Senin, 31 Maret 2014

kembang api

pohon pohon mendengus. kukatakan padamu, malam sedang merayakan hitam pada sekujur tubuhnya. seekor burung gagak tertawa, sosoknya ditelan kegelapan. bertengger pada sebatang dahan dalam kepalaku, daun daun merimbun hijau di dekat sayapnya yang terlipat. mataku perih, terpaku kabut jingga yang berhamburan ketika aku menguap.
jauh di sebelah kiriku, kau bersenandung, lembut dan hati hati menidurkan matahari. bulan mengintip dari balik pundakmu, mengusap wajahnya sendiri, tak sabar menanti percakapan kita mewarnai angkasa*

erosi

cinta tak dapat mengenyangkan perut siapapun. cinta cuma dapat membuat setiap orang tak ingat atau tak sempat memperhatikan perut, selain tentang bentuk. asal bentuk luarnya bagus, kosong dan bersuara janggal tidak masalah. debar dadanya bersuara lebih kencang dan lapar tak menyurutkan hasrat bercinta. makin seksi makin mesra, makin lapar makin cinta*

logis perfeksionis

siapapun ingin kukenal sedekat sahabat, mesti rela kehilangan segala yang pernah membuatnya terpesona. sekalipun dirinya sendiri adalah satu satunya yang tersisa, satu satunya yang dapat diandalkannya.
atau lupakan saja aku. kau bisa merasa utuh serupa masa lalu sebelum bertemu denganku. mudah saja,
percaya pada kata hatimu, aku tak pantas untukmu.
begitulah caranya. setiap saat kaurasa tidak sempurna, hatimu sanggup berkata, kesempurnaan tak pantas untukku. habis perkara. kesempurnaan tidaklah sempurna bila merasa kecewa, apalagi bila sampai mengiba pada siapapun demi dirinya dikenal atau dijadikan teman*

*

setelah menempuh segala kesukaran menyeberangi lautan, menaklukkan ombak paling ganas, seseorang dapat merasa cukup tangguh, pantas mengatakan hidupnya indah dan penuh makna.
karena tak pandai berenang dan tak pernah berdiri di puncak ombak, seorang lain duduk di atas pasir, menikmati udara pantai, dengan pandangan matanya menyentuh gelombang, sesekali menyelam, timbul tenggelam di permukaan air bersama buih dan angin, jantungnya hanyut, ia tak mengenal suaranya sendiri berkata, betapa indah, tak terkira.
tapi laut selalu tak acuh, menderu dan mereda sepanjang waktu tanpa peduli siapapun*

benar salah benar salah

mereka yang mencoba memisahkan kita akan berguguran, seperti pahlawan, seperti daun daun berwarna keemasan. meninggalkan perang dan dahan yang bertahan, yang membabi buta dan berdiri tegak. dengan caranya masing masing menyimpan rahasia kemenangan di dalam setiap genangan yang segera menguap disergap kehangatan. yang sempat bercermin mungkin menemukan kelelahan menyelubungi wajahnya, atau sekilas keraguan dan keyakinan berpindah tempat pada sepasang matanya.
kita masih berpelukan, semakin rapat. kau hanya akan mengendurkan satu lenganmu untuk memetikkan sekuntum kembang. kurengkuh dengan satu tangan. kembang yang tidak berpegang tidak berpihak. kembang yang pernah hidup kemudian mati. tanpa mempertanyakan kerapuhan.
mereka terus mencoba memisahkan kita. begitu keras hingga tanah bergetar, air melonjak, langit gelisah. sebatang pohon tua menggumam, musim badai akan usai, mereka tak menyerah, seperti ada yang salah. entah kau atau aku yang tak pantas mencintai. kembang hilang, tepat seperti setiap ramalan, genangan, perayaan, jaman.
kita tak terpisahkan, tak tersentuh sedikitpun. setiap kembang, hanya kembang, yang kausentuh untukku. tak menerbitkan terang, tak memburamkan tangan yang memegang. tak peduli apakah kita sepasang kekasih atau sepasang mata pada dua wajah yang kerap saling bertukar nama. kekanakan dan tolol, macam anak anak mereka menghitung kancing saat ujian*

