Rabu, 31 Juli 2013

*

bagimana kira kira perasaan seorang anak ketika pertama kali mendengar, kemudia paham, ia tak pernah diinginkan oleh orang dewasa yang menyebabkan ia ada.
baik baik saja. ia membaca kitab suci, menggaris bawahi ayat ayat tentang cinta kasih, janji janji sosok bernama tuhan untuk memberikan surga jika ia percaya dan bersikap baik kepada sesamanya.
ia menghabiskan malam panjang seorang diri di ruang tengah, menonton televisi, atau membaca buku buku yang sulit dimengerti.
apa lagi. tidak ada. usianya bertambah dengan normal. tubuh dan jiwanya berkembang sehat. senormal dan sesehat seluruh anak lain di permukaan bumi. ia juga mengerti cara tertawa bahagia dan menangis sedih.
singkatnya tak ada yang kurang atau hilang.
suatu hari ia jatuh hati. juga dengan cara dan gaya wajar. meskipun ia kadang kadang kolokan, menyebalkan dan berusaha keras lebih diperhatikan, semuanya masih dalam batas kewajaran.
bagaimana kira kira perasaan seorang perempuan ketika pertama kali mendengar,kemudian memahami, perkataan kekasihnya bahwa ia sama sekali tidak istimewa.
masih baik baik saja. ia tidak pernah lagi membaca kitab suci, tidak peduli tentang cinta kasih, mengacuhkan semua janji. berusaha bersikap skeptis dan adil kepada semua mahluk dan benda benda yang disentuhnya.
ia menghabiskan malam panjang seorang diri dalam sebuah kamar, mendengarkan musik sambil menulis segala yang disangkanya telah dimengerti.
apa lagi. tidak ada. tubuh dan jiwanya tidak menjadi penyakitan. cukup sehat untuk bisa tertawa bahagia atau menangis sedih. tak ada yang kurang atau hilang.
suatu hari ia berpikir kekasihnya benar, ia sama sekali tidak istimewa. sama persis dengan segenap manusia lain yang bertahan hidup di permukaan bumi.
ia mulai bertanya, kenapa yang tidak istimewa bisa selalu baik baik saja. jika pertanyaan tersebut muncul ketika sedang dilanda kerinduan tingkat tinggi, ia merangkai jawabannya sendiri. karena disayangi oleh seorang kekasih. kekasih istimewa yang masih menyayangi kendati tahu pasti ia sama sekali tidak istimewa. jawaban yang cukup membuatnya tertawa bahagia atau menangis sedih. manapun yang akhirnya dipilihnya dan terjadi, tak akan ada yang kurang atau hilang*

*

ada yang bilang nama adalah doa. itu bisa bikin aku cegukan. tidak cemas tapi cegukan. kau tahu kan bagaimana keadaan manusia saat cegukan. menggelikan, dia akan mencoba banyak cara untuk menghentikan gerak dan bunyi tak wajar yang dihasilkan tubuhnya. meskipun kelihatannya santai, sesungguhnya dia hampir histeris dalam setiap upayanya. pada akhirnya sebelum menyerah dia akan berdoa, memohon yang lebih berkuasa untuk mengendalikan tubuhnya. begitulah doa. pekerjaan putus asa. mereka juga bilang setelah berusaha mengerjakan yang terbaik tinggal berdoa. mereka banyak bicara. hal hal tidak berguna bagi mahluk yang disebut manusia, ciptaan paling sempurna di dunia nyata. sampah atau limbah. mereka yang memutuskan mengandalkan doa sebagai usaha terbaiknya sudah pasti tidak cukup sempurna doa doanya. doa yang tidak sempurna seburuk kutukan. mereka juga punya nasehat supaya berhati hati dengan keinginan, atau harapan, yang biasanya disebutkan dalam doa doa. untuk doa yang terselip dalam nama akan berdampak sepanjang usia penyandang nama. seperti cegukan, tidak ada yang bisa dipersalahkan. manusia boleh bicara atau berpikir apa saja, yang percaya dan bersedia menjadi pengikut bagusnya paham kemungkinan akibat yang mesti ditanggung. cuma itu. aku tak punya niat dan waktu cukup untuk menceritakan semua khayalanku, tentang betapa lucu dan imut dunia yang dihuni manusia manusia tak bernama. kukira kaupun sama, tak punya cukup niat dan waktu untuk mendengarkan khayalan manusia yang tidak suka mengakui telah dikaruniai akal budi*

*

sayang sekali, setiap orang gila keburu kehilangan ingatan, sebelum aku sempat menanyakan kepada mereka bagaimana caranya menuntaskan semua masalah. aku curiga orang gila sengaja membuang ingatannya demi kesehatan nalarnya. karena ingatannya telah terjangkit virus moralitas dari jenis paling ganas dan mematikan. buktinya orang gila kelihatan baik baik saja kendati tidur setengah telanjang tanpa alas di atas trotoar manapun dalam segala musim dan cuaca.
lagi lagi ngoceh tak keruan.
itu tanda tanda kewarasan, bukan kesehatan.
ya, surat kabar tidak pernah memuat berita kematian orang gila.
payah sekali bicaramu.
susahnya tidak berhasil menjadi gila.
tergila gila pada orang gila.
cuma penasaran.
makan saja.
sudah kenyang.
pantas.
akurat.
dasar sarap.
senyum senyum sendiri. dalam hati ingin menangis. hati belum cukup dalam, masih ada tambahan dalam hati. jadi penasaran lagi, kalau orang waras dekat dekat orang gila, yang mana lebih gampang tertular. mana yang lebih cepat mewabah, kewarasan atau kegilaan.
mungkin sama kuat, yang waras jadi setengah gila, yang gila jadi setengah waras.
kedengarannya seperti pendapat yang adil dan optimis.
sepertinya empiris.
ada hubungannya dengan romantis dan manis, seperti seringkali.
semoga belum pagi.
kenapa.
semuanya bakal kembali.
kalau kereta kencananya kembali menjadi labu parang terbesar tak ada yang keberatan.
iya. tapi semua yang gagal menjadi gila keberatan bergaun lapuk.
pada akhirnya toh bahagia.
akhirnya, hore...akhirnya kau berhasil.
apa.
jadi gila.
kok bisa.
kau percaya.
apa.
pada akhirnya bahagia.
oh, itu kan cuma kata kata.
setiap kata bisa jadi mantra.
siapa yang butuh mantra. aku tidak.
aku juga tidak. tapi kebahagiaan. untuk memanggilmu atau aku.
eh lihat, dia terbangun. sekarang dia memandang kita.
bagus, dia pikir, di sana ada dua orang lebih gila dari aku.
hebat. orang gila saja bisa berpikir kita gila.
nalarnya sehat. tidak terpapar virus moralitas.
kau atau aku yang akan duluan menyapanya.
tergantung siapa kau atau aku yang tahu siapa namanya.
ya, begitulah cara menghormati sesama.
nama. nama. nama.
nama*

Selasa, 30 Juli 2013

*

malam ini terlalu dingin untuk sebuah mimpi. sayap sayap tanpa tubuh menangkup, serupa induk unggas menghangatkan anak anaknya. serupa satu detik sebelum detik terakhir. aku dihabisi waktu*

