Senin, 30 September 2013

*

bijaksana bukan berarti bijaksini. bagusnya bijaksanasini. macam orang bego sama dengan tidak bego. duh bahasa, betapa pandainya mengacaukan dunia. kalau saja kau mengerti aku bilang i lov u pada setiap gerakku. begitulah cara bergembira yang kauajarkan diam diam. aku tidak dengar, sangat bangga dan bergembira menyangka menemukan sebuah keahlian orisinil yang bisa kupamerkan padamu. kau tentu saja akan menyerap segala yang ditumpahkan, mengucurkan kembali semuanya saat digenggam. serupa sepotong spons berongga yang tidak menyembunyikan apapun, selain kesenangan menjadi wangi dan berbusa. kau menggodaku, dalam tiap denting dan kilau. begitu ringan berputar, mengaduk pahit manis menjadi nikmat. kupikirkan setiap kali kuangkat gelasku ke bibir. aku masih berjuang memahat asap*

*

ia patut bersyukur, segala yang terhampar di hadapannya selalu lebih cantik dari pada yang diingatnya. lingkaran lingkaran hitam berjari jari perak terus menerus berputar melintasinya. begitu tidak peduli. tidak mengganggu, tidak melindas atau menabraknya. mereka punya jalan terbentang yang tak tahu seberapa panjangnya untuk terus berputar sampai tujuan. ia memiliki sebuah sudut lentur yang selalu dapat menyempit dan meluas sesuai harapannya untuk merasa nyaman. berdiri, duduk, bersandar atau terlentang. membuka atau menutup kedua kelopak matanya untuk melihat kenyataan. seluruh kenyataan yang memandangnya penuh rindu dan permohonan agar tangannya terentang lebar, telapak tangannya terbuka, jemarinya mekar. seolah olah siap memeluk setiap yang mendekat, yang merapat ke dalam jarak rengkuhannya. ia tidak menghindar. silau dan pekat bergantian mengajaknya tinggal dalam kekaguman, untuk seluruh terang dan gelap. ada kerlip atau bayang yang menampilkan setiap khayalannya, seperti pertunjukan tanpa akhir. sangat memikat, mengurungnya dalam kebebasan. ia merasa serupa gunung, yang ingin didatangi. manusia rela menempuh banyak kusukaran untuk mendaki sampai puncaknya. berlumpur. berdebu. ditumbuhi segala macam perdu dan pohon, tempat hidup dan sembunyi betjenis jenis mahluk, lazim dan langka, semua ada dan senang tinggal di sana. peluh para pendaki menetes, membasahinya. langkah langkah menginjaknya, mengacaukan jejak dan debu pada sekujur tubuhnya. ia tak tahu cara mengeluh. ia tak tahu apa itu mengeluh. sepatutnya ia bersyukur. kalau ia tahu apa dan bagaimana itu bersyukur. mereka berkata ia telah kehilangan akal. kalau ia gunung, ia tidak mencari akal untuk meletus. kalau ada yang tidak suka melihat gunung, katupkan saja kelopak mata atau memalingkan wajah atau membalikkan badan. gunung tidak berpindah tempat. kalau begitu ia bukan gunung. rupanya betul. masa gunung naik gunung. ia tersenyum sinis, pandangannya menghujamku dengan desisan tajam, kau gila, berpura pura gila. memangnya bisa. ia tidak menyingkir untuk memberiku jalan. waktunya meledak. ia tidak layak menjadi sasaran sebuah dendam. ia seperti tidak pernah bersalah. bahkan bau busuknya yang menusuk dari segala arah lebih membangkitkan naluri kemanusiaan yang suka mencuci ketimbang amarah. aku, aku berharap ia tertidur pulas ketika sekitarnya hancur. tidak mengingat apapun ketika terbangun. seperti yang selalu, segala yang terhampar di hadapannya selalu lebih cantik dari pada yang bisa diingatnya. roda roda berputar seperti biasa meskipun aku tiada. ia baik baik saja*

Minggu, 29 September 2013

*

ada sakit tanpa rasa sakit. pada jiwa yang tumbuh dewasa. yang tunduk pada waktu dan tempat seolah padat. menjadi anak anak saja. tidak susah. malas mandi dan sikat gigi. makan dan minum hanya yang digemari. tidur dan bangun sesuka hati. kalau benar yang alami akan memperbaiki kualitas hidup manusia. lihat, aku bicara macam orang sinting atau bego level tertinggi. kenapa tidak. masih kurang. belum terasa sakit sebelum ibuku berkata, kau akan sakit kalau tidak berhenti. senangnya tidak pernah terjadi, ibuku melihat tanpa kulihat. berkata tanpa suara, kau akan sembuh jika terus berlari*

*

seni hidup. apa masih perlu ditemukan. sejak tumbuh muda. setelah mahir menikmati lagu lagu asing tanpa perlu mengerti bahasa asing. syair menjadi tidak penting. lagu keren, selera bagus. tidak perlu membuang waktu untuk mencari tahu pesan atau curahan hati penyanyi atau pembuat lagunya. urusan mereka sama saja, menghibur diri sendiri. suatu berkah dan keberuntungan tidak sengaja suara dan nada mereka terdengar luas. seni hidup. mendengar kicauan aneka macam mahluk tanpa perlu menghiraukan riwayat para mahluk dengan kicauan mereka. paling paling mereka persis sama dengan para pendengar, kecanduan suara dan nada*

*

tidak ada apa apa. semua pudar. dan hanya bagian dari jam, entah berapa lama yang harus ada. perlu kebosanan agar tidak membosankan sampai mati. apa bedanya dengan pesta atau busung lapar, semua perut kebanyakan berada di antara keduanya. setengah. setengah. jika ditulis dengan simbol dan angka dapat terbaca satu atau dua. satu garis miring dua. kenapa demikian. sejak aku lahir, belajar baca tulis, sampai setengah jam terakhir tidak ada pembetulan sama sekali.
jangan menangis, segalanya baik. ada ibu di sini. harus dikatakan berapa kali. dengan suara dan nada manis untuk membujuk siapa saja yang perlu dihibur. siapa saja. tapi aku bukan siapa siapa. cukup lucu. cukup membuat siapa saja memuntahkan isi perut. tapi aku bukan siapapun yang sudah mengisi perut.
betapa nikmatnya saat merasa penuh belas kasih kepada diri sendiri. satu atau dua bagian dunia tidak berkuasa tertawa, selebihnya terserah. jam orca*

Sabtu, 28 September 2013

*

aku matahari dalam lukisan anak anak berwatak periang. berwarna cerah dan tertawa, dikelilingi garis garis cahaya. di bawahku tumbuh jalan setapak, rumah, pohon, sungai, rumput dan bunga bunga. tiga ekor burung terbang melintas di dekatku, kepakan sayapnya menggelitik keningku. lengkung lengkung awan mengapung di sisiku, sesekali mengusap lembut pipiku. semuanya cantik.apalagi. banyak yang mungkin terlewat, setiap detil berseri yang kauberikan. maaf, aku terlalu banyak tertawa. caramu melihatku, membungkuk, menganggukkan kepalamu, menggerakkan tanganmu, begitu lucu. aku baru percaya kalau air mata bahagia sungguh ada. menggenang, mengalir, melukis jejak berkilau pada wajah matahari. berkali kali, sebanyak kalimat yang kukatakan, yang kautanggapi dengan menatapku lekat, kemudian membungkuk, menganggukkan kepalamu, menggerakkan tanganmu sambil berkata, baik junjunganku. ada apa junjunganku. mau apa junjunganku. ya junjunganku. siap junjunganku. kalau aku bukan matahari dalam lukisan anak anak, aku pasti bisa tertawa sampai mati*

