Angin mendesing.
Klinting klinting klinting. Sebuah kepala pusing. Nguing nguing nguing. Seekor kucng
berbaring, tubuhnya bergulung rapat, hampir bundar, mengacuhkan semua suara,
juga suara dengkurnya. Dunia hangat bagi binatang. Ini pujian, setelah ujian
yang gagal. Kepala pusing dan angin bertukar aroma, kisah kisah perjalanan, si
hitam manis dalam gelas tinggal setengah.
Pada seruas
jalan, sebuah kios bensin eceran menuliskan kejujuran. Tanpa penjaga, yang
mengambil silahkan membayar. Dan sebuah kepala teringat padanya. Selewat tengah
malam, saat kehabisan bahan bakar, masih bukakah kios bensin kejujuran. Ini penting,
menguji niat dan nyali kejujuran seorang penjual, dibutuhkan pembeli yang putus
asa.
Seminar sanggup
mengubur manusia manusia yang terlalu percaya pada kesanggupan sesamanya. Blueberry
cheese, adalah nama isian roti. Seperti mochacino, android, memberi alternatif.
Untuk kepala pening. Pening atau pusing. Air seni berbau pesing. Sekarang angin
mendengar kepala berdesing.
Melintasi
seruas jalan asing dengan kepala berdesing. Selembar lidah mengering, semua
yang riang dan ramah membuat dahaga. Kios bensin kejujuran mendapatkan
kesempatan untuk menyejukkan dada manusia. Berapa harganya. Sebuah jiwa. Apakah
satuan ukuran paling tepat untuk jiwa. Sebuah, seruas, selembar. Segalanya berpeluang
menjadi masalah ketika menuliskan makalah.
Jika salah,
tidak apa apa. Debu menempel pada tiang lampu, merindukan sebatang jari memahat
peta setengah jadi. Hanya hujan. Hanya hujan, turun untuk reda. Sepasang mata
selalu saling setia dalam kering dan basah. Sepasang mata pada setiap wajah. Kebenaran
tak sudi berbagi makna dengan kebetulan. Jendela pelan pelan beranjak terbawa
roda.
Bisu. Bisu berwarna
biru dalam kantong celana menunggu manusia mengusap wajahnya. Menunggu sambil
menumpang kendaraan berwarna biru. Banyak jendela, untuk melihat atau untuk
tidak melihat.
Kiamat sudah
dekat, kata pak amat*