*

kalau kuminta, maukah kau menjadi manusia biasa sesekali saja. tidak selalu, hanya sesekali, pada saat aku ingin bicara denganmu. dunia di luar sana hiruk pikuk dan semrawut. memang menjijikkan. menikmati kejijikan dekat ka arah sensualitas. kegemaranmu, kesukaanku. untuk semua kenikmatan itu kau hanya perlu satu dua kali bereaksi seperti orang kebanyakan, apa susahnya. tertawa, menangis, terkejut, terpesona, terpedaya, terbujuk, semua orang dapat melakukannya tanpa latihan. dan aku akan begitu terhanyut perasaan saat kau rela berpaling sejenak dari layar monitormu untuk melihat dan mendengar, kalau diringkas, memperhatikan, setiap suara dan gerakanku. tahukah kau, alangkah sulitnya merancang sebuah komunikasi tak direncanakan. baiklah, biar saja aku semakin gigih berjuang untuk memenangkan satu percakapan. kau benar, lagi lagi kau benar, aku tak perlu meraih gelar miss world atau miss universe, ada perempuan lain yang lebih menginginkannya dari padaku. aku terpaksa tertawa karena tidak mampu tidak tertawa, waktu kaubilang, sebaiknya aku ikut serta kalau ada pemilihan miss komunikasi, peluang kemenangku besar sekali. hahaha. lucu, sebagai kandidat terbaik miss komunikasi tak kutemukan kata lain yang lebih tepat. lucu. hasratku untuk menyentuh hatimu tidak semudah mengatakan i lov u*

Senin, 29 Juli 2013

*

tidakkah kau merasakan hal yang sama. bahwa hidup terlalu berharga untuk ditukar dengan seisi dunia. kalau ingatanku belum diburamkan masa lalu atau disamarkan masa depan, sekarang juga akan kukatakan dengan pasti, kau dan aku pernah sepakat dalam segala hal. termasuk sepakat bahwa kau dan aku tidak membutuhkan kesepakatan apapun*

*

keinginan menulis semakin tak tertahan ketika tidak tahu apa yang harus ditulis. memikirkan tulis menulis, sedang kucari tahu apakah aku dan tulisanku benar benar saling membantu. mengerjakan sesuatu tanpa tujuan sangat mengasyikkan, salah satu kesenangan yang sanggup menyaingi kekayaan, material juga spiritual. sedang kucoba buktikan untukku. paling tidak kegiatan menulis selalu terasa lebih terhormat ketimbang retail terapi, apapun obyeknya. lagian menghamburkan kata kata sebanyak apapun tak bakal bikin bangkrut. cara pandang yang mengharukan, cuma orang melarat yang punya. menulis banyak menjadikanku banyak membaca. membaca tulisan sendiri tidak perlu menyisihkan anggaran lebih untuk membeli buku. apa namanya tidak bijaksana. karena pertimbangan serupa, tenggang rasa dan tidak ingin membebani pihak lain yang berhasrat besar menulis tanpa mampu banyak membaca, kusimpulkan bahwa industri penerbitan adalah bagian terburuk dalam bidang kesusastraan. tentu saja tak pantas mengatakannya kepada pihak pihak yang bersangkutan, kebenaran lebih kejam dari kesalahan. mengenal kesalahan menjadi awal pencarian kebenaran. sementara untuk manusia manusia solitair, egois dan hedonis macam aku, tidak usah mencari, apakah itu kebenaran, tinggal membalik badan, menengok ke kiri atau kanan, membuka atau menutup mata, kebenaran akan datang mengejutkan. seperti seorang kakek yang ketagihan melihat gelak tawa cucunya dari balik surat kabar. semuanya serba instan, tak perlu dipikir dan diuraikan lebih panjang, sret, sret, jadilah kegembiraan, sendiri dan menikmati sepenuh hati. whatever, kelihatannya keren kalau bilang begini. whatever, kutulis ini ketika aku tak tahu apa yang harus kutulis. tanpa niat mengintimidasi kenyataan selama berabad abad, kutuliskan, sekali lagi ketika aku tidak tahu harus menulis apa. dengan kepala dan jiwa besar, kusadari tulisanku mungkin berbeda pada saat tahu pasti harus menulis apa. semudah menggerakkan kepala dan kelopak mata, akan kusampaikan pandangan berbalik arah kapan saja kudapatkan pilihan atau tawaran lebih menguntungkan dalam bentuk material atau spiritual. masih kuingat benar, konon ketidak pastian adalah ciri ciri kebijaksanaan manusia. adakah yang lebih sempurna dari manusia*

*

kuberanikan diri memohon kepada sang pencipta, untuk diberikan tambahan satu dunia. satu dunia saja, kendati tidak seindah dunia yang telah ada, tak sempurna juga tak apa. kumohon cuma satu dunia lagi, macam apapun tak mengapa. satu dunia, terserah yang bagaimana. satu dunia dengan ruang dan waktu untukmu mendengarku mengatakan, aku sayang, aku takut kehilangan*

*

jika saja kesendirian butuh teman, akan kuluangkan waktu untuk ngobrol dengannya. mungkin kesendirian mau curhat meringankan kesepiannya, menitipkan kerinduannya. aku janji akan kusampaikan padamu waktu kita bertemu. mendengar tawaranku, kesendirian malah memalingkan wajahnya. aku tak sampai hati mendesaknya untuk kembali berhadapan muka. kubisikkan tidak kepada siapa siapa, kesendirian benar benar tak ingin kulihat sedang menangis*

*

satu bintang untuk terang. satu bintang untuk pengertian. satu bintang untuk penantian. satu bintang untuk kebersamaan. satu bintang untuk ketiadaan. satu bintang untuk keabadian. satu bintang, tidak kurang, semoga tidak berlebihan. satu bintang untuk sayang*

Minggu, 28 Juli 2013

*

kita akan kembali duduk pada tepi bumi. memandang jam jam berwajah riang saling berjabat tangan, saling melemparkan tanya tentang kabar atau kesehatan yang lain. kita akan maklum kepada rasa heran dan takjub yang tertuju pada ketenangan ujung rambut, atau ketabahan akar akarnya mencengkeram kepala. tepi bumi mungkin akan berkata lagi, sudahkah kita mengirimkan segelas kopi untuk matahari. kita berpura pura tahu benar matahari sedang tertidur di mana. atau apakah malam menyimpan terangnya diam diam pada waktu pagi. ya, pasti kita akan kembali menemukan tepi bumi, tidak hanya di dalam mimpi*

*

alangkah bahagia anak anak yang tidak memiliki negara, bangsa dan bahasa. alangkah bahagia anak anak yatim piatu, tidak berayah, tidak beribu. alangkah bahagia anak anak mengapung di udara, merangkak di dalam gelembung bening yang tidak pernah meletus. anak anak tertawa, berteriak riang ketika pucuk pucuk daun nyaris menusuk. anak anak yang tidak khawatir terjatuh, bahagia melayang layang dalam rongga kepala. menunjuk dunia dari balik bola mata. kusihir anak anak bahagia dari kata kata tidak bermakna. rantai emas. gemerincing lonceng. tiupan pada sebuah lubang. udara penuh lingkaran. anak anak yang tidak tumbuh dewasa, tidak wafat, tidak terlahir kembali. kuulangi berkali kali, memutar anak kunci. sambil menyanyikan lagu wajib. melepas bendera dari tiang dan tali. anak anak bersorak, menyerukan namanya masing masing. mata gelembung berkaca kaca. pecah, pecah, pecah, hanya serupa mantra*

*

apakah mereka sungguh sungguh bicara tentang cinta.
kau terlalu banyak tanya.
aku cuma berusaha mengulur waktumu, untuk mendengarku, memikirkan, mencari jawaban.
apakah begitu penting.
tidak penting sama sekali.
pertanyaan atau jawabannya.
dua duanya.
kalau tidak penting, masih ngotot ditulis.
karena kaubaca.
gimana kalau aku tak lagi baca atau buta.
aku akan bicara.
tentang apa.
seperti mereka, cinta.
kalau aku tidak mendengar, tuli.
kalau masih cinta, aku akan nekat, mendekat. kau mau apa.
kalau aku menghindar atau mati.
kukejar sampai dapat, kupeluk erat, atau kukuburkan diri.
gawat.
selamat malam*