*

hari hari serupa seikat kembang menjelang mekar. tak ada yang sampai hati membuangnya. setiap kali memandangnya kutemukan sepasang mata berbinar balas menatap, kapan saja siap melontarkan senyum dan tawa sangat banyak. siap menyalakan kebahagiaan, atau begitukah namanya. kebahagiaan tidak pernah kurasa serupa ini sebelumnya. ada lebih dan kurangnya dari kebahagiaan, lebih dan kurang yang menjadikannya lebih sempurna dari semula. lebih hangat dan teduh, membuatku nyaman dan aman hingga lupa menanyakan satu hal yang biasanya tak terpisahkan dari kebahagiaan yang lazim, sampai kapan, akankah selamanya. seperti hujan berjatuhan, tak terhalang pakaian. seperti ini. seperti itu. seperti sering kukatakan. tidak cukup. tidak pernah cukup. untukmu. untuk hari hari wangi yang menghias meja, kertas, angka angka, memenuhi rumah, menghias pintu dan jendela, berserakan di semua jalan*

*

dunia berwajah pucat ragu ragu mendekat, menatap gerbang terbuka. gerbang yang kehilangan makna. tidak menutupi atau menghalangi apa apa. batas adalah kehendak dan takdir adalah watak. jika bertemu sebuah api, ia hanya ingin membakar catatannya sendiri.
beberapa kalimat terakhir sudah tertulis. alur berjalan mundur pada kisahnya bukan tanpa alasan. karena segala hal perlu sebab. dan ia belajar dari pengalaman, memulai selalu lebih mudah dari pada mengakhiri. yang sulit layak dikerjakan lebih dahulu agar kemudahan menyerahkan dirinya, bulat, utuh dan tidak berbelit belit. ia suka berbaring, ketika atas dan bawah menjadi datar dan sejajar, dapat diputar sesukanya, tinggal memindahkan letak kaki dan kepalanya. dua miliknya yang paling berharga, selalu patuh melakukan kehendaknya tanpa prasangka. kepala dan kakinya sama sekali tidak berulah, dengan ringan dan acuh memindahkan dua arah berlawanan yang selalu menjadi masalah dalam kehidupan, arah. atas dan bawah*

Jumat, 27 September 2013

*

hari ini perempuan itu mengenakan baju hijau. bawahannya panjang, warnanya meragukan, mungkin hitam atau kelabu, atau biru atau ungu. hari ini ia berdiri cukup jauh. jarak memudarkan aroma tubuhnya. tidak macam malam yang tidak meredupkan mataku untuk melihatnya. berdiri diam di hadapan kaca tebal yang lebih besar dari tubuhnya. perempuan berbaju hijau tertegun kemudian termenung. ia membelakangiku, tapi aku tahu ia matanya menatap lekat kepada sesosok mannequin bergaun putih. sesosok bentuk perempuan cantik yang berdiri tenang dalam etalase kaca. tanpa kehidupan, tak akan ada kematian. sesosok cantik bergaun putih, serupa gaun pengantin. sesuatu yang tampak serupa mata namun hampa membalas tatapan perempuan berbaju hijau di luar dunianya. perempuan berbaju hijau telah sejak lama kukenal namanya, orang orang menyebutnya mbak tutik. mbak tutik yang baik hati. kurus. hitam dan jorok selalu menarik minatku, segala yang dipunyai mbak tutik. beberapa hari sekali bajunya berganti warna, entah bagaimana caranya. mungkin sederhana seperti yang terjadi pada perempuan lainnya. rupa rupa warnanya, kecuali putih. kebetulan sekali malam ini, dalam perjalanan pulang kupergoki mbak tutik sedang memandangi mannequin bergaun putih.
kalau aku dia, tentu akan kukerjakan hal yang sama ketika tiba di hadapan etalase kaca, menemukan sesosok putri beku berdiri, bergaun indah yang warnanya belum pernah kukenakan. pada mulanya terpesona, tak dapat cepat mengalihkan pandang, tak beranjak, tak bergerak. meraba dan mengelus dinding kaca, terasa begitu nyata dan sungguh sungguh penghalang. antara aku dan perempuan beku di balik dinding tembus pandang. meskipun orang orang berkata aku tidak waras, hilang akal dan ingatan, naluri membuatku melihat perbedaan. aku tidak memahami arti cantik dan indah, hanya tak bisa lepas dari daya tarik sosok di balik kaca. aku tidak cukup gila untuk bertanya. apakah dia bahagia, hangat dan selamanya berada di sana. hanya melihat ke arahnya, caranya membalas memandang, gaun putihnya. bahkan aku lupa apa sebutan warna gaunnya. ganjil sekali. aku tak tahu bilik kaca tempatnya berdiam namanya etalase, aku tak tahu perempuan beku itu selalu begitu, tak tahu orang lain menamanya mannequin, bahkan tak tahu ia perempuan atau bukan. semua ketidaktahuan yang membuatku kehilangan minat untuk mengerjakan yang lain selain melihatnya. kulupakan kebiasaan mondar mandir sambil mengomel. diam. sesuatu yang indah di balik kaca juga diam. aku tak tahu, sesuatu di balik kaca itu sebenarnya sama persis denganku, tak tahu apapun. tentang aku atau dirinya.
aku bukan dia atau dia. tidak berbaju hijau kumal atau bergaun putih bersih. hanya saja kutemui diriku sendiri sedang terperangkap pada satu tempat dan waktu, sempit dan sebentar, disesaki ironi. kalau aku menjadi aku, kupecahkan dinding kaca untuk memecahkan kediaman dengan bisikan, terima kasih mbak tutik yang baik hati*. . 

Kamis, 26 September 2013

*

aku mengenalmu serupa diriku sendiri. menjadi alasan mutlak kau kucintai. kau yang begitu asing, tak teraih, membuatku tidak berhenti mencintai. mencintai adalah proyek terbesar yang pernah kukerjakan, tak ada yang memberiku mandat. aku butuh semua alasan yang masuk dan di luar akal untuk mengerjakannya. setiap detik, segala arah, tak pernah terbuang, tak pernah terkenang. degup jantungku begitu riuh, mengalahkan semua nada dan suara yang bukan miliknya. cukup atau belum, aku tidak berhenti. kukatakan ini bukan sebuah janji, hingga tak bisa kuingkari*

