Kamis, 21 Agustus 2014

selamat perang sayang

kedamaian gemar menyamar. menjadi kesunyian atau keramaian. sembunyi dalam kamar atau berkeliaran di pasar. saat aku diam, dia menggelitik pinggang. saat aku berjalan dia mengulurkan tangan. saat kuraih dia berkelit. kedamaian usil, juga gesit, dia bergerak tanpa berpikir, bergoyang tanpa canggung, berbelit tapi tidak rumit, semrawut tapi tidak kusut. suatu ketika kutemukan dia pada seraut wajah, tertawa riang karena rambutnya sengaja kugambar berantakan. dia tahu, aku senang mengusap kepalanya, mengecak rambutnya, mendengar gema gerakan tangannya membentur kertas*

*

setiap hari full musik. macam diskotik. bising. enaknya kita harus berbisik supaya dapat saling mendengar. bicara berdekatan lebih romantis. seringkali aku iseng iseng menyusun daftar lagu yang kudengar dalam satu jam. mengagumkan, sangat mengagumkan. bahwa aku bertahan dan masih percaya bahwa setiap lagu layak dan harus kudengar. kusangka aku manusia paling tabah sedunia, dan prasangka seringkali salah. sebenarnya, aku ikut berdendang, tertawa mendengar syair syair luar biasa. siapa dulu penciptanya. bukan lagu, tapi orangnya, pencipta lagunya, penyanyinya, penggemar dan tentu saja pendengarnya. sukarela atau terpaksa, yang memilih dan yang tak punya pilihan, tempat dan waktu, semuanya seolah sedang mengejekku, mana puisimu. aku cuma bisa malu, geram, rindu, tak sanggup menulis segala yang kau pamerkan. semua yang selalu mengejekku, mana puisimu. tak akan kutunjukkan, keraguanku, kerisauanku, ketidaksabaranku, pada kehidupan, ternyata aku sangat menjemukan. bahkan dengan lagu lagu kampungan saja kalah semarak, kalah meriah. puisi macam apa, bila tak sanggup merangkum kehidupan, tak lebih menggoda dibanding joget morena*

Sabtu, 16 Agustus 2014

plizz

percayalah, aku mohon. akan kulakukan segalanya, yang membuatmu tak suka, memohon, menuntut, meminta, memaksa, asal kau percaya. aku tak ingin apa apa, selain duduk di dekatmu, melihat dan mendengarmu sepanjang waktu. menikmati segenap kegusaran dan kegeraman yang kautumpahkan, tentang dunia, orang orang kerdil, batu batu permata, seorang perempuan bebal yang tak tahu memakai akal.
kau boleh tak percaya, aku tak merayu, tak bertaruh, tak berharap, tak menunggu. setiap mujizat atau kesepakatan biarkan lewat. aku siap terjun bebas. kau tak perlu mengerti, tak usah ikut ikutan jatuh hati*

mata angin

kau atau kerinduanku, yang paling menyentuh. yang mengubahku menjadi alunan, yang menderu kencang. menggerakkan dahan, ranting dan daun, yang melambai, yang patah, yang jatuh. siapa yang rapuh, yang bersimpuh tanpa kenangan, tanpa keinginan, untuk menjadi tegak dan utuh. kerinduanku atau kau yang mencair sedikit demi sedikit. kau atau kerinduanku, yang terus mengalir, mengikisku yang tak akan habis.
aku atau kebutaanku yang tak mau mengalah, kau atau kerinduanku tak pernah kalah, tak mungkin salah*

