Jumat, 31 Mei 2013

pesta

kucing hutan dan kucing padang savana tidak pernah berjumpa. baguslah. jika tidak mereka akan serupa kucing rumahan dan kucing jalanan. kucing rumahan dan kucing jalanan harus menanggung nasib karena hidup berdekatan. pagar sekokoh dan setinggi apapun tak akan mampu menghalangi lompatan kucing. tubuh kucing rumahan dan kucing jalanan sama liat, lentur dan ringan, mereka juga sama sama doyan ikan, sama sama gemar bertengkar. saling menggeram, menegakkan bulu tengkuk dan punggung di hadapan lawannya supaya terlihat lebih besar dan mengerikan. tidak ada yang berniat melerai pertengkaran dua ekor kucing, kecuali manusia yang phobia kegaduhan. bukan itu masalahnya. kenapa dua ekor kucing saling mengancam, tak ada mangsa yang diperebutkan. kucing rumahan memiliki majikan dan tempat tenggal. kucing jalanan memiliki kebebasan dan sepanjang jalan, sepertinya adil dan aman untuk keduanya. manusia tidak memahami bahasa kucing, hanya bisa berkhayal tentang makna setiap erangan kemarahan. kucing rumahan dan kucing jalanan hanya mengerang, dengan satu bunyi dan nada, hanya jeda di atara masing masing erangan yang berbeda panjang pendek waktunya. kucing kucing seakan akan saling berkata dengan geram, akulah kucing sejati. sahut menyahut, akulaaah kuciiing sejaatiii. akulaaah kuuuciiing seeejaaatiii. segayung air saja kadang kadang cukup untuk membuyarkan perdebatan seru dan sia sia. manusia phobia kegaduhan tentu dengan mudah mengatasi masalahnya jika kebetulan tidak sedang berada terlalu jauh dari kamar mandi*

pesta

ternyata aku tidak sepintar yang kupikirkan. tidak secantik yang kusangka, tidak seseksi yang kilihat. tidak sebijak yang kukira. aku ingin kecewa. cermin cermin telah sekongkol berbohong. aku ingin memecahkan semuanya. setiap benda datar, bening, dan memantulkan yang berdiri di hadapannya. sebelum kepalan tanganku berlumuran darah, kesakitan telah kurasa. hanya karena sesosok bayang bayang dalam cermin menatapku, pandangannya sangat mengiba, atau putus asa. sesosok bayang bayang bicara tanpa suara, seperti layaknya sosok sekarat, bibirnya bergetar dan bergerak gerak. ketika kubaca pesannya, tidak sebebal yang kucemaskan. kemudian gelap, aku tak lagi bisa melihat luka atau pecahan kaca*

pesta

liang melindungi anak kelinci dari serangan elang sekaligus menjauhkan anak kelinci dari sinar matahari dan rumput musim semi. kelak ketika anak kelinci telah lebih dewasa, ia akan belajar  melindungi dirinya sendiri dari serangan elang sambil berloncatan dan mengunyah kerenyahan rerumputan. mungkin kelinci akan melupakan liang hingga tiba saatnya ia melahirkan anak anak kelinci. liang tidak peduli kapan kelinci datang atau meninggalkan. liang tidak merasa berhutang pada elang yang telah membuatnya tidak kesepian. sebenarnya liang tidak kesepian, tidak merasa apa apa. kelinci tidak merasa mesti membalas jasa kepada liang maupun elang yang telah menjadikannya penakut atau pecinta kehidupan*.

Kamis, 30 Mei 2013

paradok

pelajaran paling berharga adalah belajar untuk tidak belajar. bernafas dan bermain. belajar bebal. belajar kurang ajar. belajar tidak menerima palajaran. memang kalimat dungu. seperti inilah dunia ketika kebanyakan menusia belajar hanya untuk menjadi pintar. keadaan dunia mungkin tidak banyak berbeda jika kebanyakan manusia tidak belajar menjadi pintar. paus tidak belajar bernyanyi. tapi siapa tahu, paus belajar bersuara demi yang mereka yang takjub mendengar nyanyiannya. setelah mahir mendapatkan pujian, manusia cenderung berhenti belajar, tidak ingin mahir mendapatkan hinaan.
menulis memang menyenangkan, membuat manusia menjadi hebat. tapi akan kukatakan aku menulis hanya untuk membuang waktu luang, menarik parhatian diriku atau yang lain, menggoda pikiranku semacam menguji kesabaran dan kebesaran jiwaku dan jiwamu. kalau karena itu aku tidak akan mendapatkan hasil sesuai standar kehidupan normal, itu resiko dan harga setara yang akan kubayar demi rasa nikmat. boleh saja aku beranggapan sedang belajar tidak menggunakan akal. bagaimanapun aku toh belajar, meski caranya memuakkan menurut kebanyakan manusia..sedang belajar tampil beda, belajar mengalahkan gagasan manusia hebat, belajar mengubah sejarah, adalah kalimat cercaan yang selalu terlontar, dari dan untukku. deras dan lugas, tak butuh cermin untuk mencibir kepada diri sendiri sesering mungkin. aku belum tamat belajar tidak menikmati syahwat.
kalau belajar membuatku besar kepala, pun belajar tidak menghargai isi kepalaku, isyarat itu mestinya cukup membuatku berhenti belajar. nah, mulai kelihatan samar samar polanya, tak ada yang lebih sulit dari pada belajar menjadi manusia. hanya manusia saja. manusia yang bisa selalu merasa manusia ketika menulis maupun tidak menulis*