*

manakah yang lebih menjemukan. berhenti atau mengulang kembali. atau mencari lebih. lebih busuk dari kejahatan kejahatan kemarin, lebih harum dari kebaikan kebaikan yang lalu. atau harus kutanggapi tawaran untuk membeli senjata api. sebelum mampu membeli pistol canggih, tetap harus kuulangi lagi atau mencari lebih dari yang ada. semua yang menjemukan. tak ada pistol gratis, beli saja susah. bagaimanapun pistol akan meberikan kematian paling bersih dan rapi. racun beresiko mati dengan tubuh ternoda muntahan, mulut berbusa. belati bikin berdarah darah. tidak bagus. mati dalam keadaan tidak bagus pasti terlihat buruk, macam manusia yang tidak menghargai hidup. pistol yang baik hanya akan membuat lubang kecil. jika moncongnya diarahkan tepat pada kepala, dibalik rambut, mungkin tak akan kelihatan jejak kekerasan sedikitpun. tepat seperti yang kuinginkan, kematian yang indah. kematian yang dirancang dengan cermat, tanpa kekerasan, tanpa paksaan. semua yang terbaik tidak mudah didapat. begitupun tempat dan waktu yang tepat. mengatakannya sungguh terasa gagah berani, berniat untuk menembak kepalaku sendiri. cara itu juga semacam klimaks untuk mengalahkan kematian yang konon datang semaunya, tanpa kabar dan kesepakatan dengan pemilik hidup. bayangkan kematian akan terkejut, mungkin kecewa ketika aku mendatanginya lebih dulu. itu tidak biasa. biasanya manusia lebih suka mempertahankan hidup ketimbang mendatangi maut. mendatangi maut, menggenggam dan mengendalikannya tepat seperti yang dikehendaki. sempat kupertimbangkan untuk menjadi pengikut sebuah kelompok radikal saja supaya lebih heboh. tapi mereka, para kelompok radikal itu tak ada yang kuanggap setara dan sejajar denganku. mengikuti mereka menjadikanku tidak terhormat. kehormatan memang salah satu bagian yang paling menjemukan, tapi setidaknya aku punya batasan sendiri untuk tidak menjadi hina dan memalukan saat jiwaku, setelah terbebas dari jasadku, merenungi kehidupan yang baru kutinggalkan. manusia yang bekerja dalam kelompok mirip serangga, yang tidak cantik pula, atau paling bagus unggas. tidak istimewa. ular, binatang paling cerdik sekaligus cantik dan berbisa selalu bekerja sendirian. setan memilih wujud ular ketika membujuk perempuan pertama, pasti ada alasannya, ular memang istimewa, dan sanggup menyelesaikan masalahnya sendirian, tanpa kaki, tanpa tangan, tanpa sayap dan telanjang. apakah ada seekor ular merencanakan kematiannya sendiri. mungkin pula itulah kelebihan manusia macam aku dibanding ular. ular terkecoh oleh kemampuannya berganti kulit, sebuah ilusi waktu dan hidup abadi. andaipun benar ular selalu mendapati kembali yang terbaik setiap kali berganti kulit, tetap saja menjemukan. katidaksadaran akan kesiasiaan, pengulangan, kebaikan atau keburukan lebih merendahkan martabat dari pada kematian.
setidaknya ini hanya sekali. kehidupan ini. tidak akan ada kelahiran kembali. aku puas mengingat pernah mengikuti ritual untuk menuntaskan karma. mereka bilang aku mengerjakannya dengan sempurna. aku tidak yakin reinkarnasi ada, kendati seringkali merasa pernah bersamamu dan mencintaimu sebelum kehidupanku saat ini. sekarang tidak jadi masalah, reinkarnasi benar ada atau cuma khayalan, aku pasti tidak akan terlahir kembali.
hanya ada sedikit pemikiran yang mengganggu. keras sekali usahaku untuk mengenyahkan angan yang satu ini, neski selalu kutepiskan, kemungkinan yang satu ini bandel serupa lalat. berputar putar tanpa tujuan jelas dekat telinga dan mata. mengeluarkan suara dengung yang dapat mebuyarkan khayalan tentang mengelahkan kematian dengan kematian. bagaimana jika kematian ternyata juga menjemukan. jika kematian juga menjemukan, apa lagi yang dapat kulakukan untuk mengubah kenyataan menjijikkan bahwa, mau tidak mau aku malah akan menjadi salah satu manusia yang dikalahkan kehidupan. dengan sebutir peluru meringkuk dalam otakku, bisakah kutemukan cara untuk membalas keculasan hidup. mungkinkah kehidupan sebenarnya lebih cerdik dan cantik dari ular. bahkan lebih cerdik dan cantik dari diriku sendiri, membujukku hingga terlena dan hanyut dalam hasrat menjadi sang pemenang. cuma agar ia kulepaskan dari genggamanku. kehidupan tampak gelisah, ingin menciut dan kabur, melepaskan diri atau menyusup sembunyi menembus telapak tanganku. haahh. memang menjemukan. kenapa tak ada sesuatupun yang lebih mengasyikkan dari segala yang kugenggam. mungkin mempunyai tangan adalah kutukannya, lebih buruk dari kematian atau kehidupan. lagi lagi ular. ular bukan pemilik tangan, tidak pernah menggenggam atau melepaskan. kenapa mahluk buntung macam ular berperan besar dalam takdir manusia pertama, dari surga hingga bumi. kisah yang ganjil, dan orang orang tua tak pernah jemu menuturkannya kepada anak anak yang belum panjang akalnya. anak anak yang riang gembira menggenggam pistol mainan. mahluk mahluk bertangan kecil yang cukup puas dengan permainan*

Rabu, 25 September 2013

*

menyayangi semua orang terasa sangat menyenangkan. menyayangi semua orang, yang sayang dan tidak sayang. membuatku merasa maha penyayang seperti tuhan*

Selasa, 24 September 2013

*

akan kuingat dan kukatakan sekerap mungkin, aku bodoh. menyenangkan sekali jika kutahu selalu lebih cepat dan lebih banyak darimu. aku bodoh. aku bodoh. aku bodoh. sudah tiga kali, kau kalah lagi. kemenangan lebih hangat dan manis dari pujian atau makian. pun kemenangan dalam hal mengingat dan mengatakan kebodohan diri sendiri.
kau bodoh sekali.
aku bodoh dua kali.
parah.
aku bodoh tiga kali.
sudah.
aku menang.
terserah.
yang menang pantas disayang*

*

selembar saputangan selalu berjaga jaga di kantong celanaku, pendek atau panjang. menunggu kesempatan mengusap setiap cairan yang mungkin mengalir keluar dari tubuhku, tubuhmu, tubuhnya. selembar saputangan, biru atau coklat selalu mendapatkan harapannya pada saat paling tepat. bagaimana mungkin manusia bisa lebih sial dari selembar saputangan. seorang manusia selalu berjaga jaga di bawah atap rumahnya tidak akan mendapatkan embun atau hujan tanpa beranjak. perbandingan tolol. sengaja kubuat agar selembar saputangan merasakan betapa keringnya di dalam. betapa gerah. penantiannya bisa sia sia. tak ada apapun yang akan mengalir untuk membuat selembar sapu tangan bepuas diri. selembar sapu tangan mestinya peduli, melakukan satu atau beberapa upaya supaya berguna hingga basah. tapi ketololan  ini, belum melelahkan, belum pantas ditangisi. selembar saputangan kering dan tanpa noda terlipat tenang di dalam kantong celana, melupakan tempat, niat, tujuan yang tidak dimiliki sejak semula sampai selamanya. tolol, tertulis macam kalimat dalam sebuah doa. kering, gerah, tanpa noda*