Sabtu, 27 Juli 2013

*

kalau kubilang sejujurnya tidak berarti aku tidak jujur sebelum ini. serupa langit, di atas kejujuran ada kejujuran yang lebih tinggi. aku tak tahu cara mengatakannya dengan lebih tepat. itu saja. sejujurnya, aku tak tahu, aku atau kau yang tak pernah pergi. di atas kita tak ada kenyataan yang lebih. lebih tinggi rasanya bukan kata yang tepat. sejujurnya, bersamamu, aku merasa berada di puncak tertinggi, menatap puncak dan lembah tak terhitung, semuanya melihatku, iri atau rindu. untuk berada di dekatmu, seperti aku, bicara tentang kejujuran dan kenyataan yang beradu ketinggian di bawah langit. tahukah kau, di atas langit, adakah langit yang lebih tinggi. sejujurnya, aku tak peduli*

*

dongeng itu adalah satu satunya yang tak pernah kulupakan. dongeng yang diceritakan ibu ketika aku belum bisa mengingat apapun. aku lupa warna mata dan rambutnya, aku lupa aroma tubuhnya, aku lupa nada dan tekanan suaranya saat bercerita. tapi tidak kisahnya. ingatanku begitu bening. sebening telaga dalam kisahnya. bau rumput, suara langkah pada lantai kayu. caranya mengaduk segelas minuman hangat. ibu, aku tahu kau adalah satu satunya yang bisa bercerita, serupa dengung serangga sepanjang malam. cicak di dinding dan atap rumah tak pernah kelaparan. seperti aku tak pernah terjaga. lelap. lelap. aku tidak pernah menyela kalimat kalimatnya, tak pernah terpikir untuk bertanya, tidakkah ibu lelah bercerita. aku tidak lupa, hari belum berganti. rumah kayu di tepi telaga pada suatu hari*

*

aku perlu alasan untuk menghirup dan menghembuskan udara. kau. tapi paru paruku tidak tahu itu, tidak juga jantungku. mereka berdenyut sendiri. meninggalkanku sebagai orang asing yang tidak berteman. bahkan tidak bertubuh. kurasa itu mengada ada. aku sengaja. karena gagal berputus asa dan tidak sanggup mengangankan apapun. tahukah kau rasanya menjadi asing terhadap diri sendiri. seperti rasa kantuk yang datang tiba tiba, menghilangkan setiap alasan untuk mengerjakan yang pantas dikerjakan. aku berhutang nyawa kepada kematian. biar saja menjadi rumit, kacau, tidak berharga. aku hanya perlu alasan untuk menghirup dan menghembuskan udara. akan menyenangkan kalau kunamai rindu. kurang tepat tidak menghalangi kenikmatan. akan kukatakan sebanyak kuperlukan. alasan untuk bernafas dengan menyangkal peranan alat alat pernafasan. pohon pohon selalu membuatku lupa daratan. mahluk hidup yang berdenyut. pohon pohon. tidak, bukan tentang hidup. terlampau sempit. aku perlu kau untuk menjadi orang asing bagi diriku sendiri. dengarlah aku mengantuk, aku akan bermimpi menjadi sehelai daun. tumbuh dan jatuh dalam sketsa yang bercerita bahwa waktu benar benar berlalu. udara bermain. aku bermain. katakan nama hutan atau tamannya, aku perlu menguburkan paru paru dan jantungku sebelum melanjutkan perjalanan sebagai orang asing yang bersahabat dengan keterasingan. cuma mimpi, aku berbisik kepada kehidupan yang baik hati*

*

aku suka kau tertawa. aku suka sekali kau tertawa. karena kedunguan dan kekerdilanku. aku sangat suka kau tertawa, seperti sebuah kebahagiaan. sebuah jiwa menyala. aku suka kau tertawa. seperti bahagia. sungguh. aku paling suka pada bagian diriku yang paling bodoh dan hina demi kau tertawa. aku selalu menamainya persis kehendakmu. sebuah kebahagiaan. sayap sayap jiwa. sebuah nyala. tak padam. ringan. merdu. harum. memeluk, melindungi kebutaanku dari matahari terbenam. sungguh. aku selalu suka kau membakar api. sebuah abu, aku selalu suka kau tak tahu betapa aku suka tawamu*

*

tak perlu berdansa. tak perlu berdekapan. tak perlu bergandeng tangan. tak perlu berkata kata. tak perlu memandang. untukmu, kucukupkan segalanya. melewati kesempurnaan. karena, entah*

Jumat, 26 Juli 2013

*

apa yang mereka bicarakan. mujizat, kudengar sebuah kata. tapi tidak ada kau pada mereka. bagaimana aku mesti percaya pada kata kata bersuara mujizat, jika kau tiada di dalamnya. sayang, kukira aku semakin gila. dan semakin gila membuatku semakin hanyut dalam kehangatan. mungkin aku embun, kau matahari. sentuhanmu menjadikan pagi pertama yang akan diulang tanpa akhir. mujizat adalah secangkir teh manis hangat. kau menghirupnya dengan bunyi meriah. kudengar dengan penuh hormat dan kasih. aku tidak ingin tahu, kebaikan apa yang telah kukerjakan hingga kau duduk di dekatku. wangi melati menari nari. mereka mestinya bicara tentang panen berlimpah pada sebuah negara yang melindungi hama. betapa. kusayangi setiap helai daun yang tumbuh. hanya karena sebab tidak berarti dan bodoh sekali. apapun yang mereka bicarakan aku tidak peduli. mungkin aku lumpur, kau tungkai ceroboh. kaubawa tubuh dan kakimu melangkah ke dalam tanah lembab. noda sejuk dan aroma hujan adalah mujizat yang akan kaubawa pulang. di sini, aku memanjat dinding tak kelihatan sambil mengunyah coklat. mujizat mujizat memandangku, hendak bertanya, seberapa lezat. tak terkira, kaulihat, tak ada remah remah di lantai rumah. setiap keping, pun yang terkecil telah menjelma mujizat. beberapa lembar rambutmu yang terjatuh menumbuhkan kepala kepala berwajah telaga, bermata bening, bersuara angin*

*

aku berpikir bagaimana caranya menjelaskan kepada diri sendiri. kurasa seluruh dunia dengan mudah akan berjalan apa adanya kalau aku mengerti. aku tidak mengerti. kenapa rasanya nikmat sekali, tidak berpijak, tidak berpegang. bahkan seorang gelandangan punya harapan, bersemangat meminta sedekah. aku tidak ingin menyimpan ingatan tentang wajah siapapun, suara siapapun, aku cemas segalanya akan menetap dengan cara sederhana. kalau ada yang sangat kuinginkan, adalah berdiri di hadapanmu, mengguncang pundakmu kuat kuat, memegang kepalamu, mengarahkan pandanganmu hanya kepadaku. memintamu, membangunkanku dari mimpi tentang tidur panjang. agar bisa tidur sungguhan biarpun sebentar. tapi kau tidak di sini dan aku terlalu dalam tenggelam dalam mimpi untuk dapat beranjak ke sana. dear diary, apakah kau mengerti rasanya dicintai. aku mengerti alangkah sulitnya menjadi tidak mengerti. dear diary, semakin mirip sunyi, ya bunyi aliran air yang tak pernah berhenti. apakah nama burung bersuara seindah bayanganku. macam remaja tak kenal lelah, kukatakan banyak hal kepada benda benda yang membebaskanku dari rasa bersalah. rasa bersalah untuk ingin menjadi lupa, meniadakan segala yang mengingatkanku pada keberadaan sesosok tubuhku. dear diary, aku perlu menulis untuk dapat menghapus. menitipkan tempat dan waktu pada kalimat kalimatku*