*

tak ada kebebasan atau keterikatan sejati. semua batas dan celah hanya ilusi. menarik hati dengan keras atau lembut, selebar kesadaran. semua batasnya juga ilusi. kalau kau tak percaya pada segala omong kosongku, sebaiknya akupun begitu, menggelengkan kepala sambil tersenyum, setengah dongkol setengah kasihan pada setiap omomg kosongmu. keadilan, tak lebih dari yang lain, ilusi. satu satunya kenyataan hanya dirimu sendiri.
muka kecil, tangan tangan kecil, kaki kaki kecil. coreng moreng, carut marut, kalang kabut. matamu cermin, mataku cermin. saat sepasang cermin saling menatap, apa harapan terbaik yang dapat dikatakan.
ada lebih banyak suara tak terdengar. ada lebih banyak gerak tak terlihat. ada lebih banyak hasrat tak tercurah. bila waktu dapat bicara atau menunjukkan kebenaran. bila memang ada yang demikian benar. tidak salah lagi kau dan aku pantas mati. cuma itu. tak ada yang dapat mengubah dunia, dunia tak butuh diubah. kau boleh menginginkan sebuah tempat atau penghargaan, itulah satu satunya caramu untuk menerima dunia apa adanya. aku bisa saja memuja sebatang rumput kalau begitu caraku memuja kehidupan. jika kau dan aku dengan tekun dan sungguh sungguh mengerjakan apa yang boleh dan bisa sepanjang hidiup, tak akan ada yang terluka, tak ada yang terhina, tak ada yang terhormat. tapi kau atau aku sangat mudah tergoda untuk saling bicara, kau tak boleh, kau tak bisa. sebuah tindakan yang dinamai bijaksana, entah siapa yang pertama memberi nama. bijaksana. tak apa apa. manusia telah begitu terbiasa menikmati hingga memuji hasil karya yang telah ada sekian lama. seperti ini, ilusi. serupa anak anak sekolah menengah mereka reka gambar obyek dan bayangan pada pelajaran sains. berapa cermin, cermin apa. cembung atau cekung, mata minus atau plus, bayangan sejati atau maya. aku tak tahu mainan kesukaanmu semasa kanak kanak. tak berminat tahu, tapi tahu, kebanyakan anak anak tak jauh beda denganku. pernah sangat gemar menggunakan teropong untuk melihat apa saja. cukup teropong mainan jika tak punya kesempatan menyentuh teropong sungguhan. meneropong jemari tanganku sendiri. meneropong laba laba serta sarangnya, meneropong sebutir gula, meneropong kecebong, meneropong langit siang dan malam, meneropong retakan pada dinidng rumah, meneropong goresan krayon pada selembar kertas, meneropong biji saga, meneropong sehelai bulu ayam. apa saja, selalu menakjubkan dan tak terduga saat dilihat dengan teropong mainan. bagian yang lebih seru mudah ditebak, menebak apa yang terlihat dengan menggunakan teropong sebelum meletakkan teropong di depan mata, benar benar melihat menggunakan teropong. lantas tertawa tawa dan terkagum kagum, seberapa seringpun menebak, berlatih dan belajar, belum juga pintar. selalu masih ada yang terabaikan. teropong mainan tetap unggul, selalu masih punya kejutan. sayangnya, semua mainan pasti akan aus atau menjadi membosankan atau melelahkan. bermain petak umpet mungkin akan terasa lebih seru. semua anak anak hingga dewasa cenderung melupakan waktu. sialnya, waktu tidak pernah melupakan siapapun. untungnya, selalu memberikan apa saja tepat pada waktunya. seandainya ada teropong hidung, wangi dan busuk dapat menguarkan aroma ajaib, tak terduga saat dicium menggunakan teropong hidung.
dunia rindu diterima apa adanya, kehidupan sangat berharap dipuja atau disegani setiap manusia yang belum mati. kau dan aku adalah satu satunya kenyataan yang menghidupkan ilusi, beribu ribu, berjuta juta, mungkin lebih. angka, tanda koma dan titik, seperti tak puas puas menghitung dirinya sendiri*

Sabtu, 29 Maret 2014

*

lereng gunung yang menolak kabut tak akan mendapati wajahnya berkilau embun, saat matahari menyentuhnya*

polusi

langit dan tanah setia saling memandang. angin tak letih mengayun segala yang ringan. ranting patah. daun berguguran. dahan bertahan. riak air berkejaran. batu batu membeku. selamanya begitu, selalu. selama puisimu mencemari udara*