*

selamat malam sayang. kuhembuskan bersama semua yang tak terdengar. derit roda, benturan balon balon dalam ikatan, asap beraroma sedap. dalam gelap jiwa jiwa bertamasya, duduk pada rumput hitam sambil tekun memandang langit hitam. pura pura menghitung bintang. tak ada yang pernah tidak berpura pura menghitung bintang. karena menyenangkan melihat yang jauh, yang tidak tersentuh, banyak dan berserakan. ketidak teraturan letaknya membius, menghanyutkan, menenggelamkan tubuh dalam rasa nyaman. maka jiwa jiwa bebas bertamasya, mengambil alih pekerjaan tubuh, duduk dan menikmati langit malam. aku tak percaya aku tak di sana. mengulurkan tangan yang bukan tangan. menerima gelas yang bukan gelas. menenggak arak yang bukan arak. otot leherku berdenyut, menelan kehangatan demi kehangatan. setiap teguk kukatakan selamat malam sayang. kepada semua ruas jalan yang menopang tubuh sambil mencengkeram akar akar rumput. cahaya bintang terlalu kecil dan jauh, tak mampu menghijaukan rumput. menjadikan malam sempurna untuk berkata selamat malam sayang. masih panjang ketidaksadaran terbentang diselubingi keramahan rumput hitam. jiwa jiwa bersulang, mengangkat gelas, mengembuskan semua yang tak terdengar*

*

mudah sekali membalik dunia. lebih sulit membalik badan secara vertikal. berjalan dengan kepala. kelelawar biasa tidur menggantung, kepala di bawah. tak ada kelelawar terbang atau berjalan dengan posisi kepala di bawah. untuk manusia kiranya lebih tak mudah. jadi membalik dunia maksudnya apa. tidak ada maksud apa apa. hanya saja dunia dan kepala manusia tidak sama. dunia rasanya tidak nyata. kepala juga, tapi dengan mudah dilihat, digerakkan, dipecahkan. syarat kenyataan adalah mudah diubah. kepala tidak nyata hingga memenuhi syarat kenyataan. ada berapa kepala di dunia, berapa dunia dalam kepala. dunia dalam kepalalah yangmudah dibalik. kepala kepala di dunia juga mudah dibalik kalau memang dikehendaki, butuh kepala untuk membalik kepala. kepala tidak dapat membalik sendiri. kelapa malah lebih tak berdaya, dapat dibolak balik dengan mudah oleh kepala. tapi tak ada kelapa dapat membalik dirinya. kalimat kalimat tolol, jika direnungkan agak lama bermanfaat untuk kesehatan. jika sehat segalanya mudah. itu saja* 

Senin, 23 September 2013

*

angin mengantar sehelai daun ke bibirku. sehelai lagi. sehelai lagi. seperti ingin membangunkan dari mimpi yang tak dapat diingat. segenap daun tiba tiba melepaskan rantingnya. angin membantu, mengulurkan lengannya, mengangkat daun daun terbang, melayang, mendekati tanah, kemudian rebah. jatuh dengan utuh. tak ada luka. tak ada erangan atau keluhan. aku tak tahu sebutan yang layak untuk peristiwa yang begitu bersahaja. di luar jangkauan kesenangan atau kesedihan. tanah dan langit merona. alam semesta berlumur madu. sehelai daun menyentuh rambutku, menyalakan ingatan tentang sentuhan terindah yang mengawali segalanya. awan putih memandangku, seperti menunggu kukatakan sesuatu. atau aku hanya mengira begitu. yang hilang akan datang. yang datang akan berwarna. yang berwarna akan indah. yang indah akan terbang. yang terbang akan hilang. yang hilang akan datang. daun daun bernyanyi pada setiap injakan kaki*

*

waktu cepat berlalu. kehangatan menyempurnakan dunia. mekar dan ranum. tak perlu bicara untuk menjelaskan karunia. nikmati saja. pada setiap gigitan dan sayatan menyembur berkah. setiap rasa menunjukkan padaku, kesegaran menghapus dahaga dengan cara berbeda setiap waktu. manis tak cuma satu, bisa seribu. sempatkah waktuku untuk mencicipi semua rasa. sebelum perkiraanku kembali salah. getah, serangga, kehangatan. rasanya ada yang terlupa, entah apa. begitu banyak rasa dan nama membuatku terlena*

*

perkiraanku salah. putih tidak tinggal lama. ia hampir segera pergi, seakan tak pernah datang. warna. banyak warna. terlalu banyak warna bermunculan. tak sabar dan tergesa, seolah hendak memuaskan hasratnya yang sesaat lalu terhalang kebekuan. begitu meriah. perayaan pembalasan dendam yang terasa manis. dendam tanpa kemarahan, hanya luapan kegembiraan yang mengalir deras. seperti suara sungai. udara sejuk menghangat. hangat yang menggelitik penciuman. tunas tunas berdesakan mencari jalan cahaya. tanah memahami, menggemburkan dirinya, memberi ruang dan waktu untuk segala yang tumbuh. tak ada warna yang tak ikut berpesta. tak ada suara terdiam. tak ada wangi tertahan. ingatan tentang kesunyian putih tertidur tanpa mimpi. kesalahan indah. tiada yang butuh kebenaran apapun. bunga bunga cukup mengatakan segala yang ingin didengar. mungkin hanya sebentar*

Minggu, 22 September 2013

*

pembaca sebaiknya buta. begitu juga penulis, atau belum pernah melihat segala yang tertulis demikian adanya. .
ia menjatuhkan diri, dengan sepenuh hati. seperti telah menghabiskan seluruh waktunya untuk merencanakan sentuhan terindah. ringan, sejuk dan lembut. seseorang di atas sana baru saja meremas segumpal awan, kemudian membuka telapak tangannya. serpihan putih berhamburan ke segala arah. halus dan tulus. serupa belahan jiwa tanpa tubuh, tanpa kehendak. putih. putih. putih yang jatuh untuk kedua kali ketika ditepiskan dari kepala, pundak dan lengan para pejalan. putih yang terbenam semakin dalam saat terinjak langkah kaki. mengukir jejak putih yang kelak akan pulih menjadi jalan putih. semula kukira ia abadi, seperti setiap gambar yang kudengar*

*

aku tak bisa. tak cukup pintar dan bijaksana untuk menentukan langkah siapapun. bahkan tidak cukup untuk sebuah benteng, seekor kuda, seorang prajurit, apalagi menteri, ratu dan raja. setiap kali melihat hamparan berpetak hitam putih itu, aku hanya ingin menari, memindahkan letak kedua kaki dengan ringan, atau meloncat ke petak putih dan hitam bergantian. atau mengayunkan kedua tangan, merobohkan semua pion yang tegak di sana. mengacaukan barisan, menghentikan perang. menindih kemenangan dan kekalahan dengan punggung atau lengan. berguling guling dan mengacak permainan macam anak kucing. mengerjapkan mata, meringis lalu menatapmu dengan pandangan manja dan tanpa dosa hingga kau tak bisa marah*