Jumat, 15 Agustus 2014

pbb

kiri. kiri. kiri. satu kata yang terdengar selama beberapa hari belakangan ini. diserukan oleh anak anak sekolah yang sedang latihan baris, atau gerak jalan. kiri. kiri. kiri. selalu kiri. tentu dikatakan seiring langkah kaki sebelah kiri. seolah olah langkah kaki sebelah kanan diacuhkan. kenapa tidak berkata kanan, bukan pertanyaan. pertanyaannya, siapa yang memulai kebiasaan, apakah peraturan dalam pelajaran baris berbaris mengajarkan demikian. kiri. kiri. kiri. sebelum terlanjur panjang, sebaiknya kurenungkan, apakah benar benar harus bertanya, sungguh butuh jawaban. kalau tidak, acuhkan saja godaan untuk mencari tahu hal hal tidak bermutu, yang sebenarnya tidak berpengaruh. meskipun semua berisan cuma berseru kiri, kiri, kiri, mereka toh tetap melangkah dengan wajar, menggerakkan ke dua kaki bergantian, kiri dan kanan. mungkin baik juga, memilih memusatkan perhatian pada kaki sebelah kiri, agak berbeda dan jadi tidak membosankan, mengingat gerakan tangan kanan biasanya seringkali mendapat perhatian lebih serta dianggap lebih sopan dan bermartabat ketimbang pekerjaan tangan kiri. wah, tanpa sengaja kutemukan kenyataan mengisyaratkan semacam keadilan kecil, tanpa sengaja pula diserukan berulang kali oleh anak anak berseragam sekolah pada setiap langkah. baru terpikir hari ini, apa yang biasa terdengar setiap tahun menjelang perayaan hari kemerdekaan. apakah bisa jadi pertanda semakin tua semakin bijaksana, atau semakin banyak waktu luang semakin banyak perhatian, atau semakin kurang kerjaan semakin banyak pikiran, atau semakin berharap semakin kerap mengada ada, atau semakin sering diulang semakin pelahan semakin menyenangkan. terlalu banyak atau, semakin kacau. akhirnya. tiba juga, pada kacau, bermula dari kiri. kekacauan, kekirian, perayaan kemerdekaan. sudah terlanjur panjang*

*

tombol paling besar pada keyboard telah berlubang, untuk kesekian kali. ada tiga perokok aktif yang salah satunya seharusnya tahu menahu tentang lubang pada tombol spasi. dengan kata lain seseorang pasti pernah melubangi tombol spasi, sengaja atau tidak sengaja belum dipikirkan, apalagi dituduhkan. tombol spasi nyatanya terlanjur bolong akibat tersulut ujung yang menyala atau tersentuh segumpal bara yang terjatuh, pasti pula dari sigaret atau kretek. bukan pertama kali terjadi, sudah beberapa kali, tak ada yang menghitungnya, hanya ingat bahwa sudah pernah tejadi. katiga orang perokok yang biasa menggunakan keyboard juga sudah pernah saling melemparkan tanya, siapa bertanggung jawab kalau keyboardnya rusak lagi, untuk kesekian kali. tiba tiba terpikir oleh seseorang, bahwa sesama manusia, sesama perokok pula, tak baik saling curiga, sangat tak baik saling menyalahkan bagi kaum sejenis yang senasib, sama sama berpeluang melubangi sebuah tombol tak bersalah. lebih baik memusatkan perhatian pada keyboardnya, dia satu satunya yang tak sanggup menjaga dirinya, membiarkan salah satu tombolnya berlubang, yang terpayah adalah tak dapat mengatakan atau menunjukkan kebenaran kepada setiap manusia yang setia menggunakan dan mengandalkan fungsi sempurna setiap tombol keyboard untuk menyuarakan atau menuliskan apa saja yang ingin didengar atau dibaca. keyboard cuma bisa pasrah, malah sebenarnya tidak pula pasrah. tidak bisa pasrah dan tidak pasrah, tak ada bedanya untuk suluruh keyboard di dunia, sama dengan pasrah. ketiga manusia perokok yang sama mungkinnya pernah melubangi tombol keyboard ternyata pasrah dengan cara berbeda. cara mereka. tidak mempermasalahkan sebuah lubang pada tombol di keyboardnya, tidak merasa bersalah, selalu memperlakukan semua tombol pada keyboard dengan adil.dan sama rata, seolah olah tak ada lubang, tak pernah menciptakan lubang pada bagian manapun dari keyboard. bagaimanapun semua keyboard, utuh atau berlubang, lebih beruntung, tidak bisa, tidak pasrah atau pasrah, tak ada bedanya.
faktanya sebuah kenyataan sederhana dapat dituliskan dengan panjang , dibikin berkesan, membosankan, dijadikan perumpamaan dan kiasan, dijadikan ulasan, disisipkan pesan. semuanya cukup lumayan, sekedar mengisi waktu luasng. lebih tepat mengisi atau membuang, waktu luang. asalkan dapat membuat suapa saja bertahan hidup. masa manusia kalah sama keyboard berlubang, ini pertanyaan atau sindiran. terserah, yang penting berguna, setara dengan konsultasi atau terapi kejiwaan bagi setiap manusia yang kecewa, merasa terbelah keyakinannya oleh kalimatnya sendiri, berani mati tapi takut bunuh diri. apakah berani mati tapi takut bunuh diri sama dengan pengecut, plin plan, normal atau beriman. coba tanyakan pada lubang di tombol spasi, sejauh ini keyboard selalu tawakal, mau mengerti dan sanggup mewujudkan harapan manusia yang pernah menitipkan kesan dan pesan pada tiap tombolnya*