Rabu, 29 Mei 2013

konotasi

tak ada yang mengatakan kupu kupu mencuri madu ketika kupu kupu  menenggak madu dari sekuntum bunga mekar. bunga yang tidak pernah ditanam kupu kupu di sebuah taman yang bukan miliknya.
berbahagialah kupu kupu. bebas hinggap di sembarang bunga pada semua taman. hanya mengepakkan sayap, tanpa nada, tanpa nyanyian, kupu kupu memikat setiap pasang mata kekanakan yang menemukannya,
seekor kancil yang gesit serta cerdik sekalipun tidak bernasib sebaik kupu kupu. anak anak di negeri ini mengenal kancil sebagai pencuri mentimun, tanpa perlu tahu siapa pemilik ladang atau penanam mentimun yang tumbuh di sana. mungkin karena kancil pernah mengecoh buaya. mungkin karena kancil adalah kancil sejak dilahirkan. tidak pernah menjadi ulat dan bertapa selama hidupnya untuk menumbuhkan sepasang sayap rapuh yang mahir menerbangkan angan angan manusia kekanakan*

&

ketika kita duduk berhadapan. ruang dan jarak berdebat, aku atau kau yang meletakkan meja di tengah tengah, tempat bersandar segala yang kelihatan dan tidak kelihatan, yang mengikat dan melepaskan, aku bertanya yang sia sia, apakah meja bijaksana atau cuma benda mati yang tidak bisa bicara. meja sangat tabah menanggung seberat rindu yang belum terbaca di lengan kita*

Senin, 27 Mei 2013

playtime

ia menggerakkan lengannya di udara secara sembarangan. suaranya merdu, bicara memakai bahasa yang tidak bisa kuterjemahkan. telapak tangannya membuka tutup seluruh rongga tubuhku. aku terpana, sebuah gelembung menelanku. ia memamerkan lesung pipinya, aku bersama gelembung yang menelanku terperosok di situ. ia tertawa, lesung pipinya seluas surga yang baru pecah digigitnya*

ever after

hujan mengantarkan bau tanah. lembab, basah, sejuk dan berdenyut. serupa masa depan yang terlalu mahir menyembunyikan diri. yang pasti akan menemui pada waktu dan jalan yang belum pernah kulewati. serupa kau membangunkan tidurku tepat setelah kaubasuh wajahmu. mungkin aku kebingungan, terkejut, menggigil, tapi cuma sebentar. mengerjapkan mata sejenak, segera kukembangkan senyum, menghirup harum kesegaranmu. kau memandangku, berkata, permulaan selalu indah, dan keindahan hanyalah awal*

satir

kuhabiskan lagi satu hari untuk berkata, suatu hari aku akan mengerti. sebelum hari ini berakhir, kukatakan, semoga esok hari menjadi suatu hari saat aku mengerti. dari hari ke hari, semakin ingin menjadi sebatang pohon, berharap menandai waktu pada tubuhku. lingkaran tahun sempit mengingatkan hujan yang singkat, lingkaran tahun yang lebar mencatat hujan lebat serta panjang.
suatu hari kukatakan aku akan mengerti, aku sungguh sungguh bukan boneka kayu*

Sabtu, 25 Mei 2013

comfortable silence

bagilah sebotol minuman paling keras, akan kaudengar aku mengulang setiap pelajaran dengan benar.
aku mendengar kata kata seorang pecundang sedang kelelahan.
kukira hanya para pekerja keras yang kelelahan.
perkiraan belum tentu benar.
belum tentu salah.
aku mendengar perdebatan dua suara keras kepala.
itu kita, sok pintar dan banyak tingkah.
masa.
tidak percaya.
cuma lupa*