*

kau tak pernah memanggilku untuk mengunjungi rumahmu. itu masa lalu. ketika kau masih ingin mengenalku dan aku belum mengenal diriku. rumahmu bertambah megah dan cerah, mereka yang ingin mengenalmu, seperti aku pada masa lalu berduyun duyun datang memenuhi panggilanmu. mereka memperbaiki ruangan, mewarnai dinding, mengganti kaca jendela dan daun pintu, menjadi lebih indah. bunga dan lilin selalu cantik. kalimat kalimat sapaan yang disempurnakan. kau tahu, sering kubayangkan kembali datang, kendati tanpa panggilan. hanya untuk singgah dan mengenang dan kalau sempat akan kukatakan dengan suara rendah, kau masih ingat. aku selalu ingat kau tak pernah membalas, tak pernah berkata kata. kau mengajariku bernyanyi dan mendengarkan laguku sendiri. begitu hikmat hingga aku menangis. merasa seolah olah kau terharu melihat kerinduanku.
jangan datang, aku tidak pantas. tapi katakan saja, maka aku akan sembuh. mereka mengajariku mengatakannya. kau tahu aku tidak suka mengatakannya. aku lebih suka tidak sembuh sampai kau datang padaku. kau tidak mengatakan aku bebal. kau hanya tak pernah memanggilku untuk mengunjungi rumahku,. atau mungkin aku tak mendengarmu, tak pernah mendengarmu, seperti masa lalu.
hari hari semakin bising, setelah aku mengenal dan saling bicara dengan diriku sendiri. mungkin semua ini cuma mimpi.dan mereka mengganti nama nama hari*

*

hanya ada burung burung di pantai itu. menghangatkan tubuh di bawah sinar matahari. mengepakkan sayap, meloncat dan membenamkan kaki di hamparan pasir. udara penuh aroma laut. tidak berwarna. bening mengoyak hening. burung burung bernyanyi atau berteriak, bunyi yang tidak dipisahkan. samar terbawa debur ombak, sekepal jantung bimbang, berdegup lirih mencari tempatnya sembunyi. mungkin sudah sewajarnya kehilangan diri dalam sebuah mimpi. kematian dan kehidupan saling berhadapan dan bicara dengan bahasa asing. bahasa asing. bahasa asing. tulang dan ranting. bahasa asing. betapapun, sepercik air garam memerihkan mata, atau sesuatu yang melihat burung burung menerbangkan pantai. medaratkan pasir ke pangkuan matahari. menghanyutkan langit di antara buih*

Sabtu, 21 September 2013

*

permata yang terkubur di dalam tanah dan permata yang bertahta pada mahkota seorang raja. manakah yang lebih indah. manakah yang lebih bahagia. permata sejak semula tidak merasa, selalu tidak merasa. permata hanya tahu berkilau ketika diterpa cahaya. pun sebutir embun. hanya sebutir. tidak peduli tentang pandangan siapapun.
wahai permata dan embun, mengertilah kalian tidak tahu apapun, tentang menjadi sesuatu. tentang persamaan dan perbedaan nilai dan harga, tentang harapan dan kecewa. kalian bahkan tidak paham kebaikan terang yang menjadikan kalian diangankan, disayang atau dikenang. betapa naif, kalian tidak menghargai karat dan kejernihan yang dipuja puji manusia*

*

dua jam setengah adalah jarak yang harus ditempuh menuju tengah malam. tidak tepat dengan sengaja. serupa kehidupan. tawar menawar selalu terasa hambar. seperti ruang. buatlah lubang, lubang bisa juga datar. kau mencari apa. aku mencarimu. mencari sebutir batu yang tidak menggurui siapapun. sebutir batu terperangkap di jalan buntu. kupecahkan persamaan di situ, di luar kepala, di luar udara*

Jumat, 20 September 2013

*

bagaimana kau meragukan kebaradaan tuhan dan hantu. kau telah mengenalku, melihatku, mendengarku, menyentuhku. lupakah kau pernah kubawa berjalan menyusuri surga, sesaat setelah kau mengeluh kegerahan berada di neraka. dunia memang pandai mengelabui manusia, berpura pura nyata. tapi aku percaya, kau tidak serupa mereka. maka aku mengenalmu, melihatmu, mendengarmu, menyentuhmu. kau yang tak tahu tempat dan waktu bersamaku*

Kamis, 19 September 2013

*

awalnya ia menawarkan mantelnya. kemudian bajunya. belum juga ia dapatkan kesepakatan, ditawarkannya celananya. baju dalamnya sekalian. masih belum cukup semua miliknya, ia mulai merasa layak memberikan tubuhnya. ia rela menukar segala yang ada padanya demi mendapatkan hasratnya, kebutuhan dan kerinduan terbesarnya. ia kian cemas harapannya tak akan pernah terwujud. setelah merelakan tubuhnya, ia mulai mempertimbangkan untuk menggadaikan jiwanya. tak apa, pikirnya, kehilangan segalanya adalah harga yang pantas untuk mendapatkan kehangatan*

*

purnama sangat tidak sempurna. mengapung patah patah pada gelombang. buih dan percikan arus terasa asin di lidahku. menjadi kesalahan yang menjauh dari kebenaran, tanpa beban, tanpa harapan. demi ingatan. demi ingatan yang selalu bimbang, tak pernah menjelaskan betapa sempurnanya kutelan telaga dan patahan bulan. untuk sebuah lukisan. seribu wajah. seribu jiwa. seribu jam. hanyut kemudian susut. tinggal sepotong laut*

*

bangku kayu telah begitu lama diam di sana. di antara rumput dan pohon, bangku kayu sangat akrab. membicarakan kehidupan. yang datang, sempat singgah, mengambil gambar, mengukir nama, mencoba mengenal dan menyapa keabadian. bersama pohon pohon yang telah tiada, bangku kayu mengenang. wajah wajah yang menjauh. begitu teduh. dengan apa lagi kesunyian disayat. kata kata, jasad daun, kupu kupu bersayap kuning pucat dan berseri. tak ada yang berganti, arah angin, lingkaran tahun pada batang pohon, gerak ringan sayap sayap kecil. tidak gemerisik, cuma bernyanyi, cuma bernyanyi. membujuk manusia mendekati impian, jatuh dengan indah. bangku kayu duduk manis di pangkuanmu. menyelipkan matamu di antara terik dan teduh. seperti tidak menunggu. seperti tidak mengenal waktu. seperti tidak menunggu*