Kamis, 14 Agustus 2014

petang

selamat datang petang, kata tengah malam kepada ruang. seseorang baru saja menggerakkan tangannya, menekan sebuah tombol di dinding. lampu tiba tiba menggelapkan ruang. entah ruang atau seseorang, sungguh sungguh mendengar sambutan tengah malam. sejak kapan ruang dapat mendengar, bagaimana tengah malam berkata kata. seseorang seharusnya paham ia sedang berangan angan, tengah malam menyapa ruang ketika terang menghilang*

Selasa, 12 Agustus 2014

*

apa yang kaupikirkan saat ini. aku atau aku atau aku. hanya itu pilihan jawaban untuk pertanyaanku. tambahkan jumlahnya sesukamu, asalkan hanya aku pilihanmu. itukah yang kau mau kutanyakan padamu.. kalau aku salah, maka salahmu hingga aku merasa begitu. bagaimana, masihkah kau berkeras tentang kau maha pendengar, maha benar. mungkin lebih baik lupakan saja, aku cuma pembuat onar, sedang cari perhatian*

*

segalanya sederhana saat jatuh cinta.
ketakutan, kecemasan, keresahan, kesepian, kesedihan, dapat pecah begitu saja. sesederhana piring, gelas, atau jambangan bunga. penggantinya tersedia di mana mana. sama, sedikit beda, sangat berbeda. mana saja yang menyenangkan. impian dan angan akan berlalu, juga begitu saja. ketika terjaga dari tidur dan lamunan. kenangan ringan macam perjalanan dari rumah ke tempat kerja tercipta berjuta juta, mudah dilupakan, tak sulit diingat ketika diulang. semua yang tidak penting, gambar dan catatan sembarangan, dibuat kapan saja ingin dan mungkin.
tidak istimewa, hanya untuk mata dan hati yang menemukan kekasih.
akrab dan asing, dekat dan jauh, terang dan samar, silih berganti menjadi kita dan kata kata yang tidak mencari makna. hanya menemukan ruang demi ruang dipenuhi udara tak kelihatan. kehampaan, kesesakan, mengisi dan mengosongkan, menghabiskan dan menambahkan. bukan hanya minum dan makan. mana ujung dan pangkal, terasa panjang tidak panjang. tanpa keharusan. tanpa permintaan. tanpa pertemuan. tanpa perpisahan. tanpa pertanyaan.
sehidup semati. hidup dalam kematian. mati dalam kehidupan. tidak untuk alasan atau harapan. tak ada tujuan. kebenaran dan kesalahan berpelukan, bertukar rindu, melempar dadu, menyalakan lampu. menangkap basah rona senja di pagi buta mengintip waktu tengah malam sedang tertidur pulas. dalam buai ombak, sajak, senyum anak anak, nyanyian malaikat, rayuan katak, bisikan kertas, bunyi langkah angin di jalan setapak. abadi, terjadi setiap hari. pada telinga sunyi musim datang dan pergi. mendengar air, daun daun, rudal, kapal terbang, ikan pedang, burung layang layang, tembok, tiang, berjatuhan ke dasar hati setiap orang, siang dan malam. bumi, seperti roda atau bianglala, mengantar dan menunjuk ke mana mana. jauh dekat, tinggi rendah, mata seluas alam semesta
saat jatuh cinta segalanya sederhana. keajaiban rumput liar, akar alang alang, buah labu parang, bawang. tidak istimewa, hanya untuk meredakan demam dan panas dalam. seperti setiap kalimat yang tidak wajib diingat, sayang, lepaskan atau buang saja, biarkan terbang atau berjatuhan, hanya sekumpulan serangga atau segenggam bintang. tak peduli siang atau malam. kekasih menemukan kembali mata dan hati telah tersesat tak terhitung kali*