1st kiss

kekasih sempurna mengajariku mencintai sekaligus membenci diriku sendiri serta kekasihku. terbaca rumit dan menyimpang dari nalar. kukatakan saja pada kekasihku, aku ingin kencan pada sebuah tempat tanpa peradaban sepanjang jaman. kekasih sempurna mengataiku binatang, nadanya memabukkan, menumbangkan sisa sisa kemanusiaan yang menjamur di bibirku*

madar

aku berjalan di bawah keteduhan. menghindari bayang bayang. matahari tidak putus asa mencari celah. di antara reranting dan dedaunan untuk mengatakan, ini siang. yang selalu ingin menyenangkan, menerbangkan angan, aku tidak sendirian. tak ada yang setulus bayang bayang meninggikan badan.
bayang bayang bergetar, aku tertawa dalam kemarahan ketika menemukan bayang bayang setia kepada semua orang, juga mereka yang mengacuhkan cahaya matahari.
nah, kau tahu, bukan aku. matahari itu yang menjadikanku selalu bersamamu, bayang bayang berdalih. matahari sanggup menerobos setiap celah, melelehkan setiap awan agar aku tidak hilang, bayang bayang menambahkan.
aku tertawa semakin panjang dalam kemarahan lebih besar, kalau tak ada aku, matahari paling terikpun tak akan mampu menjadikan kau.
bayang bayang menyusut sesaat. reranting, dedaunan dan matahari memainkan keteduhan, seakan akan tanpa tujuan*..

Jumat, 24 Mei 2013

pulp

angin seolah olah sengaja bertiup kencang untuk menjatuhkan sarang burung. seekor kucing mendapatkan hadiahmya. sebuah sarang berisi empat ekor anak burung. induk burung kehilangan satang beserta keempat anak burung, tak lama berselang dieraminya dengan sabar. anak burung menjadi yatim piatu, bulu bulunya belum tumbuh. kucing mengajak anak anak burung bermain. seorang anak perempuan mengambil anak anak burung dari permainan kucing. meletakkan anak anak ke dalam kotak anyaman bambu bekas wadah tape. menyelimuti anak anak burung dengan beberapa lembar kertas tisue. dengan sebuah pipet anak perempuan memberi anak anak burung minum dan makan. air dan bubur bayi. anak anak burung sering menangis, entah kenapa, senang atau sedih, mungkin dingin, merindukan induknya, atau yang lain. kotak anyaman kecil ditaruh dalam keranjang sepeda agar kucing dan semut tidak mendekat. pada hari pertama seekor anak burung sekarat kemudian wafar. dua ekor anak burung menyusul pada malam hari kedua. satu anak burung tersisa, sepertinya juga tak sabar ingin terbang, meninggalkan kotak anyaman kecil dalam kerang sepeda. anak perempuan hanya bisa berpura pura tidak bersedih. induk burung, entah di mana, tak tahu merasakan apa. kucing menemukan mainan lain, kecoa, jangkrik, katak kecil, juga ranting.
sementara kau melihat putaran dinia seolah olah atau demikian adanya, dari angkasa. sebuah bola kristal yang selalu berputar satu arah dengan kecepatan konstan. bola kristal yang setiap geraknya memercikkan warna berbeda, berkedip kedip menggoda. kau terlihat macam anak anak yang sedang terpesona pada hasil pekerjaan tangannya. tidak. lebih suka kubayangkan kau seorang perenung yang sedang tersesat di lantai dansa, terperangkap dalam kegaduhan pesta. diam, menyimpan semua hasrat dalam setangkup tangan, rapat menggenggam gelas dengan mata melekat kepada lampu dansa, bulat dan berputar mengganti warna setiap saat. keriuhan tidak menyentuhmu. seperti perasaan induk burung ketika menemukan sarang dan anak anaknya hilang.
angin yang pernah mengawali permainan kucing tidak pernah kembali, atau justru tidak pernah pergi. keempat ekor anak burung kini tidak menangis. anak perempuan tertidur, sebuah buku komik menelungkup di dadanya. aku menunggumu. aku menunggu kaulepaskan gelasmu. menunggu kau melepaskan pandanganmu dari yang berputar dan bersinar untuk memberiku isyarat, sekarang. seperti kemarin, menamgis teramat sulit. aku terhimpit anak anak burung dalam kotak anyaman kecil. jauh di atas keranjang sepeda, di balik atap rumah, awan mengepung bulan yang hampir sempurna*

Kamis, 23 Mei 2013

benang

menulis adalah dengkur, membaca adalah tidur. tidak semua penidur mendengkur. yang tidak mendengkur tidak tertidur. banyak sekali yang dibutuhkan untuk merasa nyaman, salah satunya adalah menemukan perumpamaan. dapat pula dijadikan alasan merasa waras, mampu menemukan ikatan sebab akibat. maka manusia berusia lanjut seringkali dilukiskan sedang asyik merajut. apa saja, rupa rupa pembungkus tubuh. merangkai bentuk bentuk dari garis lurus yang digulung karena terlalu panjang dan menyusahkan jika direntangkan..
aku tidak tahu kenapa harus berkata kata kepada diriku. cuma untuk menjadi pendengar dan mendengar dengan benar. supaya tetap waras. jaman tidak pernah edan. manusia edan dengan seenaknya mengatai jaman edan. aku mungkin manusia edan yang kasihan kepada jaman, yang pasrah dan tenang tenang saja.
hanya untuk menjadi pendengar dan mendengar dengan benar, akan kukatakan segala yang semrawut dalam kepalaku.
seharusnya aku malu memakai baju. terus terusan berusaha membuatmu terharu. sudah kepalang basah, sekalian saja berenang. kutemukan alasan mengapung di tengah gelombang, basah dan berkilau. aku mau tenggelam setelah mengatakannya padamu.
hujan sepanjang jalan. satu sloki arak menggetarkan kehangatan. kau dengar, kukatakan berulang ulang yang sangat ingin kutuliskan. kau membaca nafasku. aku menulis langit, awan, hujan. kau membaca nafasku. serupa dejavu, aku seharusnya malu terus menerus berusaha mengerjakan sesuatu untukmu karena satu alasan yang tidak mampu kukatakan sebelum ternggelam*

