Rabu, 26 Maret 2014

*

di dunia lupa, kita adalah dua tiang lampu yang berdiri berseberangan. selamanya berhadapan. tidak saling kenal, tapi tak pernah lupa, saling menerangi, saling memberi, saling menghormati. seruas jalan di antara kita selalu semarak mnyambut gempa bumi. satu kesempatan yang memungkinkan salah satu atau kedua tiang lampu menjadi miring hingga terbaring melintang, menyentuh seberang jalan.
di dunia lupa, kita bukan siapa siapa. hanya benda mati. tidak meresahkan goncangan yang bikin kita tak lagi berdiri tegak. lampu lampu di atas boleh menjenguk kegelapan dan teriakan dari bawah yang tak pudar hasratnya kepada nyala. di dunia lupa, tak ada yang kenapa kenapa, hanya ada kita*