Sabtu, 09 Agustus 2014

antitesis

ibu, lama tak bicara denganmu. apa kau masih suka minum susu.
segelas air menjernihkan diri. menjadi kitab suci. namun darah tak pernah redup merahnya. dan kau menyangka amarah adalah tanda kau tidak sempurna. minumlah segala, nak. jangan resah. warna kencingmu tak akan pudar, selalu berkilau, keemasan atau keperakan. selama ginjalmu nornal.
ibu, tak akan lama kau tidak bicara. anakmu menguap lebar. menjadi air mendirih. sekarang kau hendak mandi atau menyeduh kopi. kudengar satu matamu berkedip. ketidaksempurnaan ganjil. sejumlah jari pada sebelah tangan atau kaki yang mesti bekerja sambil sembunyi.
ibu, di sekolah kami diajari tunjuk jari. mengangakat sebelah tangan, menunjukkan satu jari. untuk mengakui apa saja yang kami ketahui. tapi kami perlu menggerakkan ke dua tangan saat bertepuk tangan. untuk kebenaran atau kenyataan, setara dengan membandingkan sebuah sedotan dan teropong bintang*

*

akan kuajak kau bermain. hanya bermain. hingga kau bosan dan ingin belajar*

*

seorang perempuan dan lelaki mendadak nampak seksi saat sedang merayu atau menjadikan kematian cemburu, mungkin hanya dengan kalimat tidak orisinil, macam, kaulah satu satunya, yang terindah, paling perkasa. tak dapat kuberpaling atau menghindar darimu, sekalipun hidup sangat cantik dan tak pernah berhenti menggoda.
kesadaran tak dapat dipisahkan dari narsis, kecuali oleh orang sinting, dalam makna kata yang sebenarnya, sinting. yang tidak sinting silahkan berpikir atau ngacir. kehidupan baik dan penyayang kepada orang orang sinting, yang tak suka merayu atau menjadikan siapapun berwajah keruh gara gara gara cemburu*

Jumat, 08 Agustus 2014

*

berapa orang yang kutemui hari ini. berapa orang yang berkomunikasi. berapa orang yang menarik perhatian. berapa orang yang kuamati langkah dan geraknya selama beberapa saat. waow, tak dapat kubayangkan diriku jadi setengah tuhan, meskipun hanya selama setengah jam, seperempat atau seperdelapan jam, atau sekejap saja, tak terbayangkan. tapi jadi sedikit paham kenapa keberadaan tuhan terdengar tak masuk akal bagi beberapa orang yang kukira tak kutemui ini hari. kurenungkan sambil duduk, menyandarkan kepala pada kedua lengan, menatap lurus ke satu arah, tak banyak gerak, seperti sedang asyik melamun. terbawa suasana lagu lagu yang itu itu saja. mau kubilang buruk, tapi tanpa sengaja aku turut bersenandung. benarkah manusia telah mengalami beberapa kali evolusi atau revolusi, atau reformasi. sebenarnya tak perlu memakai kata kata serupa itu, yang sok keren, sengaja kusisipkan cuma untuk menciptakan sensasi bagi diri sendiri. seandainya salah seorang di antara yang kutemui hari ini kutanyai, adalah salah satunya mengenal arti kata seni atau budaya. aku ingin jadi anak sekolahan, mengenakan baju seragam, kembali merasakan gairah untuk mengenal dunia. dunia luar biasa, menakjubkan, semua orang baik baik saja, meskipun tak pernah mendengarkan mozart atau chopin, bahkan tidak pula the beatles atau madonna, justin beiberpun tidak. aku menduga sangat mungkin orang orang yang kutemui hari ini tak pernah makan pizza. senangnya kalau aku tidak salah*