*

tahun dan abad mestinya salah hitung, pikun atau linglung. mungkin ini cuma khayalan, terlalu ideal, terlalu mahal. sebuah jiwa menyala, menghalangi terang, mengaburkan gelap. hanya sebuah memberikan segalanya. kehilangan bumi kehilangan sedih kehilangan pasti. aku merenung, mengingat harapan yang telah terkubur. alih alih mati, menjadi benih. menjadi dirinya sendiri. memeluk mimpi, tak dilepaskan hingga tengah hari, tak diusaikan hingga hari berganti. aku tertawa, menelan tanyaku sendiri, serupa buah yang baru ditemukan dunia, manis, segar, gurih, ajaib, kehlangan cara biasa untuk menyebut satu rasa, luar biasa. tanyaku menjernihkan darah, menemukan lembah lembah dinaungi pelangi, batu batu bernyanyi, pohon pohon belajar berlari, anak anak manusia menerjemahkan bahasa kupu kupu. kulihat kalender di dinding menyusut, pelan pelan larut ke dalam gelasku. matanya tempat jiwanya kubaca, menatapku, tak goyah sedikitpun. memaksaku mereguk tanya yang meleleh kegerahan, bukan musim panas, bukan musim hujan. tahun, apakah tahun menenun kenangan atau keyakinan. aku hanya tahu, tak apa aku terus mengejeknya, keriangannya tak akan pudar. ia mesti mulai berlatih menghadapi anak anak bengal. salah sendiri, berkeras hati ingin jadi guru di hari gini*

Jumat, 28 Maret 2014

alusi

kau, menelan segenap bayang bayangku. membebaskanku dari sosok hitam yang tak pernah membiarkan aku sendirian. so sweet, ehm ehm, dinding dan lampu bergantian menggodaku. aku tersipu malu, mengepalkan tinju, menjulurkan lidah, menahan tawa. kau menatapku, mesra atau resah. aku memang payah, tak tahu mesti berkata apa.
tepat pada saat terakhir kau menghardik, kerjakan seperti aku. sebelum bayang bayangmu menelanku. ohh, dinding dan lampu serempak berseru.
aku, dalam bayang bayangmu melihatmu sepanjang waktu. jalanmu, gerakmu, setiap kesan pada wajahmu. tahukah kau, aku sedekat bayang bayangmu. tidak menyesal meski payah. aku dapat menggodamu sepanjang waktu tanpa mengganggu. terseipu malu, kukepalkan tinju, kujulurkan lidah, nyaris mati tertawa. betapa kau mempesona semua orang ketika memasuki ruang, kau tak terusik bayang bayang. setiap dinding dan lampu mati matian menarik perhatianmu.
aku, meringkuk nyaman dalam kegelapan. kasihan, dinding dan lampu sesekali mengeluh untukku. aku memang payah, tak tahu bagaimana mesti menerangkan kepada setiap ruang bahwa aku tidak hilang, hanya tiada, untuk selalu mengikutimu paling dekat, paling nikmat.
kau, lebih dari indah. aku bersama semua dinding, lampu, ruang serta isinya, pasti runtuh, padam dan hampa kalau kau tiada*

*

aku tak tahu. aku mati atau merindukanmu sekali lagi.
dunia undur diri, mungkin patah hati.
aku tak tahu atau tak peduli.
kau mengepakkan lenganmu, mengacaukan rasi bintang bintang, mungkin tak sengaja.
kutemukan waktu tak lagi utuh, isi kepalaku berantakan.
jantungku atau jantungmu menghitung mundur sebuah ledakan.
aku tahu, aku tak tahu, setengah mati terbunuh rindu.
kau berdiri, mungkin mengerti.
kulangkahkan kaki memasuki jantungku.
aku tak tahu atau tak peduli.
tenggelam dalam darahku, memburu deras jejakmu*

*

jangan tanya. karena aku tak tahu apa apa. kesadaran pada mata terbuka, aku tak tahu apakah nyata. aku tak mengira. setiap peneguhan sia sia. jalanan basah banyak mendengar aku banyak bicara. mata dan telingaku mengada ada. hujan baru saja reda. langit lega, bertahan, tidak menghampiri yang tak terbang yang tak tinggi. mana lagi yang bukan misteri. jangan tanya, semua tak tahu apa apa. muka kecil tersenyum dalam tidur, aku minta sebagian mimpinya, suara kecil menggoda, mengoceh dengan bahasa tanpa kamus.
hujan dikirim untuk sekawanan kecebong, kuncup teratai, dan jamur payung*

Kamis, 27 Maret 2014

*

jika kau mau kusulut, rela kubakar hingga tak bersisa, selalu menghibur dan menjadi inspirasi. tak berlebihan bila kuabaikan semua peringatan dan nasehat demi keselamatan hidupku. ketulusanmu mengajariku tidak pengecut. biar dunia akherat tak mengingatku, demi kau terus mencandui bibirku*