Kamis, 25 Juli 2013

cadar

aku tidak sampai hati menuliskan kisahmu. atau tidak mampu. apapun bedanya tidak bermakna banyak. apa hakku. kau tidak diciptakan cuma untuk menjadi bahan tulisanku. meskipun akan membuatmu lebih dipahami hingga disayangi. ketelanjangan memang mengagumkan, selain kejam dan tidak sopan. ketelanjangan juga murni serupa kebutaan yang suci. aku percaya, setiap manusia dilahirkan dengan bakat besar menjadi seorang filsuf. perlu waktu bertahun tahun untuk mengokohkan kepercayaan dangkal semacam itu bahkan bagi seorang nabi. aku cuma perempuan ceroboh yang tidak pernah berhasil dalam pelajaran sederhana, macam membuang ingus dan meludah dengan cara benar. aku bertanya, apa yang kaupikirkan ketika berdiri di tepi muara, memandangi sebuah kapal yang siap berangkat. kapal kecil, pencari ikan, empat nelayan, masing masing membawa satu kantong plastik berisi bekal. salah satunya transparan, kulihat selembar baju cadangan, sebotol big cola, sekotak sigaret murahan, segenggam beras. apa yang kau pikirkan. kali ini tak akan kukatakan apa yang kupikirkan. kau saja. kalau kaulihat apa yang kulihat, kita pasti bisa duduk bermalam malam dalam keheningan tanpa suara, tanpa keresahan, tanpa harapan, tanpa keputus asaan. apa yang pantas saling kita dapat atau berikan, selain desah nafas, degup jantung, tanda tanda kehidupan. kalau kebetulan kita duduk dengan posisi kaki saling menyilang, kita akan kesemutan. denyut denyut di telapak kaki akan menjadi kenyataan yang menyalakan kesadaran. lebih terang. dari mana datangnya aroma hangat udara. kelak kalau telah mahir bicara, akan kutanyakan pada pemilik sepasang kaki kecil yang berjalan tertatih. berputar putar, menyamping, mirip langkah kepiting. aku mulai mencoba meyakinkan diri bahwa setiap lembar kayu yang bertumpuk di dermaga juga berbakat menjadi pengkhayal. setiap lembar kayu sangat pandai berkhayal tentang rumah atau kapal. ngomong ngomong, aku ingin tahu pendapat anakku, bagaimana rasanya memiliki ibu yang acak acakkan. malam menjelang, memakaikan mantel pada setiap sosok yang tegak menyambut kegelapan sambil menatap kejauhan. aku tidak mampu menuliskan kisah kisah, yang bukan milikku. pemahaman dan rasa sayang akan menjadi alasan ketelanjangan. ketelanjangan akan menjadikanku keranjingan. keranjingan mengantarku kepada kegairahan. kegairahan meraih kepuasan. kesempitan lingkar kepalaku rindu keluasan. goblok, seperti setiap manusia lainnya, aku dilahirkan dengan bakat besar menjadi filsuf. manusia manusia eksentrik yang sok tahu, merasa sanggup melihat seekor kutu di seberang lautan. hahaha. tidak perlu sungguh sungguh melihat seekor kutu untuk tahu bahwa setiap kutu di daratan manapun tidak memakai baju. itulah kelebihan mata batin manusia, atau kesempurnaan setiap ekor kutu, di seluruh bumi*

Rabu, 24 Juli 2013

maka

kebenaran setara kematian. mau tidak mau, suka tidak suka, menjadi tujuan kehidupan. tidak ada mati yang bisa ditanyai. mati ya mati. benar ya benar. kendati gemar menuliskan sama sekali tidak berarti bersedia menjumpainya. aku bergidik membayangkan kematian menemukan, menyapa, menyentuh, pelahan mendekap. maka aku merasa tidak siap menemui kebenaran. apakah itu bodoh atau pengecut. kelihatannya baik dan ramah dan mudah diterima. maka aku di sini. maka aku hidup dan merasa harus berjalan ke arah kebenaran dengan ogah ogahan. semakin lama waktu, semakin panjang jalan akan semakin nyaman. kalaupun harus segera menemui ajal, kurasa akan lebih menyenangkan menjadi korban ketimbang pahlawan. maka aku tidak macam macam. tenang. tenang. tertawalah. semua orang mengangkat gelas dan bersulang untuk umur panjang. sudah, tidur saja, bermimpi kejar kejaran denganmu di sebuah dataran penuh pepohonan. tertawa, menggerakkan kepala. kebenaran terdengar bahagia berayun di dahan dahan. dedaunan berguguran tanpa suara*

Minggu, 21 Juli 2013

black hole

apapun juga yang berada di dalam lubang hitam telah menarik setiap yang mendekat, menahan semua yang masuk ke dalamnya. sengaja atau tidak sengaja lubang hitam menjadi menakutkan, lubang, hitam pula. kalau kebetulan berjumpa lubang hitam, aku tidak akan mendekat. akan kubuat alasan untuk menunjukkan betapa aku waspada dan bijaksana menentukan arah, aku tidak ingin terpikat padanya, tidak mau menjadi tawanannya. biar saja lubang hitam menganga selamanya, macam kelaparan atau kekosongan, mabuk cahaya. mengingat aku cuma manusia biasa, mudah terhanyut rasa puas dan bangga, kukedipkan sebelah mata sebelum kupalingkan wajah. lubang hitam mungkin tidak melihat senyuman di balik kepala. hitam rambutku tidak selegam lubang hitam, tak apa. kuayunkan saja rambutku di hadapannya, tanpa segan. tak ada lengan yang dapat diulurkan lubang hitam untuk mengantarnya lebih mendekat, tak ada jari jari yang bisa dipakainya untuk menyentuh bagian belakang kepalaku. lubang hitam tidak punya organ tubuh untuk menarikku lebih dekat agar bisa ditelan. sekali lagi aku terhanyut rasa puas, macam kehausan atau kekosongan*.

Minggu, 14 Juli 2013

sungkur

manusia yang tidak pernah ke mana mana mempunyai cukup banyak waktu untuk mengangankan banyak tempat. manusia yang mengunjungi banyak tempat menginginkan lebih banyak waktu untuk berdiam di satu tempat.
pada setiap langkah aku bertanya, manakah yang lebih mudah dan menyenangkan. berharap penuh kakiku terantuk sebutir batu yang selalu berserakan di mana mana. sebutir batu yang terjatuh dari puncak kerinduanmu.
atau kau tersandung aku yang terkutuk menjadi batu. telah banyak kali kukhianati tempat, waktu dan kemanusiaanku*

wayang

nyatanya sang dalang tidak pernah beranjak, tidak datang atau hilang selama pertunjukan. hanya menggerakkan kedua tangannya dengan cekatan. mengganti layar, wayang, adegan, sejalan kisah dan peristiwa. para penonton datang dan pergi sekehendak hati memilih bagian cerita yang disukai, pentas tidak peduli.
wayang golek dan wayang kulit tidak punya kisah tanpa gerak dan suara sang dalang. tapi wayang orang bergerak dan bersuara sendiri. tak terlihat sang dalang di balik layar pada pertunjukan wayang orang.
seperti kenyataan*  

rahasia malam

jika aku bersedia mendengar suara gelap langit. ada dua kemungkinan yang akan dikatakannya, aku sedang tak ingin dipandang, atau sekarang aku tak ingin memandang. kemungkinan ke tiga, ke empat dan seterusnya akan kudengar pada saat kau datang, memadamkan gelap*

Jumat, 12 Juli 2013

kembang gula

aku ada, meniadakan antara ada dan tiada. pesan terakhir kembang gula kepada liur dan lidah. manis. manis. manis. meredakan tangis dan rasa amis.
kau ada, terselip di antara rahang dan gigi, kembang gula mekar di segala musim. aku tidak menangis, aku berbisik, mata airmu manis*  

arung

hujan deras. arus sungai bergemuruh menyusuri batu batu. langit mendung tidak berparas murung. di bawah kemegahan kelabu kudengar jeram jeram berputar, meneriakkan keperkasaan yang tidak peduli ke arah dataran tinggi, jangan mendekat atau kuhanyutkan. terdengar serupa siulan kerinduan yang berhasrat meruntuhkan dinding kamar mandi. ada tubuh menggigil, entah enggan atau kedinginan mencari pelukan. hujan berenang, timbul tenggelam pada segala permukaan, menghirup dan menghembuskan kefanaan tanpa takut tenggelam*