*

apakah yang harus ada untuk menjadi sebuah pintu yang baik. selembar papan, pegangan, ruang, lubang kunci, anak kunci, atau seseorang yang membutuhkan batas. selembar papan bukan harus ada, melainkan bahan utama pembuat pintu, atau pintu itu sendiri. agar sempurna pintu membutuhkan lebih dari hanya selembar papan yang berdiri tegak.terbuka atau tertutup.
lucu, kupikir barisan toko seolah olah tak butuh pintu ketika sedang menjalankan fungsi sebagai tempat jual beli. pintu hanya berguna ketika sebuah toko sedang tidak berfungsi normal, jika mahluk hidup ibaratnya adalah mati, mati suri, pingsan atau hibernasi. baru kali ini sulit mengungkapkan pikiran, hanya dapat berkata, pintu model gulung dan harmonika, yang biasa terbuat dari logam, bukan selembar papan, seolah olah bukan pintu biasa. pintu biasa macam pintu rumah, selembar papan yang diberi beberapa perangkat tambahan untuk membuat penggunanya semakin nyaman.
tak ada toko berjendela. jika terdapat jendela pada sebuah bangunan tempat jual beli, pastilah bukan toko, tapi rumah toko. tentang pintu dan jendela saja, toko sangat berbeda dengan rumah. seperti memastikan sesuatu yang diketahui semua orang, tempat kerja dan tempat tinggal tidak sama. pintu biasa hanya dapat menjadi pintu yang baik pada sebuah rumah*

Kamis, 07 Agustus 2014

*

selama hidup, aku mati berkali kali, kulahirkan diriku kembali berkali kali. setelah mati, kauhidupkan aku kembali, juga berkali kali. entah lebih sering hidup atau mati, hanya selisih satu kali antara hidup dan mati. jika yang satu ganjil, yang lain pasti genap, jika menggunakan angka dan istilah matematika. yang sebenarnya nyata, tak pernah kutahu pasti yang mana hidup yang mana mati. yang kutahu hanya silih berganti. hidup mati. mati hidup. menikmati saat sekarat dan detik kelahiran. tidak menakutkan. tidak menyakitkan. tidak serupa kebenaran. tidak serupa apa yang mati matian kuhindari selama hidup dan setiap kali aku lahir kembali*

Rabu, 06 Agustus 2014

free

mama, si manis lucu sekali.
lucuan mana sama adik.
yaa sama.
kenapa ya ada orang tak suka punya adik dan anak kucing.
kenapa kamu suka punya adik dan anak kucing.
ya pasti sukalah. lucu, gratis lagi*

Selasa, 05 Agustus 2014

mengukir air

bagaimana aku dapat berpikir sambil berzikir. dalih lagi. bagaimana jika ternyata aku tidak berzikir, hanya berpikir aku dapat berzikir. berpikirpun aku tidak mahir, berzikir lebih sulit dari berpikir, bagaimana mungkin. tak ada penggoda selain aku. sigaret, kopi, arak, hari indah, cuaca cerah, wajah cahaya, suara hangat, opera, tari perut, busung lapar, ledakan, bola kristal, sebutkan segala yang memikat tanpa jeda, hingga kehabisan nafas. segalanya tidak menggoda. aku satu satunya, tak henti menggoda kau saja. kau tanyalah seperti apa. biar kujawab, seperti apa. aku tahu seperti itu seperti aku. ada berapa banyak kesamaan yang kebetulan benar.
namamu belum selesai kuukir pada air mengalir. jangan katakan tidak mungkin, mengukir namamu pada air mengalir. sebelum berhasil, biarlah waktu bergulir, air terus mengalir, tanganku sibuk mengukir, wajahku belum pantas dibebaskan dari debu dan jejak kerutan yang kuciptakan saat berpikir, bagaimana mungkin*

*

di rumah lupa, kita berjumpa. kau menendang kepalaku. aku menggigit tumitmu. lantas kita sama sama terjatuh dalam kegembiraan tak berbentuk. saling cakar dan menggeram. mengoyak ingatan, menakut nakuti kenangan. di lantai beserakan, benang kusut, mobil mobilan, kereta api dan pesawat terbang mainan, bola kertas, bola plastik, bola basket, bola kaca, ah, ada pula bola dunia dan bola mata. di rumah lupa, anak anak kucing tak pernah kenal induknya. cakar dan taring kecil tak ingat pernah menyakiti siapa siapa. aku bersiap siap menerjangmu, telingamu lucu. ternyata gerakmu lebih cepat, tahu tahu sudah menindih tubuhku. ketika kau hampir kubalas, seorang anak manusia tiba tiba mengangkat kita berdua, memisahkan kita dengan tangannya, anak itu ingin diajak bermain gulat. di rumah lupa, manusia tak ingat dia berbeda dengan kita*