*

di sana, ada yang selalu menyayangiku sepenuh hati. diam diam dan hati hati. ia menyayangi, menjalani setiap waktunya, agar tak sia sia, tak ada yang kecewa, tak ada yang patah.
di sana, ada yang menatap cakrawala di dalam benaknya. menjadikan aku pusat tata surya. lebih dekat dari matahari, lebih jauh dari bulan. ia memilih tempat dan waktu untuk melihatku terbit dan terbenam. ia menentukan jeda dan jarak paling tepat, menjagaku dari lelah dan luka dari semua arah.
di sana, ada yang percaya, aku tak ingin apa apa. sayangnya segalanya.
di sini, diam diam dan hati hati, tanpa henti kubisikkan sedalam hati, ia sungguh ada di sana, sungguh sungguh menyayangiku sepenuh hati. atau setiap waktuku sia sia, didera kecewa hingga semangatku patah*

sejarah

mungkin aku bodoh karena tak sanggup menyukai yang terlanjur terjadi, yang tidak dapat dipungkiri, yang tak mungkin dibenahi, bagian tersulitnya adalah samar dan tak pasti. yang serumit itu untuk dibuat supaya diingat, nama nama berebut tempat, rela mengerjakan apa saja demi sebuah ruang anti renovasi. mengerikan mesti membacanya, sekali lebih banyak dari pada tidak sama sekali. menyimpulkan sesuatu berdasarkan fakta buta. atau percaya kepada kumpulan kisah yang mahir menceraikan benar dan salah.
menikmati kebodohan lebih nikmat ketimbang menikmati kemampuan menciptakan yang tidak sanggup disukai. bagian tersulitnya adalah samar dan tak pasti mencakup segenap kehiudpan di seluruh pelosok bumi. tak mungkin dihindari atau mati. serupa udara dan air, rentan tercemar*

Rabu, 26 Maret 2014

*

di dunia lupa, kita adalah dua tiang lampu yang berdiri berseberangan. selamanya berhadapan. tidak saling kenal, tapi tak pernah lupa, saling menerangi, saling memberi, saling menghormati. seruas jalan di antara kita selalu semarak mnyambut gempa bumi. satu kesempatan yang memungkinkan salah satu atau kedua tiang lampu menjadi miring hingga terbaring melintang, menyentuh seberang jalan.
di dunia lupa, kita bukan siapa siapa. hanya benda mati. tidak meresahkan goncangan yang bikin kita tak lagi berdiri tegak. lampu lampu di atas boleh menjenguk kegelapan dan teriakan dari bawah yang tak pudar hasratnya kepada nyala. di dunia lupa, tak ada yang kenapa kenapa, hanya ada kita*

Selasa, 25 Maret 2014

visualisasi

kutemukan sepasang kupu kupu terbang di antara dedaunan. kepak sayapnya tak berbunyi. sepasang kupu kupu terbang bersama, seperti bercanda, seperti tertawa tawa. kudengar nafasku menderu, tak sabar untuk menemuimu. kau harus tahu, aku sangat gembira, aku dapat mendengar dengan mata. sekarang kita dapat bicara panjang hanya dengan saling memandang, dapat berdebat dan bertengkar tanpa putus sambil saling melempar senyum, bila perlu saling memagut*

*

matahari mungkin paling cantik, tapi tak dapat kusayangi sesuatu yang menghabiskan segenap waktunya untuk menerangi seluruh bumi. pada awalnya menyenangkan, tak lama segera membosankan, tak ada kejutan, tak ada gelegar, tak pernah membuatku menggigil karena takut atau takjub.
awan kelabu mungkin buruk. tapi setiap kali lewat di dekat matahari, dibuatnya jantungku bergetar hebat. petir dan hujan memberiku waktu melupakan semua rencana dan tujuan, memastikan tubuhku hanya perlu berteduh*