Kamis, 11 Juli 2013

mimpi

hujan di bulan juli sesejuk hujan januari. hari hari ini kupahami lebih nyata dari puisi. ada yang tak sama, tak ada lintah mampir di lantai rumah. lintah lebih tahu bedanya, kelembaban musim hujan atau musim panas yang basah. atau lintah lintah telah membenahi diri dan tempat tinggalnya hingga tak lagi harus keluyuran mencari kenyamanan sampai ke pemukiman yang bukan habitatnya. kuingatkan dirku untuk menemukan mahluk selain lintah untuk kupandangi, mahluk yang mirip irisan dari segumpal hati, setiap celah dan rongganya berisi darah, merambat dan berdenyut sesekali, tidak berparas sedih atau gembira, menempel erat kepada makanannya, membuatku sedikit begidik saat terlalu dekat. hujan tanpa lintah bukan hujan yang salah. hanya saja lantai rumahku terasa begitu lengang, terasa dilupakan. tiba tiba aku ingat, belum kujumpai seekorpun capung selama berbulan bulan. apakah tanaman punya ingatan dan merasakan kehilangan. hujan menjatuhkan pertanyaan. katak katak hanya mendengar, tidak menyanyi, udara hening. matahari bermimpi*

Rabu, 10 Juli 2013

mudigah

setiap jiwa yatim piatu, memahat ayah, ibu dan rumah yang tidak ingin disentuh. yang menyayangi dan menjaga seakan akan dari kejauhan. setiap jiwa yang telah menemukan ayah, ibu dan rumah yang kasat mata menyayangi dan menjaga tubuh. apakah keutuhan menunjukkan jalan pulang, kenangan dan nenek moyang. apakah yang berserakan menantikan tuhan. selamat mencari jalan keselamatan, jiwaku mengucapkan salam kepada tubuhku di persimpangan. mewariskan dingin pada telapak kaki, peristiwa demi peristiwa merajut tanda mata pada bingkai jendela yang tidak berumah. hanya tubuh ingin bertemu. hanya tubuh yang menunduk. hanya tubuh yang memeluk. hanya tubuh yang bersujud. hanya tubuh yang mengantuk*

Selasa, 09 Juli 2013

puzzle

mesin waktu menjadi angan angan terburuk untukku. keberadaanya akan mengantarku menemui ibuku untuk satu satunya tujuan yang kukira terbaik untukku dan seluruh alam semesta, mencegah ibuku melahirkan aku. ini tak pernah kukatakan padamu. aku tak ingin kau tahu aku sanggup hidup dengan angan angan seburuk itu. tapi bukan kau kalau tak bisa membalik keyakinanku hanya dengan satu kalimat picisan. ya cuma satu kalimat, kalau ada mesin waktu akan langsung kubilang i love you saat kita pertama bertemu. cukup satu kalimatmu untuk membalik angan anganku. menciptakan yang terbaik dari yang terburuk. peduli amat dengan mesin waktu. kau telah menunjukkan padaku, ibuku telah melakukan yang terbaik untukku dan seluruh alam semesta*

hakekat

sebuah perahu kertas yang bertahan lama, bagus serta utuh adalah sebuah perahu kertas yang tidak pernah merasakan serunya berpura pura menjadi perahu sungguhan, tidak pernah ditaruh di permukaan air, tidak pernah dihanyutkan untuk mengikuti arus yang paling tenang sekalipun. entah kenapa anak anak melipatnya dari selembar kertas kemudian seolah olah sengaja tidak melarungnya. mungkin anak anak lupa, atau kehabisan waktu bermainnya, atau teralihkan perhatian anak anak ke arah mainan lain. kertas berbentuk perahu tidak dapat mengeluh, tidak dapat meronta untuk membebaskan diri dari lipatan lipatan yang menjadikannya bernama perahu kertas. seekor kecoa berjalan memutar ketika berpapasan dengannya. tidak heran, cuma anak anak manusia yang tahu bahwa perahu kertas bisa jadi bukan sekedar kertas yang telah terlipat. kalau saja seekor kecoa tadi tidak cuma lewat, menyempatkan waktu menaikinya, kecoa mungkin akan tahu rasanya pura pura berlayar. lantai di mana perahu kertas tergeletak, anak anak berlarian, kecoa melintas, terasa sejuk, kering dan datar, tidak terusik oleh segala kemungkinan. seekor kucing datang begitu saja dari pintu depan yang terbuka, merebahkan tubuhnya di atas lantai. si kucing segera terbenam dalam kesibukan menjilati jari jari kaki depannya. lantai kering dan datar menghangat akibat tertindih tubuh kucing. semua seperti tuli, tidak mendengar suara teriakan dan derap kaki anak anak yang berlarian. anak anak mungkin ditulikan oleh kebisingannya sendiri. tidak ada siapapun atau apapun yang ingin menepi*

miss komunikasi

sebatang pohon sangat angkuh, tak satu kalipun kudengar ia membalas perkataanku. ia juga diam ketika aku mulai memamerkan sebilah belati dengan ancaman melukai. ia masih diam waktu aku berniat mengiris lidahku sendiri. baiklah kau boleh tidak peduli, kau toh tidak berarti, cuma sebatang pohon, masih benyak pohon lain. berhari hari, berminggu minggu, berbulan bulan, bertahun tahun, berbatang batang pohon kuhadapi. sia sia. belum kutemukan rahasia bagaimana sesuatu yang memberi keteduhan, perlindungan, makanan, dan jalan untuk memanjat, bisa begitu tidak peduli kepada yang lain sekaligus dirnya sendiri*

hari besar

masalahnya bangsaku adalah bangsa takabur. sifat optimis memang bikin segalanya lebih cerah, tapi kalau setiap hari cerah, pasti ada yang merindukan mendung dan cuaca buruk, para joki payung, para produsen dan penjual mantel, jas hujan, sepatu boot dan aneka benda lain sejenis alat alat pelindung cuaca buruk. kelihatannya tolol dan mengada ada, tapi nyata. begitulah, bangsaku memperingati hari pahlawan dan kebangkitan nasional setiap tahun. melupakan bahwa pahlawan dikenal karena adanya para pecundang dan hanya yang pernah terjatuh mempunyai peluang untuk bangkit. sesederhana hitam dan putih, lawan menciptakan ikatan, ikatan menyebabkan keberadaan. sesuatu yang baik mesti seimbang, sejalan hukum alam. kalau mau menjadi bangsa yang lebih besar, salah satu yang bisa dikerjakan dengan sederhana adalah menambah hari besar nasional. wajah wajah warga negara biasanya bertambah cerah saat tiba saatnya merayakan hari besar nasional, dengan berbagai alasan dari universal sampai personal, rakyat akan bersuka cita pada hari besar nasional. aku pernah dengar bangsa lain merayakan hari kematian dengan meriah. alangkah senangnya kalau bangsaku mau merayakan hari pecundang atau hari kejatuhan nasional. bahkan hari buruh yang dirayakan bangsaku cuma ikut ikutan, tapi mending dari pada berkeras kepala tidak sudi mengerjakan budaya asing yang menggugah kesadaran. sebuah bangsa, seperti manusia akan mencapai tingkat kepribadian lebih mulia saat ia bisa merayakan dengan sama meriah segala keadaan. kubayangkan, orang asing akan berduyun duyun mengunjungi negeri ini untuk menyaksikan pawai meriah pada hari pecundang atau hari kejatuhan nasional atau hari penjajahan. ada sangat banyak latar belakang kejiwaan yang dapat muncul untuk menjelaskan ketertarikan manusia pada keunikan. andaipun merayakan hari pecundang lebih dekat ke arah kebodohan, atau lebih parah kegilaan, tetap bisa kubayangkan kemeriahan acaranya, besarnya tambahan penghasilan negara dan rakyat akibat sikap antusias manusia pada kegiatan budaya dan pariwisata dengan tema yang tidak biasa. juga menambah manfaat di bidang pendidikan, tidak harus menunggu sampai meraih gelar sarjana filsafat atau menjadi guru besar untuk dapat memahami kenyataan, bahwa sebuah bangsa seperti manusia untuk berkembang secara maksimal butuh dicintai apa adanya*