*

terkutuklah televisi. dia benda mati yang membuatku kagum atau muak kepada sesama manusia. dan secara begitu saja, aku terpaksa mengingat dan menyadari, aku sesama manusia. mungkin tak seburuk itu jika kumiliki parabola, hingga dapat kusaksikan tayangan pilihan yang tak mengusik akal atau mengacaukan emosi, macam dunia satwa atau tanaman. lihatlah, gara gara televisi aku terpaksa menulis sebodoh ini. tak apa menyalahkan televisi, cuma benda mati. benda mati tak bisa mati, tak dapat menderita sakit hati.
ah, sebetulnya aku berlebihan, tak semua yang kusaksikan di televisi berdampak buruk. beberapa, sedikit sekali, lumayan menyentuh, setidaknya menghibur. begitulah manusia, wajar saja jika salah.
salah satu dampak terbesar dari menyaksikan tayangan yang salah adalah pandangan dan kesimpulan yang salah. tak apa. alangkah banyaknya kebenaran akan ditemukan dari banyak kesalahan. semua manusia butuh kebenaran, aku menikmati kesalahan.
kujadikan diriku kafir saat mendengar para pemuka agama bicara. kujadikan diriku pandir saat melihat orang pintar bertingkah. menyenangkan sekali merasa berbeda dari rata rata manusia, entah lebih buruk atau baik, pokoknya menyenangkan, memuntahkan kekaguman ke comberan, menelan kemuakan sampai kenyang.
ya begiulah, manusia tak pernah puas, atau puas dengan cara yang salah.
tak ada yang sudi meminta seorang kafir berceramah, tak ada yang butuh menanyakan pendapat seorang kafir tentang apa saja. menjadikan seorang kafir terbebas dari banyak dosa dan khilaf. seorang pandir juga lebih aman dan nyaman menjalani kehidupan, tak ada dapat yang dikerjakan seorang pandiri untuk mengubah apapun. maka seorang pandir tak butuh banyak tingkah, terlepas dari tanggung jawab dan beban untuk memperbaiki keadaan. apapun yang dikerjakan seorang pandir sama sekali tak berarti, yang artinya tak mungkin mengubah keadaan menjadi lebih buruk lagi.
terdengar pesimis dan negatif. bukankah seorang pesimis yang berpikir negatif dapat membuat orag lain terlihat optimis dan berpikir positif. seorang kafir sekaligus pandir tidak punya potensi untuk menjadikan yang lain pantas dipuja atau dihina, dibela atau dikutuk, dicinta atau dibenci, oleh sesama manusia.
seorang kafir, pandir pula, tak berprasangka baik atau buruk tentang segalanya. segalanya, tentang tuhan, kehidupan, kematian, pikiran, kenyataan. ketika menonton tetevisi, seorang kafir yang pandir hanya gemar menonton film anak anak yang tidak mesuk akal. meskipun karena kafir dan pandir pula, ia kadang kadang menyaksikan apa yang menjadikannya pandir dan kafir. tidak apa. televisi benda mati, tak akan merasa risih saat seorang manusia yang menyalakannya kemudian menyalahkannya, pantas saja, begitulah manusia, lebih payah lagi bila manusianya sengaja memilih menjadi kafir dan pandir dengan macam macam alasan tidak masuk akal. akal seorang kafir, pandir pula, tak ada seorang manusiapun bersedia memasukinya.
televisi tidak meledak, tidak terbakar, tidak hancur berantakan, dia kebal, tak mempan kutukan. bahkan menjadi kafir dan pandir saja aku cuma setengah bisa. buktinya televisi baik baik saja. seorang kafir dan pandir sejati pasti sanggup menghancurkan sebuah televisi.
aku tahu aku sangat sangat sangat payah. tak mampu mengubah dunia, malah menyalahkan apa yang telah kunyalakan. yang bukan benda mati silahkan kecewa*

Minggu, 03 Agustus 2014

*

bunga cantik, warna warni, wangi. setiap kuntum bunga tahu diri, kapan saat tumbuh, mekar, layu. tak meminta waktu mengenang hanya sekuntum bunga. maka manusia selalu berkata, melati putih dan wangi, mawar indah dan berduri, anggrek anggun dan langka, matahari besar dan hangat. masing masing jenis bunga hanya punya satu nama, tidak berharap menjadi satu satunya yang istimewa di antara semua bunga sejenis. tak ada sekuntum bunga mempercantik diri demi menjadi lebih cantik dan tercantik di antara yang lain. semua bunga cantik, warna warni, wangi. mekar hanya sebentar, bergantian menghias dan mempercantik bumi, bukan dirinya sendiri. selama masih tumbuh bunga di bumi, manusia dapat memetik sekuntum yang cantik dan wangi. ketika sekuntum bunga layu, tak perlu ragu memetik sekuntum yang baru, sama cantik dan wanginya dengan sekuntum yang telah layu. setiap kuntum bunga menyenangkan, mengacuhkan keabadian*