*

ungkapan sengaja dibuat demi keterlaluan. seandainya aku kucing, kebetulan pula kritis. aku akan muak pada sembilan nyawa yang kupunya. apakah kemuakan mahluk bernyawa sembilan serupa rasanya dengan kemuakan mahluk yang cuma memliki satu nyawa. aku tak tahu itu. apa gunanya sembilan nyawa untuk satu tubuh. bisakah nyawa melahirkan tubuh, memahat bentuk dari ketiadaan, mengembalikan keutuhan kepada kehancuran. tubuhku lelah dibebani sembilan nyawa. nyawa tidak berdaya. sembilan nyawa tidak berguna, kecuali bisa menciptakan tubuh. kehidupan tanpa tubuh lebih menyedihkan dari pada kematian. baguslah kalau aku mati keracunan, atau ternggelam di sumur, atau terseret deras arus sungai atau laut. atau cara mati lain apapun, asal tubuhku utuh, sembilan nyawa dapat dipakai melanjutkan hidup. lain halnya kalau kematianku disebabkan terlindas truk atau diterkam mahluk lain sampai leherku nyaris putus. berapapun nyawa kupunya cuma sia sia. bangkit dari kematian dengan tubuh remuk, lebih pantas disebut kutukan. kutukan memuakkan. masih pula dihantui angan angan mengulang kematian. semua mahluk tidak suka mengangankan kematian, apalagi jika harus mati sampai sembilan kali. seekor kucing biasanya tidak kelihatan gagah perkasa, mungil, lucu, ingin dibelai sesering mungkin, manja dan pasrah. jauh dari gambaran seekor pemilik nyawa dengan jumlah tidak wajar. entah bagaimana ungkapan kucing bernyawa sembilan bisa diterima akal. aku bisa bersuara kucing, begitu mirip, hingga kucing kucing sejati berpaling, menatapku seakan akan menanti kulanjutkan keliamat bahasa kucingku. cuma sampai di situ. aku tidak berminat menjadi kucing. tidak akan bisa, tidak akan pernah menjadi kucing. senang rasanya bisa bersuara kucing tanpa menjadi kucing* 

Senin, 16 September 2013

*

aku tidak ingat hari, tanggal, bulan dan tahunnya. wajar saja, hal hal penting dengan mudah dihilangkan dari ingatan oleh hal hal yang sangat penting. tempat dan alamat menjadi bagian tidak penting untuk dilupakan. yang lebih penting adalah rumput, awan, dan kau. kau dan bentuk awan, lalu kutambahkan, rasa batang rumput di lidahku. supaya kesannya lebih sungguh sungguh. rasa batang rumputnya hangat dan renyah, beraroma tanah ketika mengenang hujan pertama. tentang kau, tambahkan sendiri saja, sesukamu. tidak kutemukan kata kata sempurna untuk bercerita, tentang kau. aku ingat, ketika lengan kita tak sengaja bersentuhan, rasanya serupa keruntuhan surga. biar para ahli ibadah menerangkan lebih jelas tentang surga, sudah sepantasnya lagi pula mereka bakal senang kebagian peran. tinggal satu hal, bentuk awan. akan kuhabiskan seluruh waktuku untuk menceritakan apa saja yang membuat bintang bintang takjub hingga terjatuh. apa saja yang bikin kau cemburu pada gumpalan lembut, serat perak, gerak lambat. tak bosan menggodaku. tak lelah mencuri pandangku dari matamu.
siapakah yang bersandar saat itu. aku di lenganmu, atau kau di pundakku. mungkin aku lupa karena kenikmatan mengunyah rumput. kalau tak salah, saat itu semua benua belum bernama*

*

sebentar lagi aku akan menjumpai induk. sebentar lagi, setelah kupecahkan cangkang yang memisahkanku dari dunia. aku akan menjadi mahluk. sebentar lagi aku bisa duduk, mengangguk, mematuk. sampai mengantuk, akan kulesapkan tubuhku dalam kehangatan lembut bulu sayap indukku. sebentar lagi akhirnya berlalu. cangkang terbuka. tidak kulihat ada induk di dekatku. naluriku menyuruhku berlari. aku berlari. menjejaki pasir. naluriku mengajakku menceburkan diri. aku berenang. naluriku membisikkan ancaman. aku menghindar. terengah engah. kulihat mahluk mahluk sejenisku bernasib sama. sibuk bertahan hidup. terlalu lelah sampai tak berdaya untuk kecewa. sebentar lagi aku ingat, sebelum menetas, aku mengira hanya burung yang terlahir dari sebutir telur*

*

merasa tenggelam dalam kebodohan.
bagamana bisa, kebodohan sangat dangkal.
itulah, sudah dangkal dengan sangat, masih tak bisa menyelam ke dalamnya.
kebodohan tak memiliki kedalaman, tapi menenggelamkan.
siapa.
saya.
syukurlah, bukan saya.
saya bisa berenang, tidak mungkin tenggelam.
bukan tentang kolam, danau, atau laut.
jadi apa, gelas, mangkok, bak mandi.
pada dasarnya semua lubang berisi cairan, semua ukuran.
apa.
itu.
untunglah, bukan ini.
bulat, padat, berat, tidak bergerak.
memantul jika dipukul.
bukan batu, jaman dulu belum bernama.
sekarang ada di mana mana.
itu saya*

*

tepat seperti selalu kukatakan, pagi harus datang. untuk terjaga. untuk bersantai. untuk berandai. untuk memilih nada. hari indah. rasanya senang kalau dilahirkan hari ini. waktu sempurna untuk mengakhiri dan memulai, macam mati. bukannya hidup telah mengenyangkan. cuma ingin mencicipi sesuatu yang tak pernah bisa dibayangkan. kegilaan adalah kewajaran, tidak dibuat buat, serupa kematian atau kelahiran. pagi dan malam menungguku. aku yang pasti datang, kaupun begitu. aku belum mengerti yang tidak mengerti kenapa harus berarti. kenapa harus berarti. teh manis menghangatkan bibir. serupa bisikan pagi, puisi cukup untuk puisi*

Minggu, 15 September 2013

*

angin membangunkan tidurku. tidur yang mestinya panjang dalam peti kaca. mana kecupannya. kudengar kalimat di luar naskah. keluar dari bibirku. sebuah jambangan melongok ke segala arah, mencari kembang. angin kabur, serupa pengecut, cemas dituntut. gedung pengadilan masih mendengkur. kasur bulu, baju tidur begambar bulan tersenyum kepada bintang dan gumpalan awan. aku keluar menemui pagi yang lupa diri. memilih busana pesta dan pemulas wajah yang sekiranya sanggup membujuk setiap batu dan mesin untuk menanam buah bibir.
semua ini cuma bahan tertawaan. iya kan. iya kan. aku cuma tidak tahu cara melupakan kejadian. bagian dari sebuah kitab keraguan. aku memiliki ibu yang akan mengajariku menjadi anak. dan bapak bersiul siul dalam kandang burung merak. kelak mereka akan mewariskan sapu terbang. akan kupakai untuk mengantarkan kecupan. hujan katak. hujan katak. ular melompat kegirangan. lebih dari seribu jenis ular melonjak lonjak meninggalkan lukisan. kertas dan kain kosong bertebaran. menyelimuti peti kaca, rumah kaca, kaca mata.
kuda kuda menunggangi manusia.
belum terlambat. lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. sesudah tersesat dengan sangat, terpaksa kutanyakan, aku nabi atau babi.
kau sapi.
asyik*