simile

kelinci dan katak melompat lompat karena riang. gadis kecil itu memeluk boneka boneka binatangnya. seekor kelinci berbulu coklat, lembut dan hangat, katak hijau, halus, bermata lebar. kalau saja manusia lebih sering melompat lompat ketimbang berjalan, kelinci dan katak sungguhan pasti akan senang memeluk boneka barbienya*

Rabu, 22 Mei 2013

medium

kenyataan tidak lelah menunjukkan, tujuan kehidupan kepada para penyangkal kematian. aku ingin patuh, maka aku bertanya, adakah yang lebih berguna dari pada seorang pembunuh. meskipun aku sendiri lebih takut tidak dicintai dari pada mati.
lihat, ibuku mengatakan aku manis, sangat pantas mengenakan topi, baju dan sepatu yang kelak akan dibelikannya untukku. ibu pasti tahu aku lebih manis ketika tidak sedang tertutup apapun.
kita membutuhkan lebih banyak obat pembasmi hama, kata petani sambil menatap enam ekor bayi tikus yang lucu lucu, yang baru menjadi yatim piatu.
ibu, kasihan tuhan, tidak pernah mendapat peran, seorang artis cilik berkata. matanya menerawang melampaui tiang tiang lampu.
tuhan tidak bisa menangis. apa pandapatmu tentang aku, tanyanya kepada burung hantu. uhu, uhu...burung hantu terbang terburu buru, khawatir terlambat menghadiri sebuah acara penting, mungkin seminar atau penobatan, atau ulang tahun teman, atau upacara pemakaman, atau penganugrahan penghargaan, burung hantu tidak mau memberi tahu. khawatir aku cemburu.
hujan musim panas lebih tajam. menusuk punggung jalan. kudengar lubang lubang berdatangan. mendekat kemudian melekat, membuatku menghirup dan menghembuskan nafas. kudengar ibu menghela nafas lega, sesaar kemudian bicara dengan pandangan matanya, sekarang kau mengerti alangkah sulitnya menangis.
benarkah tuhan menyayangi semua mahluk. kalau bertemu air mata, jangan lupa bertanya. setelah tumbuh dewasa benih benih padi akan bercerita tentang bayi bayi tikus yang dibesarkan anak petani. sebelum api memeluk jerami. ibu belum sampai hati mengatakan padaku, bahwa hujan hanya lelehan awan hitam, bukan air mata tuhan. padahal aku sudah memakai topi, baju dan sepatuku sendiri. tak apa sedikit kebesaran supaya tidak segera kesempitan kalau kau cepat tumbuh. kulihat mata ibu berkaca kaca*

tentang kesunyian

seharum dan sehalus keheningan di sepanjang rambutmu. ketika kusentuh, kumainkan dengan jari tanganku atau berhamburan di lenganku. saat menjelang kau tertidur, terbuai nada nada yang dinyanyikan jantungku. kau telah pulas sebelum sempat kukatakan dengan lebih cermat*

Selasa, 21 Mei 2013

vampire in love

malam membuat kita melihat keindahan yang diciptakan ketidakabadian. kita boleh takjub pada warna warni cahaya lampu, beranggapan bahwa sinarnya yang begitu patuh kepada jari jari tanganmu bisa menghangatkan setiap sudut. menemukan terang lahir dari gelap. merayakan segala yang tidak nyata, kesederhaan, kemuliaan. mempelajari naluri suci mencintai kehidupan. memuaskan lapar dan dahaga hanya dengan hisapan. yang tak sempat dipelajari manusia sejati. terpujilah kau yang hidup dari kematiaan. bukankah kebenaran hanya tidak menginginkan kesia siaan*