Sabtu, 02 Agustus 2014

*

kunikmati saja debar jantungku. kesulitan menemukan malam yang wajar, malam tidak bersinar.. seluruh pelosok bumi sesak, dipenuhi nyala lampu dan televisi. mereka disebut pintar, menciptakan kemajuan, meneragi malam hari. memusuhi apa saja yang apa adanya, gelap dan sepi. menyingkirkan hening dan sunyi jauh ke dalam diri sendiri, sesederhana minum kopi*

;}

karena maha bisa, tuhan bisa salah.
karena maha benar, kesalahan tuhan juga benar.
hahaha.
oh tuhan, kasihan sekali kau, kalau maha pendengar berarti pasti dan selalu mendengar. segala macam doa yang itu itu saja. bukakan hati si anu, lindungi di anu, hentikan ini, teruskan itu, limpahkan rahmat, mohon jalan beserta petunjuknya, ampunilah anu, berikan keadilan, berikan kedamaian, jauhkan susah dan bencana, sembuhkan sakit, bla, bla, bla.
tuhan memang maha sabar dan maha besar, kalau aku sudah kusumbat telingaku rapat rapat, atau kubuat semua orang yang berdoa jadi edan. hanya orang edan yang tak meminta apa apa, karena tak ingat apa apa. jika seluruh manusia yang menyebut dirinya umat tuhan jadi edan, dunia bakal lebih aman, tenang, damai.
terpujilah orang edan, mereka selalu sendirian, jalan sendiri, bicara sendiri, menangis sendiri, tertawa sendiri.
bermainpun sendiri, memperaminkan kelamin dan kotorannya sendiri. maka orang edan tak pernah merasa jijik atau kotor tentang apapun. tak butuh membersihkan diri atau yang lain, bukan karena tidak kotor, hanya tidak merasa kotor, tak paham atau lupa makna kotor, tak takut kotor. orang edan seolah tak merisaukan apapun. maka ada yang bilang, ini jaman edan, tidak edan tidak kebagian. hm, mungkin maksudnya baik. tidak edan tidak kebagian, jika susunan kalimatnya diubah maka sama dengan, edan pasti kebagian. orang edan tidak merisaukan keadilan tuhan. orang edan tidak meresahkan tuhan. sepertinya benar, tapi tak usahlah repot repot berdoa meminta jadi edan, kasihan tuhan*

Jumat, 01 Agustus 2014

*

kadang jadi air, kadang jadi batu. sungai yang tahu. aku sedang mengalir, diam atau tenggelam. seandainya pernah menjadi sungai, tempat batu dan air bertemu sebelum berlalu.
sentuhanmu, keras atau lembut, mengubah setiap seandainya menjadi seadanya.
mata air di mata, sungai di wajah. kecil tapi nyata. batu batunya sekeras hatiku, arusnya seirama degup jantungku. setelah mengalir sungai ternyata berharap kembali menjadi batu atau air, tenggelam dan mengalir padamu*

*

alasan. alasan. alasan. bosan. mana pengakuan. mana perbuatan. mana pengertian. aku menuntut terlalu banyak dari hatimu, karena hatiku mengatakan kau tak butuh alasan, karena aku tak peduli pada kesalahan atau kebenaranmu. cintamu adalah seluruh hasratku. kuakui aku sinting. tak sanggup berpaling. mengerti aku tak mampu mengerti. apakah aku meninggikan diri, aku cuma bicara dalam hati. alasan lagi, ternyata aku sama membosankan dengan semua yang kaukenal, tapi aku masih percaya kau tetap sayang. ini juga alasan, karena ada tapi. aku hanya membela diri. atau kau lebih suka aku membunuh diri. bagaimana. jangan jawab, jika cuma alasan. ngomong ngomong kapan kita pelukan*