Senin, 24 Maret 2014

*

ketika duduk, tak tahu apa hendak ditulis. kudengar dunia berceloteh riang. berisik namun jauh, bergairah. serupa pasar dini hari. dan segalanya hadir bukan untuk dimengerti. henya didengar, dengung lebah, deru nafas kucing yang sedang senang. kutemukan tak ada alasan untuk tidak mengetahui alasan angin mendentingkan lonceng pada waktunya. aku menguap, menyandarkan diri pada kursi, melepas kepergian konsentrasi. bagian bawah kepala sebeah kiriku berdenyut, mengingatkan aku hidup, dunia semrawut. menyenangkan, serupa memori pada sekeping gula kacang. rasa ngilu di rahangku, datang membawakan getaran halus, bisikan mesra, bau harum, yang tidak menakutkan macam hantu. menawarkan beberapa kalimat, dengannya kedamaian akan ditakar atau dibakar. selalu ada tujuan. meskipun yang hilang tidak ditemukan, atau tidak kelihatan. mata perih, udara jernih, sembuhlah, keruhlah. kutemukan kata kata yang sering dipertanyakan kesungguhannya, semuanya tenang tenang saja. lalu seorang remaja bercanda tentang hati yang patah. jadi berapa. aku menggeliat, merasa tidak sendiri, tidak pula mati, tenggelam dalam mimpi. malam masih pagi*