Senin, 20 Mei 2013

vampire in love

aku tak tahu siapa yang punya dunia. yang terlalu luas untuk kita berdua. aku cukup puas dengan sebuah peti. di dalamnya kau bisa memelukku erat sambil terlelap. sepanjang siang, mengacuhkan satu matahari. kita punya jutaan bintang setiap malam. jutaan bintang yang tidak sanggup menandingi keabadiaan setiap malam yang kauberikan*

ekspedisi

dunia kotak kotak dan sepasang sayap angsa tersesat di telaga. tidak mungkin saling pandang. mereka bukan himpunan yang mungkin beririsan. berjauhan. kecuali dalam sehalaman kertas. lukisan kanak kanak berusia sangat dini. menertawakan langit langit kamar di mana seekor cicak merenungi kesia siaan sepasang sayap lalat yang barusan ditelannya. sedapkah. sedapkah. lama rasanya tidak bercakap cakap. mengulum keheningan puncak menara yang sembunyi dalam lagu dan nada putus putus. bola bola plastik warna kuning tersenyum di trotoar.
jangan cemas, jika tersesat artinya sedang berjalan. hutan dan padang rumput tidak akan bergeser dari tempatnya sekalipun bumi terguncang. gambar gambar tidak terkoyak atau hanyut terseret apapun yang terjadi luar tubuh. kehidupan datang dan berlalu. selalu ada taman, tempat singgah untuk menyusun segala yang ingin dilupakan. segenap ingatan yang membuat burung burung hantu cemburu kepada ketolollan bulan yang memikat pungguk.
tidak ada aku di sana, telah kuselipkan pada bagian paling jauh dari jangkauan tanganmu ketika kau merogoh ranselmu berusaha menemukan peta, dan kau bukan dora* 

*

aku harus bahagia mengetahui ia mencintaimu.
kebahagiaan tidak akan bertanya apakah ia butuh keharusan.
aku tidak tahu apakah terdengar serupa kesombongan atau ketulusan.
aku tidak tahu apakah sungguh sungguh mendengar.
sempurna.
diam*

gerimis



pagi ini langit terhuyung huyung menabrakku.  bersandar di pundakku, menumpahkan kehangatan di situ. mengalir ke sekujur tubuh. aku tertegun, ingin kuusap wajahnya. lalu bertanya, “kau kenapa?”
“aku merasakanmu,” katanya*

Jumat, 17 Mei 2013

hilal

aku tidak takut mati, katanya sambil menyeduh kopi. kepalanya mengeras menjadi gelas. entah terbuat dari apa sendoknya. pahit, manis, serbuk hitam, kristal putih, berputar dalam pusaran air panas. sedikit tumpah melewati sudut matanya. tidak hitam dan hangat. alangkah tololnya dirimu merasa hidup. pelipisnya berdenyut, ia coba tersenyum, sinis dan putus asa. ia ingin marah kepada siapapun yang mendengarya. ia sendirian, berusaha bicara dengan kehampaan yang berpaling darinya. setelah berucap dengan suara halus, takut atau tidak kau akan mati pada suatu hari. rasa kopi menyerbu lidahnya, membasahi jantungnya.
dunia tak pernah mendengar suaranya, betatapun ia seringkali bertengkar, hampir setiap saat meneriakkan makian sengit kepada orang asing yang selalu menghuni kepalanya. sangat menyebalkan, orang asing itu selalu menawarinya minum kopi seduhannya sendiri. alangkah baiknya kalau bisa menceritakan kemuakkannya kepada seorang kenalan yang tidak akan menanggapinya dengan pandangan iba sebelum dengan hati hati menyampaikan saran agar ia banyak berdoa dan mengerjakan hal hal lebih bermanfaat.
aku tidak takut mati. kalau mau memperpanjang kalimatku, bolehlah kutambahkan, aku tidak akan menyukai aroma tubuhku sendiri sesudah mati. seribu kali mandi ditambah seribu liter parfum tak akan sanggup mengharumkan bangkai. sejak jaman dahulu manusia menemukan ramuan untuk mengawetkan jasad, lagi lagi orang asing penghuni kepalaku sok tahu mendebatku. aku tidak bilang jasad, tapi bangkai.
oh maaf, orang asing pernghuni kepalaku buru buru berkata, sebelum kusiramkan sisa kopi ke wajahnya. aku melorot ke arahnya, otot otot wajahnya bergetar seperti sedang menahan tawa. tak kutahan hasratku untuk menuangkan sisa kopi ke wajahnya. baru kutahu gelasku telah sepenuhnya kosong ketika kuangkat secepay kilat. kepalang tanggung kulontarkan saja gelas kosong ke arah orang asing penghuni kepalaku. tak kusangka dengan cekatan ia menangkapnya. ia membalikkan badan dan berjalan meninggalkanku.
tak lama ia kembali membawa lagi segelas kopi. dengan mimik serius ia bicara, jasad dan bangkai tidak sama. aku mendengus. kupikir pikir kasihan juga kalau kepalaku sampai berlumuran kopi. pasti seru, coreng moreng hitam, mirip wajah suku suku primitif yang siap berperang. sebuah biola tiba tiba mendarat di lantai, seolah olah ingin ambil bagian dalam percakapan kami*