Senin, 08 Juli 2013

buku halus

aku selalu tergoda untuk menuliskan cinta pada semua mahluk dan benda benda. seolah olah tahu cuma aku satu satunya yang mampu menulis dengan bagus. cuma aku yang membaca kata cinta yang kutulis di mana mana. demikian adanya, hampir setiap mahluk dan benda tidak mengelak kata kata cinta. kubaca cinta di mana mana, cinta pada coretan cat dan tinta aneka warna, cinta pada setiap sayatan dan pahatan. aku tidak pernah menduga akan ada yang menemukan noda dan luka pada semua cinta yang kutuliskan dengan segala cara.
aku sedang merenungi buah tanganku ketika seorang anak kecil tiba tiba mendekatiku, matanya lebar menyiratkan pandangan penuh minat. anak kecil melihat pada kata cinta yang kutuliskan sembarangan di mana mana, sesaat kemudian ia melihat ka arahku dan bertanya, susah ya.
apa yang susah.
belajar menulis halus.
hahaha, anak kecil sok tahu.
aku punya buku halus, mengacuhkan cemoohku, anak kecil seperti ingin meringankan pekerjaanku.
aku merasa terganggu, semakin gelisah ketika anak kecil dengan sikap kekanakannya mulai mengeja tulisanku*



Minggu, 07 Juli 2013

surat dari tuhan

sudah sejak lama ingin kukirimkan surat dengan cara elegan. dengan bantuan burung merpati atau burung hantu. mahluk hidup bersayap yang mau menolongku menyampaikan pesan. mahluk hidup bersayap harus punya kehendak bebas terbang ke arah manapun, tapi pengantar surat memutuskan untuk terbang ke arahmu demi menyampaikan pesanku. memang pengirim suratku harus bersayap agar bisa terbang karena hanya dengan berada di ketinggian ia dapat menemukan tempat di mana kau sedang berdiri, duduk, berbaring, apa saja, sambil sesekali menatap langit. seolah olah sedang menunggu pesanku datang. seolah olah kau tahu dari dulu ingin kukirimkan surat dengan cara elegan. setelah menemukanmu, mahluk bersayap menukik turun dari langit, mendekat ke arahmu, terbang rendah, mengepakkan sayapnya atau hinggap padamu untuk menarik perhatianmu hingga kau sadari penantianmu hampir berakhir. kemudian kau akan mengambil selembar surat yang kusematkan pada kaki mahluk bersayap yang merasa puas telah menunaikan amanat. mungkin mahluk bersayap tidak langsung terbang menjauh. setelah menempuh perjalanan jauh dan tinggi melalui segala cuaca mahluk bersayap tentu ingin tahu seberapa berharga pesan yang dibawanya. apa kira kira arti dan makna perjalanannya, atau lebih tepat, penerbangannya, untukmu yang menjadi tujuannya. kuingatkan lagi, mahluk bersayap di sini bukan malaikat yang tidak punya kehendak. mestinya kau segera membuka suratku untuk melihat pesanku. membaca, meresapi maknanya.
selembar surat tanpa pesan telah kukirimkan dengan cara elegan. kuharap kau paham dari awal bahwa selembar surat yang dikirimkan dengan cara elegan sudah sepantasnya mengandung pesan yang juga elegan. serupa dengan pengantar suratnya, suratnya sendiri harus punya kehendak bebas menyampaikan pesan.. jika suratnya memang setara hebatnya dengan pengantarnya, pasti akan memilih menyampaikan pesan yang tepat, pesan yang akan meninggalkan kesan elegan, untukku pengirim surat, mahluk bersayap pengantar surat, dan untukmu penerima surat.
kalau segalanya berjalan sesuai rencana. kau dan aku akan mengerti bagaimana caranya menghargai atau lebih tepat menghormati setiap kehendak. seluruh bumi sepertinya hendak bernyanyi mengiringi kehendakku dan kehendakmu menari nari bersama kehendak selembar kertas tanpa tulisan dan mahluk bersayap yang bukan malaikat*

dogma

harus berapa kali kunasehati diriku untuk berhenti membohongi diriku sendiri. lebih memuakkan lagi aku tidak percaya aku butuh menasehati diriku sendiri. seperti kawanan serangga pemuja cahaya, terus menerus menghampiri terang tanpa melihat kenyataan, bangkai kawanannya, atau yang sekarat dan masih berputar putar kehilangan sayap, menanti ajal. mungkin sudah ribuan kali kupakai pengandaiaan ini, belum mampu ketemukan yang lebih mendekati kenyataan. apalagi yang kukehendaki, banyak sekali, sebanyak yang telah kumiliki. pasti aku tidak sendiri merasakan ini semua. tuhan yang baik tak hendak menuntunku ke jalan yang benar. aku bukan domba, justru itulah masalahnya, seekor domba tidak akan bertingkah macam macam. tidak ada kebetulan. kebetulan tidak samakah dengan kebenaran, betul tidak berarti benar. bukan masalah makna kata dalam bahasa. semakin panjang aku khawatir akan semakin banyak kebohongan. aku beruntung masih punya tempat membuang sampah. mencegah kepalaku membusuk sampai membunuhku. tapi kebohongan serupa sesuatu yang bisa didaur ulang dengan sangat mudah, kukira sayang sungguh sungguh dibuang, masih bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan. ini juga kebohongan. kebohongan bahwa aku pernah ingin berhenti membohongi diriku sendiri. aku merasa serupa seekor ternak yang sedang berbaring di padang rumput sambil memamah biak. tuhan maha baik, maha pengampun, tak perlu kuminta maaf. tapi bukan tuhan sendiri yang mengatakan demikian. aku sedang menunggu tuhan berkata kata, kalau aku kebetulan benar benar bukan seekor ternak. memangnya aku siapa sampai merasa pantas menerima perkataan tuhan dengan indera pendengaranku. hahaha... aku ingat sebuah film lama, tuhan diperankan seorang perempuan, penyanyi bersuara hebat, ketika adegan tuhan bicara, perempuan pemeran tuhan membuka mulutnya lebar lebar, mengeluarkan suara dahsyat yang membuat semua tokoh dalam film itu seolah olah diterjang badai. tidak ada kata kata yang bisa dipahami, mungkin gambaran yang mirip dengan kebenaran atau kebetulan. aku tidak yakin. bagaimana ini, aku tidak bisa berhenti. aku bukan serangga dan tidak akan sekarat karena sayapku patah, atau hangus oleh nyala cahaya. mengerikan sekali. aku tidak tahu cara berhenti. sudah habis secangkir kopi. tidak ada serangga, tidak ada domba atau ternak apapun dalam kamarku, kalau aku tidak sedang mengatakan kebohongan, tuhan juga tidak kelihatan. ketika aku merasa rindu mengerjakan sebuah pesan, datanglah padaku kalian yang letih dan berbeban berat. aku bukan kalian, belum letih dan tidak sedang mengangkut beban, bahkan aku tidak berjalan, tidak pergi atau datang. wahh* 