Sabtu, 14 September 2013

*

cahaya mengacaukan rencana. memisahkan tubuh dengan bayang bayangnya. bayang bayang tak pernah sempurna, lebih panjang dan sempit, atau lebih pendek dan lebar. tidak bisa berdiri tegak, berjalan miring. ketika melihat bayang bayangku, tak akan kukenali ia sebagai aku. cuma pengikut yang tak mau jauh. tidak mengganggu, memberi keteduhan untuk semua yang lebih kecil dan berada dekat tubuhku. teman perjalanan yang hitam, tidak padat, mengacuhkan segalanya, aku tidak pernah berencana untuk menjadikannya ada. setelah ia ada, tak kuasa kuhilangkan. tidak mengganggu terasa meresahkan. ada, tapi tiada. maka aku berjalan di kegelapan. tapi. ada yang berkata, habis gelap terbitlah terang, dan bernarlah demikian. terang tenggelam dihabisi gelap, juga benar. senang atau tidak, teman seperjalanan yang selalu acuh tak acuh selalu datang dan menghilang, bersama terang dan gelap. menghanyutkan resah ke dalam pasrah. rencana mendekati bencana. sebenarnya cahaya datang, atau gelap yang beranjak pergi. waktu atau aku yang berhenti atau berlari. adalah yang lebih sia sia, pikiran dan pertanyaan bikin kopi dan sigaretku cepat habis dan sedikit nikmat. sudah takdir, kopi dan sigaretlu membela diri. aku tidak menyalahkan mereka, tidak berpikir dan tidak bertanya, hanya sedikit berharap banyak nikmat*

Kamis, 12 September 2013

*

banyak hal sulit dimengerti. jika mau dipermudah beberapa hal tidak harus dimengerti. pengertian adalah milik pribadi, tak perlu diketahui publik. mengerti atau tidak mengerti tidak akan membuat perbedaan apapun kalau tidak ingin diketahui.
aku tahu aku tidak mengerti, itu cukup menjelaskan kenapa kunikmati sigaret saat ini. mirip naga sedang bersantai, tidak menyemburkan api, hanya asap yang keluar dari lubang hidung, kehangatan yang rasanya seperti kenangan, melekat, berputar putar tanpa wujud padat. sebelumnya telah kuseduh segelas kopi hitam yang akan membuat lidahku merasakan manis. kopi hitam pahit mulai mendingin, aku tidak tahu kemana panas yang semula larut di dalamnya berpindah. ruangan bersuhu konstan, tubuhku terasa normal. tiada yang luar biasa. juga kerinduan kepada suara ketukan jemariku yang akan membuat kata demi kata muncul di depan mata. seperti biasanya aku ingin membaca. aku ingin membaca setiap kata yang kubuat ada di depan mata. kalau tiba tiba kurasakan ada yang istimewa, seperti banyak hal lainnya, tentu tidak perlu susah susah mencari alasan. sebab akibat selalu berebut tempat, dan aku terlalu enggan kehilangan rasa nayaman untuk terlibat. sederhana terasa menyenangkan, juga ringan, tidak mengusik kehangatan. apalah artinya makna untuk seseorang yang tidak menginginkan pemahaman.
apalagi yang kurang, dunia sudah punya segalanya. kebijaksanaan, ketololan, semua yang bisa kubayangkan dibutuhkan untuk kelanjutan kehidupan. dunia tidak akan menyadari kalau aku bukan miliknya. dunia akan baik baik saja meskipun aku hanya ingin membaca setiap kata yang kubuat ada. setiap kata yang beterbangan serupa jiwa. dan aku masih punya ruang, waktu dan tubuh untuk hanyut, mengapung, menyelam, tenggelam ke dalam kenikmatan tanpa keharusan. sulit dimengerti kenapa nadanya terdengar merdu di telingaku*

Selasa, 10 September 2013

*

bulu bulu ayam yang terikat dalam sebatang rotan, mungkin paham nikmatnya permasalahan tanpa pokok pikiran. tengah hari yang terik. kau masih sendirian. selalu sendirian. tidak beranak. tidak diperanakkan. tidak bersaudara. tidak berkawan. tidak kenal ketidak sempurnaan. bagaimana kau mengajariku menahan kebahagiaan. mereka mengajariku menahan kesedihan dengan buruk. dengan mengusir debu yang betah berkumpul dalam keheningan, yang menjadi begitu cantik dalam sorot cahaya. menyerbu wajahku dengan sentuhan paling halus hingga tak bisa kupeluk. kalau kau sempurna dengan selalu sendirian kemudian menciptakan lebah dan bunga bunga. dan aku kehabisan kata kata, atau tidak pernah memiliki dari semula. aku memelukmu, bukan terasa serupa sepasang lengan melingkari tubuh yang merapat. cobalah, jangan bosan membuatku merasa lelah dan kalah dan tertinggal dan menahan kebahagiaan. aku butuh seluruh udara untuk bernapas. seluruh jalan untuk melangkah. seluruh bayangan untuk berteduh. tengah hari baik sedang membujuk kejahatan untuk bertobat dan kembali menjadi dirinya sendiri. ranting di luar bergerak gerak ringan seolah sendirian. aku, aku belum juga disapa debu* 

Senin, 09 September 2013

*

apakah ada yang pantas dirisaukan lebih dari kematian. selain tiada seorangpun yang akan kehilangan pada hari kematiannya. gajah tidak peduli. aku ingin tahu apa jerapah juga tidak peduli. sebagai binatang paling tinggi di bumi. apakah jerapah berduka untuk kematian sesamanya, salah satu dari mereka. tidak penting. untuk yang mati atau yang hidup. konon gajah berjalan sendiri menuju kuburannya menjelang ajal. apakah bisa disebut keberanian atau ketulusan. kalau salah satu dari sekelompok gajah berhasil mencegah seekor gajah sekarat berjalan menuju kuburannya, gajah sekarat bisakah tidak jadi mati. tidak penting kan, aku bukan gajah, tidak sudi berjalan sendiri dalam keadaan sekarat menuju makam. harus ada seseorang yang mengurus jasadku dengan layak. aku tidak punya gading atau apapun yang cukup berharga untuk dicuri atau diambil dengan semena mena pada saat aku mati. biar saja sekelompok manusia bersibuk ria pada acara pemakamanku yang sia sia. itulah salah satu kelebihan dilahirkan sebagai manusia. merayakan kematian dan kelahiran dengan meriah. melestarikan budaya. mengenang jasa. menghormat adat. menjaga martabat. hah*.

*

tiba tiba hujan berjatuhan ke jalanan. segera kemudian tumbuh banyak jamur aneka warna dan pola di atas setiap kepala. jamur yang berjalan jalan, berputar putar, cepat menemukan arah. berduyun duyun menuju pintu yang berdiri, berderet pada tepian jalan, melekat pada tiap dinding bangunan. pintu akan terbuka, jamur lenyap. begitu saja. seolah olah bersuara, plop, kemudian hilang. tinggal tubuh. sesaat kemudian juga menghilang, setelah melewati ambang pintu. hujan belum berhenti jatuh. deras dan lama. beberapa waktu kemudian tak ada lagi jamur jamur tumbuh dari kepala yang berjalan jalan. seruas jalan lengang, lapang, basah. seperti tanpa ingatan tentang debu dan kepala kepala yang tumbuh jamur aneka warna dan pola. hujan dan jalan saling menyentuh, tidak ada yang mengusik dan terganggu. awan kelabu makin kehilangan bentuk*