Selasa, 14 Mei 2013

desert

aku masih terlalu waras untuk percaya bahwa aku tidak nyata. hanya bayang bayang dari sesosok manusia yang kutemukan sedang menatapku dari dalam cermin. aku tertawa dan menangis ketika tidak sedang berhadapan dengan cermin, tidak berpikir tentang ilusi dan dimensi. tapi kudengar kemejaku berbisik, keraguanmu tampak seksi. lihat aku bergerak sendiri, tak ada sesosok manusia dalam cermin yang mengendalikan lengan dan jari jariku. kukatakan aku tidak harus kehilangan akal cuma untuk jatuh cinta. kepada selembar daun kering yang petnah kuselipkan ke dalam buku.

musim ini terlalu cantik, ranting ranting berbisik. pada sebuah tempat di mana tak ada cermin. kulihat langit sebentar lagi mencair. waktunya menyiapkan banyak cetakan berbentuk aneka binatang, bunga, telur, bintang, bulan sabit, layang layang. hidangan penutup yang pantas untuk makan malam kita, puding langit. rasanya terlalu segar, semut semut berbisik. di atas meja tanpa lilin*

Minggu, 12 Mei 2013

kencan

tidak akan menjadi begitu tidak manusiawi karena merasa nyaman berada di dalam cagkang. tidak akan dikutuk menjadi siput atau anak ayam, meskipun berlendir dan menciap ciap.
tidur saja kalau lelah.
kupikir aku sedang mengigau.
sebenarnya meracau.
mungkin rasa kantuk lebih nikmat ketimbang tidur.
maksudnya, semacam mengacuhkan tanda baca dan tata bahasa menurut ejaan yang disempurnakan.
lucu, mengaku tidak sempuna malah merasa mampu menyempurnakan.
betul, seseorang yang meluangkan waktu sungguh sungguh membaca akan menemukan makna, bahwa semuanya tidak butuh makna.
seperti kebahagiaan atau kesedihan akan menguap tepat pada saat ditemukan.
meninggalkan jejak kental serupa langkah siput, baunya hangat macam pantat ayam.
seandainya tiba saatnya, katakan kalimat terakhir yang pantas.
aku tidak suka berandai andai.
(diam)
(diam)
lampu lampu dinyalakan. dinding menanti repukan tangan atau desahan.
para penonton ridak menyadari cuma sampai di sana. kau bertepuk tangan. untuk apa.
ketidak pahaman.
keridak pahaman memenangkan, memerdekakan.
dadaku gemuruh memujamu yang belum bernama rindu.
aku lapar.
di sana ada penjual terang bulan.
di seberang lautan.
di ujung jalan.
aku suka berenang.
seperti lalat.
ya. lalat.
tidak ada jejak, tidak ada ingatan. selalu waspada. tahu dengan tepat kapan kau siap menyergap.
apakah lalat punya hidung.
pertanyaan bagus.
bisa kucium harum daun telingamu*

Sabtu, 11 Mei 2013

$

dunia tidak pernah menangisi atau menertawai manusia. dunia tidak pernah berjuang atau menyerah demi manusia. dunia bergeming melihat manusia datang dan pergi. pagi dan malam diterangi bergantian oleh langit dan energi, dunia tidak merasa berhutang budi dan mesti menyatakan terima kasih. pagi dan malam dunia menelanjangi tubuh tubuh dan jiwa jiwa siapa saja yang mendekat tanpa pernah merasa bersalah dan perlu meminta maaf. dunia tidak mengusir siapapun. dunia tidak menanam pohon kebijaksanaan kemudian melarang manusia pertama memakan buahnya*

Kamis, 09 Mei 2013

paradigma

aku tak tahu cara menggambar dan memberi warna cahaya. aku bukan pelukis, apalagi pelukis berbakat yang dengan baik menggembar dan memberi warna cahaya. ketidakmampuanku mengantarku menemukan ketidaksempurnaan pada setiap gambar dan lukisan. memang terlihat seperti cahaya, tapi sama sekali tidak terasa serupa cahaya. tidak menyilaukan, tidak menghangatkan. semua gambar dan warna cahaya cuma geresan dan susunan warna yang mencoba melukiskan cahaya, cuma mirip cahaya, tidak pernah menjadi cahaya.
aku ingat semasa kanak kanak pernah kurasa puas menggambar cahaya matahari, yang kuingat hanya berupa batang batang lidi berwarna kuning, berpusat pada lingkaran kuning, merekah ke semua arah. aku ingat pernah tersipu malu saat ibu guru taman kanak kanakku berkata, bagus, untuk gambar matahariku yang tersenyum.
sekarang aku bimbang, haruskah kuteladani kebohongan guru taman kanak kanakku. ketika seorang malaikat kecil menunjukkan selembar lukisan matahari terbit*

fallen

ketika kutemukan tanah seharum musim semi seperti menungguku. aku hanya ingin jatuh. sehelai daun yang tak sabar menjadi kering dan rapuh. aku hanya ingin jatuh. segera setelah tumbuh. kehangatan musim panas membosankan dan teramat panjang bagi sehelai daun. lagipula masih ada ribuan helai lebih daun daun lain yang akan meneduhkan taman. aku hanya ingin jatuh. di dadamu, lenganmu atau pundakmu. segera setelah aku tahu tidak tumbuh di situ. suatu saat nanti kau akan bangkit kemudian berlalu setelah menepiskan sehelai daun yang jatuh padamu ketika kau sedang bicara dengan dirimu atau tertidur. aku hanya ingin jatuh. sehelai daun pada sejengkal tanah. kucoba merangkum musim dan ingatan, kebahaguaan dan kesia siaan, dalam keheningan. aku hanya ingin jatuh. ke dekat jantungmu*.