Sabtu, 06 Juli 2013

animal instinct

lingkaran dan lingkaran. berputar bersisian, berpindah tempat dengan kecepatan dan kemiringan beranaka ukuran. haruskah aku percaya hidup serupa putaran roda, kadang di atas kadang di bawah. sejalan siang dan malam, sedih dan gembira. kelihatannya masuk akal. manusia bijak punya nasehat, berdiamlah di pusat lingkaran, selalu diam, di pusat lingkaran, tidak perlu menghiraukan putaran, tidak kadang di atas kadang di bawah, selalu di tengah. seperti tidak sama dengan hidup. ciri ciri mahluk hidup adalah bergerak. berada di pusat jeruji rodapun akan terbawa berpindah tempat bersama roda. berpindah atau berhenti bersama putaran roda. sudah pada tempatnya jika manusia bijak pandai berdalih, bahasa modernnya menemukan solusi. dan aku paling suka mencibir dengan bibir sekaligus hati kepada segala yang tidak mampu kuraih. apa salahnya, di mana, bagaimana bisa. pengetahuan dan teknologi telah menunjukkan padaku keelokan harimau gunung, kegigihan kawanan burung bangau. masih mending, dibanding cara induk panda membesarkan bayinya. aku terpukul. sering kali kupukirkan dan kukatakan kaum binatang sangat menakjubkan, tapi semua kukerjakan asal asalan. aku toh manusia, tidak siap sama sekali menerima kenyataan bahwa kaum binatang sungguh sungguh menakjubkan, jauh melebihi yang selalu kupikir dan katakan. memang tidak salah kalau aku takjub dengan rupa, bentuk, ukuran atau warna beberapa jenis hewan, mestinya tidak lebih. mestinya mereka layak mendapatkan kekaguman hanya kerena segala yang kulihat dengan mataku, bukannya karena sifat, sikap, perbuatan, cara hidup mereka yang diukur dengan nalarku. kaum binatang mestinya tidak memiliki patokan nilai berdasarkan akal budi. kalau kubilang nilai nilai terpuji yang diamalkan kalum binatang hanyalah naluri, akan lebih menghina diriku sebagai manusia. naluri saja bisa segitunya, bagaimana kalau kaum binatang mulai mendapatkan pencerahan dan belajar bertindak berdasarkan suara hati. secara naluri saja manusia tak akan mampu bersaing kebaikan dengan binatang. mungkin akal budi pada manusia sedang menjalankan perannya dengan baik pada seseorang yang rela menempuh kesulitan untuk menunjukkan kepada manusia bebal macam aku, tentang naluri binatang. aku juga berterima kasih tidak ada binatang bijak yang akan memberitahu kaumnya untuk menemukan pencerahan dengan berada di pusat lingkaran. kaum binatang tidak mengenal lingkaran roda kehidupan sehingga tidak kadang di atas kadang di bawah. kaum binatang berjalan, berlari, melompat atau terbang dengan kaki dan sayapnya sendiri, tidak menumpang roda kehidupan apapun. kupandangi bayiku yang tertidur, mumpung anakku masih bayi, belum mengerti ucapanku, akan kukatakan padanya saat ia terjaga, apapun yang terjadi pada hidupmu nanti, ingatlah kasih sayangku tidak akan banyak membantu, naluri keibuan seekor induk panda jauh lebih mulia dari yang kupunya*

Kamis, 04 Juli 2013

malaikat kecil

kenapa ia mau dilahirkan. menanggalkan sayapnya. meninggalkan angkasa dan semua mainan terbang berkilauan yang biasa disentuhnya.
ia tertawa dalam tidurnya. menyalakan kenangan tentang pertanyaan serupa yang pernah dibisikkan bunda di antara jeda ciumannya. bagaimana aku bisa lupa, sepasang lengan bunda mengayunku tinggi berulang kali, sekokoh sayap, mengantar tanganku mendekati wajah dan matanya, pendarnya lebih memikat dari segala terang yang diterbitkan langit.
ia merengek manja, matanya terpejam rapat. mengingatkanku lebih cermat, betapa dada bunda sehangat angkasa, dekapannya membentang seluas angan*

bintang hati

langit memang tinggi, datar, licin dan tak berongga. bintang tak punya tangan untuk berpegang, tak punya kaki untuk berdiri. tapi semuanya tidak benar menerangkan sebab jatuhnya sebuah bintang. sempat kutanyakan sendiri kepada satu yang sedang terkapar, setengah sadar bintang berkata, aku jatuh karena ingin mengabulkan doamu*

Rabu, 03 Juli 2013

fajar dan senja

dua kali sehari ia belajar melukis, mencoret coret langit dengan macam macam bentuk, lengkung, garis dan sapuan warna berbeda. dua kali sehari pada setiap hari. tak pernah satu kalipun ia menghasilkan lukisan yang sama. setiap kali kupandangi lukisannya aku jadi bertanya tanya, sebenarnya ia jenius atau asal asalan*

seperti

malam sejuk. langit mengirimkan butir butir air bening. aku boleh memilih bagian mana pada wajahku yang ingin basah hanya dengan mematung sambil menengadahkan kepala. malam sejuk, mataku basah tanpa air mata. kucoba mengingat apa yang pernah kuserahkan hingga langit mencurahkan berkah. tak ada. mungkin langit mengerti, hanya ingin membasahi mata, menjadikan permukaannya seperti telaga*

think again

jika benar pikiranku bisa mengubah sesuatu. waktu mungkin tidak sepakat denganku. percuma mengajak waktu bersekutu, ia terlalu sibuk menghindari masa lalu atau menyusun rencana masa depan. waktu tidak ingin kubuang buang untuk mengubah apapun. lagi pula aku sejenis manusia pemalas, tidak cekatan dan tidak suka bersusah payah. kalau benar pikiranku bisa mengubah sesuatu, mending aku berpikir tidak ada sesuatupun yang perlu kukerjakan untuk mengubah apapun. berpikir bisa dikerjakan sambil bersantai menghisap sigaret, pun di tengah kekacauan. mataku membulat senang memikirkan, alangkah nikmatnya pikiranku, aku tak perlu mengubah segala sesuatu. segala sesuatu sempurna saat aku memikirkanmu*

gerhana

karena setiap jiwa yang membaca dengan mata terbuka seumpama gerhana matahari total yang terjadinya sangat langka. ratusan tahun sekali. melihatnya dengan mata telanjang beresiko kebutaan. ketika ketiga benda paling berperan dalam pelajaran tata surya, matahari, bumi, bulan, berada sejajar, segaris lurus. kalau mau lebih jelas bisa membaca ulang bab tentang tata surya pada buku buku sains. mereka tidak berdusta. manusia bermata sehat dan normal memerlukan benda benda perantara untuk memandang gerhana matahari total dengan aman, supaya matanya tetap sehat, terhindar dari bahaya menjadi buta. wadah, air, kaca mata berlensa khusus. begitulah manusia yang hendak melihat suatu tempat, peristiwa, jiwa, tubuh, berada tepat selurus waktu. membutuhkan perantara agar tidak dibutakan cahaya gerhana. hanya melihat pantulan dari sesuatu yang luar biasa. buku, kata kata, dan tangan tangan yang menyusunnya. melihat bayang bayang lebih aman, tapi selalu tidak sama dengan melihat secara nyata. beberapa manusia bodoh yang terlalu ingin tahu dengan senang hati akan menjadi benda benda perantara demi sesamanya melihat fenomena. dalam setiap angkatan selalu dapat ditemukan satu dua atau tiga, bukan masalah jumlah, tapi selalu ada yang cukup naif dan tidak keberatan membutakan matanya. selalu ada yang ditakdirkan menjadi penulis*