*

bagaimana cara kerja otak. bahkan tak terasa ada denyut di sana. di mana kusimpan semua peristiwa yang kerap bergema di luar kepala. ia adalah salah satu manusia paling bego di dunia, begitulah otakku menyampaikan kesan tentang pemiliknya, aku. benarkah otakku adalah milikku. kita tak pernah bertemu, tidak pernah saling menyentuh. tidak ada bukti otakku berdiam di dalam tempurung kepalaku dan bekerja untukku, atau bersamaku. aku mulai curiga pada segalanya. pada setiap manusia dan peristiwa. bisa saja semuanya tidak nyata. cuma akal akalan. apakah akal bagian dari otak. otak siapa. otak otak sejenis makanan, salah satu yang paling enak. apa hubungan otak dan otak otak. sepertinya tak ada. bagaimana mungkin sebuah kata ulang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kata tunggal asalnya. bagaimana. aku tidak tahu, itu misteri. mulailah terbatuk batuk akibat menahan tawa. ada yang menggelitik di dalam tenggorokan. berapa usia dunia. jika otak benar adanya di dalam tempurung kepala, mestinya akan terkubur suatu hari ketika kepalanya mati. belatung akan memakannya. lezatkah. gambarnya agak menjijikkan. kenapa para zombie sangat menyukai otak. cuma permainan. segalanya cuma demikian. sekian*

Jumat, 06 September 2013

*

bicaralah tentang segalanya. kincir air, roda, bola bola daging, es lilin, jam dinding, atau yang lain. tanyalah sebanyak mungkin, jumlah hari, harga diri, tanah air, atau yang lain. aku punya jawaban. satu jawaban untuk semua. satu jawaban sepanjang hari dan usia. satu jawaban seluas alam semesta, atau lebih luas... aku cinta kau. satu jawaban sedalam hidup, sedangkal liang kubur. aku cinta kau. satu jawaban yang tak pernah cukup kuberikan. aku cnta kau*

*

ibu, anak durhakalah aku, kutuklah aku menjadi batu, sungguh. supaya tidak lagi aku bicara dan berprasangka buruk kepada siapapun*

*

terlalu banyak kecemasan untuk esok pagi. untuk sesuatu yang akan menjadi begitu sederhana dan ringan. serupa ayunan tanganmu yang menggenggamku. kau selalu berbisik tanpa bunyi, sayang esok pagi cuma akan jadi hari ini. aku berkata, masih ada esok pagi yang lain. masih tanpa bunyi, kau mengganti irama gerak tanganmu, semua esok pagi cuma akan jadi hari ini. kalau begitu aku ingin mati. terdengar seperti doa dalam hatimu, terjadilah kehendakmu di surga seperti di bumi.
kerinduan tidak atau belum membunuhku pada hari ini yang terjadi esok pagi. tangan tangan saling genggam berayunan melontarkan dan menopang yang lebih sederhana dan ringan dari pada keheningan*

*

kita harus bicara. tentang hal hal yang sama berulang ulang. mengambil jarak dengan kemarin tanpa satuan detik atau milenium. lalu menghela napas lega. ternyata. tidak apa apa. tiada. tepat seperti kuangankan. kursi malas rotan berbaring dekat dinding menopang keraguan dan rasa aman. membuai ingatan. kita masih kecil, bicara tanpa takut benar salah. kalau ada yang paling seram tentu setan abu abu. dan aku tidak heran. hanya sedikit pening saat melihat gambar zebra. alangkah jenaka. alangkah jenaka. kita mestinya tertawa. lebih banyak tertawa. tertawa berulang ulang tentang hal hal yang sama. misalnya kulit pisang, pantat, kaca mata dan sepatu kuda. alangkah jenaka*

*

ada yang menyanyi. selalu ada yang menyanyi di muka bumi. dengan tangan atau kaki. dengan suara sembunyi sembunyi. selalu ada nyanyian untuk yang mendengar lengan dan lutut. mungkin pernah mungkin terlupa. semua kembali untuk menemui yang tidak berlalu. kerisauan tidak membunuh sepasang rajutan. pembungkus tangan dan kaki kecil. pemilik ketiadaan, aku di sini. melamun dalam tidur sambil mendengar sebuah lagu terbenam*

Selasa, 03 September 2013

*

setelah berkali kali pulang. aku mulai membutuhkan rumah. serupa lukisan klasik. sebuah sudut. meja kecil, lampu baca. lambaian tirai menghias sebingkai kaca. sebuah kursi, sebuah buku, yang menungguku meninggalkan ruang. supaya bisa sendirian dan saling bertukar cerita perjalanan. kumulai dengan sebuah rumah yang tersesat ke dalam jantungmu hingga melupakan alamatnya, arahnya menghadap dan kepulangan yang berulang. warna teduh menatapku dari balik kaca bertirai awan*

*

manusia berjalan beriringan. sendiri atau berteman. ada berapa jalan. ada berapa jalan. tiang tiang besi menyangga cahaya. di sini, entah di mana. kesepian bernyanyi. lagu kehidupan. bersahutan. ada berapa jiwa. ada berapa jiwa. pintu pintu mengatup, menelan rindu. jalan jalan pulang. jiwa terbenam. dinding batu kelabu. angin meraung, menirukan suara getaran ekor cicak dan sayap serangga serangga kemalaman. dering yang patah. berebut tempat di ujung sigaret. gemeretak lembut sepanjang hisapan. berjalan beriringan. berteman atau sendirian. manusia atau jam sebelas malam melubangi asap*

*

secangkir kopi baru kuseduh. aku tahu pasti, masih selalu secangkir kopi persis kemarin. sama hitam, sama tabah. diam di atas meja. tidak mengacuhkan takdirnya, akan berarti, menemui rongga mulut segera. atau akan tergeletak hingga besok pagi. terlupakan. kutinggalkan bersama kesadaran. adakah yang setia macam secangkir kopi, setia dan tidak bicara. setia dan sabar, sekaligus siap sedia menanggung segala. pagi hari, kutemukan secangkir kopi sehitam dan sediam waktu pertama kulihat, hanya uap dan kehangatan menghilang. ingin kupeluk dan kubisikkan, maaf, aku melupakanmu semalam. letihkah kau menanti. seperti mengerti, secangkir kopi menemaniku kembali malam ini. hitam dan diam. segera menyuguhkan uap dan kehangatan*

Minggu, 01 September 2013

*

seribu langkah.
seratus.
sepuluh.
satu.
langkahku atau langkahmu.
sembilan langkahmu bisa jadi sepuluh langkahku.
makanya aku tidak suka menghitung angka.
tak ada angka di sana.
angka bisa jadi kata.
bagaimana kalau tempat dan waktu.
ada beda waktu pada tempat itu.
kita samakan waktu dan tentukan tempatnya.
banyak hal bisa menghambat perjalanan dan mengacaukan arah.
bagiamana kalau jalan bersama.
jalannya terlalu sempit. sehelai rambut dibelah tujuh..
rambutmu atau rambutku.
tidak ada bedanya.
aku tidak suka menghitung angka.
tidak ada angka di sana.
sepertujuh sehelai rambut. absurd.
bagaimana kalau tidak ke mana mana.
memangnya kita di mana.
di mana mana.
tidak bisakah kau berusaha.
aku berusaha sangat keras.
berusaha keras tidak sepakat.
tidak. berusaha keras tidak menghentikan perdebatan.
untuk apa.
tidak kehilangan kesunyian.
untuk apa kesunyian itu.
untukmu*