Rabu, 08 Mei 2013

ibu

ia begitu mengerti dan baik hati. memberiku ruang kedap udara di mana degup jantungnya kudengar jelas. semerdu suara sentuhan logam di dinding gelas. ting ting ting. sebelum aku berpikir, betapa nikmat hitam dan pahit*

Selasa, 07 Mei 2013

enam kotak

sekarang waktu yang tepat untuk mengatakan aku sayang.
waktu menjelang tidur, waktu baru terjaga. waktu berangkat, waktu pulang. waktu lapar, waktu kenyang. sekarang saja, kukatakan aku sayang. kulemparkan dadu setelah mengocoknya dalam genggam tanganku.
titik titik merah menunggu hitungan. kukatakan aku sayang sekarang. seluruh rumah dan kota mendengar. stasiun kereta api dan bandar udara mendengar. dengan tepat kukatakan di setiap langkah.
sekarang aku diam, kau siap melangkah. titik titik merah mendengar dengan tepat kukatakan aku sayang pada tiap hitungan*.

tralala

belajarlah berdusta dari sebotol anggur. kuingat nasehatmu sebelum menenggak. tepat pada saat mengenal sebuah dusta, kebenaran membentang. jadi kenapa harus mengatai seseotang berdusta, kalau dustanya menjadi satu satunya petunjuk jalan kebenaran. mabuk atau tidak mabuk ketika menemukan barat dengan sendirinya mengetahui letak timur. sederhana sekali. anak kecil juga tahu.
apakah hal hal macam itu cukup berkelas untuk manusia yang ingin menunjukkan arah. mana yang lebih baik, pura pura buta atau sembunyi di dalam gua supaya boleh bicara padamu sambil tengadah ke atah fajat. matahari itu, lebih senang terbit atau terbenam. anak anak kelihatannya gembira pada saat matahari geram, meremas awan hingga deras bercucuran. anak anak belum belajar berdusta dari sebotol anggur.
perlu waktu ratusan tahun untuk menjadikan sebotol anggut berkualitas bagus. sebotol anggur yang sanggup mengajarkan dusta yang benat benar sempurna. tapi aku malah berharap mati muda, mati sebelum sempat bertemu botol anggur manapun.
matahari tidak pernah terbit, tidak pernah tenggelam. entah senang atau tidak, matahari selalu terjaga, mungkin merasa sakit kepala melihat putaran bumi yang tanpa jeda. dan sebotol anggur setua apapun tidak bisa bicara, apalagi mengajari berdusta.
kambing kambing hitam mengunyah rumput dengan riang, sepertinya sama sekali tidak memikirkan kematian.
kalau tahu begitu sejak dulu, pasti tak akan kubuang buang waktu membaca buku. kalau tidak membuang buang waktu membaca buku pasti aku tidak tahu.
hahaha.
aku tambah sayang kalau kau ketawa.
tralalalala*

Senin, 06 Mei 2013

moment

kalau aku mengubah dunia, tak akan ada bedanya untukmu. kalau kau mengenalku, kau akan melihatku tanpa harus kukerjakan sesuatu untuk menarik perhatianmu. apa gunanya menjadi seorang rumi, yang tidak dikenal abang becak langgananku, bapak pembuang sampah di rumahku, bahkan ayah dan ibuku. aku senang sekali kau mengenalku, melihatku, bahkan sempat menemaniku sembunyi di kolong tempat tidurku. aku senang mengingat betapa redup dan sejuk saat itu, betapa takjub debu debu melihatmu bersamaku mengecoh waktu*

nina bobo

ibu, ceritakan lagi semua kisahku. sejak pertama aku menemukan matamu berjatuhan bersama cahaya dari celah dedaunan. ceritakan ibu, begaimana rasanya memandang surga yang dipantulkan kedua bola mataku, danau dan angkasa, kupu kupu dan angsa, hujau, biru dan merah muda.
mereka menuduhku menjadi dewasa kekanakan, gemar membual dan mengarang. tak ada yang percaya aku malaikat kecil, seperti yang selalu kaukatakan padaku. aku tidak akan bersedih atau kecewa tentang siapa siapa, aku ingat ibu pernah bercerita tentang seorang gadis kecil yang membuat surga dan seisinya dari beberapa batang korek api. kalau aku punya beberapa batang sigaret dan pemantik sudah pasti akupun bisa membuat surga untuk kuisi apa saja. surgaku tidak usah besar atau gemerlap, kecil saja, cukup ditempati sebuah bangku untukku dan ibu duduk berdekatan. aku ingin ibu melihat mataku sangat dekat supaya bisa ibu ceritakan kembali surga yang ibu lihat, apakah masih sama.
ibu meletakkan kepalaku pada pangkuannya, mengusap mataku hingga terpejam, lalu berbisik,"ibu ingin melihat yang lebih cantik dari surga, akan ibu ceritakan saat kau terbangun nanti."