Selasa, 02 Juli 2013

true love

beginikah rasanya menyayangimu. tak bertepi. jalan atau berhenti kehilangan arti. terharu tanpa air mata. tertawa tanpa suara. tak berhingga. semua tempat dan waktu menyerbu jantungku.
tio the point saja, aku tahu kau akan berkata, to the pont saja. tidak bisakah kau lebih menghargai seni.
aku berusaha sepenuh hati, makanya kukatakan to the pont saja.
betul kan.
to the point saja.
aku sedang horny.
merdu sekali.
makasih*

jalan buntu

niat orang tua menjual ginjal demi menebus ijasah anaknya memang kisah yang sangat memelas, menciptakan gelombang belas kasihan yang menghanyutkan. sayangnya tidak lebih. aku memang terhanyut, untuk turut mengasihani, tidak lebih. seseorang yang berniat menjual sesuatu yang tak terbeli memang sepantasnya dikasihani, tidak lebih. membeli ijasah selalu lebih mudah dari pada membeli ginjal, juga untuk orang awam. jika ada yang mau menjual ginjalnya untuk mendapatkan ijasah anaknya, betapa dramatis. lebih dekat kepada naskah cerita drama, lazimnya di asia. jauh dari kehidupan. mungkin orang tua itu benar benar berhati mulia untuk anaknya. aku tidak mengenal baik orang tua atau anaknya. hanya berangan angan, akan sia sia saja pengorbanan orang tua sejenis itu, seperti apa anaknya. aku memang manusia tidak berhati, tidak berperasaan, tapi kukatakan saja, anak dari seorang tua yang berniat menjual ginjal untuk ditukar ijasah anaknya adalah anak yang tidak pantas memiliki ijasah apapun, kecuali anak tersebut bertekad tidak meneladani sikap hidup orang tuanya. malang benar anak anak yang terlahir dari orang tua yang berharap dengan mendapatkan ijasah anak anaknya akan hidup lebih layak sebagai manusia*

byurr

aku jadi perempuan cuma untuk menikahimu. kalau saja kau bersedia kumpul kebo denganku, kau akan tahu, bahwa bercinta dalam kubangan lumpur tidak kalah nikmatnya dengan di atas kasur*

Senin, 01 Juli 2013

kokok

beberapa ekor ayam berjalan hilir mudik dengan bahagia. sesekali berhenti, mengais rumput, mematuk dan menjulurkan lehernya, mengantarkan bunyi bunyi kehidupan kepada separuh badan mantan temannya yang sedang berbaring di atas cobek dikelilingi sambal dan lalapan. tiba tiba aku sangat senang tidak dilahirkan sebagai seorang nabi yang memahami bahasa binatang. kotekan ayam ayam begitu lahap kutelan. ayam tidak akan menjadi hewan langka apalagi sampai punah, selama masih ada manusia doyan menyantap ayam bakar. terpujilah tukang masak, ayam bakar melestarikan ayam*

koma

akan kuputuskan aku pandir atau pintar setelah aku tahu pasti, mana yang lebih sulit si pandir yang ingin menjadi pintar, atau si pintar yang berharap menjadi seorang pandir*

singkat tangan

akibat mematuhi nasehat kitab suci aku tidak pernah memberi. kubiarkan setiap sosok yang mengiba atau meminta berlalu dariku dengan tangan hampa. lebih baik begitu dari pada pemberianku sia sia. karena tidak sanggup memenuhi kebutuhan penerima, tidak pula mendatangkan pahala.
kitab suci berkata, jika memberi dengan tangan kanan, sembunyikanlah dari tangan kiri. kitab suci mestinya serupa orang suci, sukar dimengerti. kalau saja nasehatnya menyebutkan mata, akan jauh lebih mudah. aku bisa memberi sambil memejamkan sebelah mata, sebelah manapun tak masalah. tapi tangan tak punya mata. lagi pula para orang tua dan guru sering berpesan untuk memberi dengan sopan, dengan sepenuh hati, dengan mengulurkan kedua tangan. sampai hari ini, aku masih tak mengerti bagaimana caranya memberi dengan sepenuh hati mesti dikerjakan tanpa diketahui salah satu sisi tanganku. bahkan aku tak tahu apakah masing masing tanganku memiliki mata dan kehendaknya sendiri. bagaimana caranya mengatur sesuatu yang tidak diketahui dengan pasti. seorang hakim agung paling bijaksanapun akan memutuskan hukuman seorang pencuri yang tertangkap adalah untuk seluruh anggota tubuh pencuri. dari ujung kepala sampai ujung kaki si pencuri harus menanggung akibat dari perbuatannya, bukan cuma kedua tangan atau malah cuma salah satu sisi tangannya. kenapa dalam hal memberi harus dirumitkan kitab suci. tidak mengherankan kalau di dunia yang kebanyakan dihuni oleh manusia yang patuh kepada nasehat kitab suci dapat ditemukan lebih banyak pencuri ketimbang manusia murah hati. dan tidak sepantasnya menyalahkan kesucian, kitab atau orang. aku hanya merasa kalau kedua tanganku saja bisa tidak sepakat tentang satu hal, dalam hal ini memberi, apalagi yang layak kuharapkan dari yang lain.
tidak memberi sama dengan tidak menyebabkan yang lain menjadi penerima. setiap manusia secara naluriah lebih senang menjadi pemberi, bukan penerima. aku boleh sedikit lega, dengan kedua tangan saling menyilang mendekap dada, aku menyenangkan diriku dengan pikiran, mematuhi nasehat kitab suci, sekalipun tidak mengerti, pasti tidak akan berakibat buruk untuk siapapun*

ilusi

setelah bersusah payah melewati jalan setapak licin menanjak, penuh belukar dan bebatuan, harus pula ditempuh sambil menyandang ransel berat, akhirnya tibalah di puncak sebuah gunung. waktunya berdiri tegak memandang semua yang letaknya lebih rendah. puncak ternyata bukan apa apa, tak lagi tampak rupanya yang elok seperti yang kulihat sebelum kuinjakkan kaki di atasnya. sekarang saatnya menikmati ketinggian. dan kepuasan telah berhasil menaklukkan diriku sendiri. kepuasan menertawakan kelelahan. kepuasan ternyata benar benar telah menaklukkan. kepuasan itu tahu pasti, seorang manusia tolol rela membiarkan dirinya mati matian, tidak berpikir panjang menghadapi resiko kehilangan hidup, hanya untuk berjumpa dengannya di puncak sebuah gunung. aku merasa dikibuli, kepuasan sangat lihai mengaburkan pandangan. seolah olah ada sesuatu yang lebih dari sekedar hamparan dunia bagi setiap orang yang rela menahan banyak kesukaran untuk berada lebih tinggi dari kebanyakan manusia lain. sekarang apalagi. kepuasan menyematkan namanya di dadanya sendiri, nama yang sangat tepat sesuai wataknya. bikin aku iri. kepuasan kini berdiri megah di atasku, memamerkan langit. aku merasa kecil, kutendang sebutir kerikil ke arah wajah kepuasan yang berseri seri*

metamorfosa

aku lebih pantas menjadi manusia. bukan kupu kupu. belum pernah kutahu sebuah kepompong yang gagal menumbuhkan sayap tidak mati sia sia. tidak ada kepompong yang pecah, mengeluarkan seekor ulat hidup yang merasa baik baik saja. bersemangat memandangi daun daun muda dan harum, menumbuhkan hasrat untuk mengulang kembali proses metamorfosa. dimulai dengan makan sebanyak mungkin, kemudian membuat kepompong sebagai tempat berlindung. dalam tidur panjang mewujudkan impian memiliki sepasang sayap indah yang dapat mengantar tubuh kepada madu dan wangi bunga bunga .
ulat sungguhan cuma punya satu kali kesempatan mengubah diri menjadi mahluk yang lebih menarik dan layak dipuji. aku lebih pantas menjadi manusia, tidak putus asa, tanpa lelah mengulangi setiap usahaku menjadi lebih indah, agar mendapatkan makanan dan tempat lebih terhormat..
aku puas lebih pantas menjadi manusia hingga suatu hari, seekor kupu kupu menatapku, mungkin kupu kupu kasihan padaku, mungkin kupu kupu merasa terhina dan berniat meluruskan masalah. kupu kupu berbicara dengan matanya, berapa kalipun kaulalui metamorfosa, tak akan mengubahmu menjadi kupu kupu. kau benar, kau lebih pantas menjadi manusia.
aku tertegun, berhenti mengunyah sejenak. segera setelah mengosongkan mulutku dari sesuap daun daun segar, akan kusuruh kupu kupu diam. seekor kupu kupu lebih pantas tidak bicara*