Kenapa
warung warung favorit kita selalu cepat menghilang? Ini seperti cerita misteri
yang sungguh sungguh terjadi. Warung warung yang menyediakan tempat nyaman,
menu nikmat dengan harga murah. Satu, dua, atau tiga kali, kita makan di sana,
sambil ngobrol, diakhiri dengan bicara panjang lebar sambil menikmati beberapa
batang kretek atau sigaret, setelah sendawa seluas dunia, terasa lebih dari
cukup. Tak lama kemudian, hanya beberapa hari, kita lewat di jalan sama yang serasa
berbeda. Keajaiban terjadi lagi, warung tersebut tutup, pindah tempat atau
entah apa dan bagaimana, tak dapat kita temukan. Dan misteri ini terjadi lebih
dari tiga kali.
Siapa sih
sebenarnya kita? Kenapa? Kasihan manusia lain yang juga pelangan dan penggemar
warung warung yang kita sukai. Tentang ini, aku tak berani, mungkin pula tak
sanggup mengemukakan pendapat logis. Teramat banyak warung di sepanjang jalan,
tapi sengaja atau tidak sengaja kau menemukan tempat ternyaman, makanan paling
nikmat, harga terhemat, sayang sekali hanya dalam waktu singkat segera lenyap.
Kau memutar
balik arah motor, khawatir warungnya terlewat tanpa terlihat. Dua kali kita
bolak balik di jalan yang sama, memusatkan perhatian dan menajamkan ingatan,
untuk memastikan warung itu benar benar tak lagi ada. Kemudian mau tak mau
mesti percaya, bahwa sekali lagi misteri itu terjadi. Yang sudah terjadi ya
terjadi. Satu satunya yang dapat dilakukan adalah mencari lagi, warung
pengganti. Kita lelah, lapar dan perlu tempat untuk bertukar pendapat tentang
warung ideal yang kembali menghilang.
Lain kali,
sebaiknya kita menahan diri, menyimpan baik baik rasa nikmat dan kepuasan
setelah singgah dan menikmati hidangan pada sebuah warung ideal. Tentu ada
banyak standar dan syarat agar sebuah warung layak diberi gelar ideal, berbeda pada
setiap orang. Biar saja, urusan dan standar orang, cukup ideal menurut selera
kita saja. Ya, lain kali, kita tak perlu menunjukkan kegembiraan berlebihan saat
mendapatkan rasa kenyang lahir batin dengan harga ekonomis. Diam diam saja.
Atau jangan berharap menikmati apapun, sekalipun sungguh sungguh nikmat lebih
dari tiga kali.
Ini penting.
Mungkin warung warung ideal memang lebih baik hilang dari pada kita kehilangan
kejutan. Rasa nikmat dapat datang setiap saat, dalam petualangan atau kenangan,
bahkan ketika kita salah jalan, kepanasan atau kehujanan, kehausan sekaligus
kelaparan. Rasa nikmat dapat menjalar, lebih panjang dari perjalanan. Tapi kejutan
tidak. Kejutan datang dan hilang tanpa rencana, tak disangka sangka. Seperti
saat kau mendadak mengerem motor tanpa sebab, selain alasan tak bermutu. Hanya demi
kaudapat kesempatan mengatakan komentar norak, Hmm…enak.., saat dadaku merapat
di punggungmu dan tanganku bergerak spontan memelukmu erat erat. Sebesar apapun
kedongkolanku, kejutanmu tak pernah gagal mengalahkan rasa nikmat.
Seperti kejutan,
hilangnya warung warung ideal, berhasil menumbuhkan motivasi tingkat tinggi sekali
lagi hingga tak terhitung kali, untuk kita kembali berjuang. Mencari tanpa
henti warung ideal yang lain. Demi memenuhi kebutuhan jiwa dan raga, kita tak
boleh jera, tak boleh patah semangat, tetap menjaga keyakinan, bahwa masih ada
warung ideal lain di muka bumi, asal kita ikhlas kehilangan yang lama yang tak
lagi ada, dan mau berusaha menemukan yang sesuai harapan dan kata hati.
Entah apa
yang sebenarnya terjadi dengan warung warung favorit kita. Warung warung
tersebut benar benar pantas disebut warung ideal. Keberadaannya menyediakan
nikmat, ketiadaannya mendatangkan hikmah. Setelah misteri terulang ke sekian
kali, saat menikmati hidangan dalam
suasana yang bikin kita merasa kenyang sekaligus saling sayang, kita sulit lupa
diri. Dalam hati dan pikir mudah sekali teringat betapa tak ternilai harganya,
anugrah terindah, hadiah tak terduga, kejutan tak disangka, petualangan,
kenangan, angan angan. Tak harus menjadi seorang militan, menggalang dana dan
massa, menebarkan slogan, menggugah kesadaran dan meyakinkan setiap orang, agar
ikut serta dalam keprihatinan mewujudkan gerakan #save warung warung ideal. Cukup
kita, kau dan aku, bersama, kau atau aku saja, menikmati makanan yang dipilih dan
telah dihidangkan sesuai pesanan, tanpa paksaan, sepenuh hati, lantas sesekali
cekikikan sambil ngudud dan ngopi, saat kau dan aku berdiskusi.
Lain kali mampir
sini lagi, atau cari yang lain.
Kalau bisa ke sini lagi. Murah. Sambelnya enak, nasinya kaya beras wulung.
Sudah berapa kali kita makan di sini.
Hmm,
seingatku sudah tiga kali.
Ya, siap
siap aja.
Wah…siap
siap gimana.
Sudah biasa
kan.
Haa…Bukan biasa.
Luar biasa.
Selain ideal,
warungnya boleh kita sebut pahlawan. Gugur satu tumbuh seribu. Tidak masuk
akal, murah, sedap, nyaman. Warung warung tersebut uniknya juga kerap bernama
sama, nama warung kebanyakan yang bertebaran sepanjang jalan di mana mana,
lesehan, lumayan, sederhana, barokah, kita, anda, bu sri, kadang kadang tak bernama. Mirip
pahlawan. Kita bisa berziarah sambil makan, seperti di taman. Taman apa saja. Tempat
nyaman di mana kita bebas tertawa sampai berlinang air mata. Berbincang mesra
sambil mengheningkan cipta*