Minggu, 05 Mei 2013

tasawuf

malam lazim, berteman segelas kopi dan sebatang sigaret. kutepikan semua keharuman. berandai andai menjadi pesakitan yang kehilangan segenap kesadaran. yang membuatku merasa perkasa, mulia dan kaya raya. menyedihkan sekali, aku cemburu pada segelas kopi dan sebatang sigaret yang segera dingin dan padam.
cinta mestinya tidak meminta.
kenapa kau tega menyamakanku dengan kuburan, perkasa, mulia dan kaya raya.
cinta mestinya tidak bertanya.
aku merasa pahit dan telanjang.
cinta mestinya tidak merasa.
ya sudah, anggap saja aku bicara dengan selembar lukisan surealis. hanya bocah bocah yang berani bertanya setelah sesaat melihat dengan mata menyipit dan jidat mengernyit,"gambar apa sh?" tak sudi kudengar kau berkata, cinta mestinya tidak menafsir.
aku ingat kata katamu. kuhamburkan isi kepalaku, bersiap menikmati tegukan terakhir bertemu hisapan terakhir di bibirku. untuk melewati waktu kueja lambat lambat, me nikmat i, menik mati, me nik ma ti.
apakah kau tersenyum iba padaku. aku tidak menangis untuk sebuah malam yang lazim*

Sabtu, 04 Mei 2013

terakhir

sebuah kata yang membuat segalanya jadi lebih indah*

Jumat, 03 Mei 2013

konstan

ini jalan yang sama. hanya rumput dan bebatuan yang tumbuh dan berserakan dengan cara berbeda. karena musim musim dan langkah langkah lain melewati jalan ini bersamaku. dan aku, tak pernah bertemu siapapun selain dalam tidurku. keramaian di bawah bantalku menceritakan dengan cermat segala yang berlalu. rumput dan batu batu yang terinjak dan berpindah tempat di telapak kakiku, yang gembira dan tidak menghindar dari setiap langkahku. mengajariku sesuatu, yang kuabaikan, yang membuatku membujuk lidahku menekuk ke atas, pura pura menahanku untuk tidak berkata, aku tahu sebentar lagi cuaca akan berubah, balon hijau pecah. rimput dan batu batu tidak terkejut karena tidak berjantung*

Kamis, 02 Mei 2013

penjual alasan

penampilannya mirip pedagang yang kehabisan hasrat berjualan. kelelahan menawarkan barang, tapi tak ada seseuatu yang dibawanya. kalau masuk akal tak akan ada yang memperhatikan, rasanya aku pernah dengar kau mengatakannya sambil lalu, sambil menggerakkan permainan dengan jarimu. aku selalu bawel saat tidak kauperhatikan. saat aku bertanya siapakah dia, apakah yang dijualnya, berapa harganya. suaraku mirip bunyi kertas yang diremas sebelum dibuang, catatan yang hendak dilupakan. pada awalnya segalanya bermakna, sebelum dipahami dengan sungguh hati. pelan pelan memudar ditelan pendar sinar matahari, bara api, atau kehangatan arus listrik. pantas saja si mirip pedagang kelelahan, yang dijualnya bukan barang kebutuhan dan setiap orang dapat memetiknya cuma cuma sebanyak yang diperlukan dari pohon pengetahuan. lebih baik aku berbaring, membaca ulang tahun tahun bahagia. di bawah lampu yang setia menuruti kehendakku*

Rabu, 01 Mei 2013

margin

ia menjadi tiada ketika kusentuh. aku bangun, membasuh wajah dan ia kembali ada seolah olah ingin melihatku dari dekat, berbicara, mencoba menguraikan udara ke dalam warna dan bentuk bentuk asing yang sangat peduli satu sama lain. seperti ingin mengeringkan wajahku, menyimpan seluruh jejak air di wajahku. seperti sahabat berkejaran dalam ingatan masa kecil. ia berkata, dengar seekor nyamuk bernyanyi riang di gerbang telingamu.
apakah aku tersenyum karena haus*

bilangan

kukira akan terlalu panjang kalau kutuliskan. maka kuhapus saja semuanya yang pernah kucatat, demi ruang tak terbatas yang kubutuhkan untuk menuliskannya. ini pekerjaan menyedihkan dan konyol, tapi nikmat. selamat, aku menemukan alasan bagus menjadi dewasa, berjalan jalan sendiri, dengan alasan yang benar, memecah hati. menyimpan genap dan ganjil dalam lingkaran tanpa jari jari. hujan tak pernah kehabisan awan*