sempadan

tak dapat mengundang atau membujukku datang dan hinggap di tepi kolam di halaman rumahnya. tak membuatnya resah. ia dapat menciptakan aku, dari tanah liat dan semen, kawat dan cat. meskipun kaku dan beku, hasil karyanya mirip sekali denganku. tak mampu membuat tiruanku, tak akan menyusahkannya. ia dapat membeli. aku yang kaku dan beku berjejer untuk dijual di tepi jalan, bersama seorang anak lelaki kaku dan beku sedang buang air kecil, wadah air mancur, katak, rusa, angsa, bahkan malaikat, semuanya kaku dan beku. semua mahluk kaku dan beku seakan terperangkap waktu atau kutukan tak kenal kematian. kaki tanpa langkah. sayap tanpa kepak. air tanpa aliran. segala yang mendatangkan kemegahan halaman rumah, yang tidak membutuhkan keramahan sepetak sawah. aku, seekor burung bangau beku dan kaku, tak akan mengeluh. seolah tahu, dia tidak akan melukai atau membuatku mati. sebagai balas jasa untuk kebaikannya memberiku tempat di halaman rumahnya, akan kuberikan apa saja yang diinginkannya. apa saja yang tidak dimiliki kehidupannya. keutuhan, keteguhan, kepatuhan, kepastian, dan keacuhan pada gerak riang bayangan hitam yang lincah berenang bersama ikan ikan di dalam kolam*

Senin, 24 Maret 2014

*

bumi yang cantik. katakan, mataku jernih. aku perlu mendengarnya untuk melupakan dia yang terlalu banyak mencuri perhatianku. menjerat lalu mengurung hasratku dalam sebuah botol. di dalamnya aku berlayar, bersama miniatur kapal, mengarungi senja hampa udara*

*

apa susahnya percaya ada yang maha adil di alam semesta.
seorang lelaki kesulitan menemukan kekasih. lulusan s2. pekerjaan tetap. mapan. bertanggung jawab. menarik. penyayang. perhatian. berwawasan luas. taat beribadah. tidak merokok. bukan pemabuk. bukan pengguna narkoba. tidak pernah berjudi.
seorang lelaki lain memiliki tiga kekasih sekaligus. tidak tamat sma. bekerja serabutan. tidak bertanggung jawab. tidak menarik. tidak romantis. cuek. berwawasan sempit. tidak taat beribadah. perokok berat. pemabuk. pemadat. berjudi nyaris setiap hari.
apapun namanya, memang ada banyak hal yang tidak terkira tapi nyata. tak harus ke luar angkasa untuk percaya ada yang maha luar biasa*

*

ketika duduk, tak tahu apa hendak ditulis. kudengar dunia berceloteh riang. berisik namun jauh, bergairah. serupa pasar dini hari. dan segalanya hadir bukan untuk dimengerti. henya didengar, dengung lebah, deru nafas kucing yang sedang senang. kutemukan tak ada alasan untuk tidak mengetahui alasan angin mendentingkan lonceng pada waktunya. aku menguap, menyandarkan diri pada kursi, melepas kepergian konsentrasi. bagian bawah kepala sebeah kiriku berdenyut, mengingatkan aku hidup, dunia semrawut. menyenangkan, serupa memori pada sekeping gula kacang. rasa ngilu di rahangku, datang membawakan getaran halus, bisikan mesra, bau harum, yang tidak menakutkan macam hantu. menawarkan beberapa kalimat, dengannya kedamaian akan ditakar atau dibakar. selalu ada tujuan. meskipun yang hilang tidak ditemukan, atau tidak kelihatan. mata perih, udara jernih, sembuhlah, keruhlah. kutemukan kata kata yang sering dipertanyakan kesungguhannya, semuanya tenang tenang saja. lalu seorang remaja bercanda tentang hati yang patah. jadi berapa. aku menggeliat, merasa tidak sendiri, tidak pula mati, tenggelam dalam mimpi. malam masih pagi*

Minggu, 23 Maret 2014

*

kejutan. seekor cicak merayap dekat sepasang sandalku. sungguh baru kali ini kulihat seekor cicak berada di bawahku, bukan di atas seperti buasa. tentu luar biasa, yang menarik perhatian seekor cicak hingga bersedia turun ke lantai.. cicak marayap mendekati serpihan kentang goreng, sebagian dari sambal goreng kentang kering yang tercecer di lantai. cicak mendekat, memasukkan serpihan kentang goreng bersalut gula merah ke dalam mulutnya. terlalu besar hingga tak dapat langsung ditelan, cicak membawanya merayap ke bawah meja, menjauhi sepasang sandalku, menghilang dari pandang mataku. seandainya ada banyak serpihan kentang goreng bersalut gula jawa bertebaran di lantai, mungkin akan ada beberapa ekor cicak turun ke lantai. beberapa ekor cicak merayap di lantai, bisa disebut kejadian unik yang tidak terjadi setiap waktu.. apakah akan sama rasanya dengan menaburkan remah remah makanan burung dara, memperhatikan burung burung dara berhamburan mendekat, hinggap di tanah untuk mematuki makanannya. entah, saat ini aku hanya merasa geli membayangkan cicak merayap di lantai, beberapa ekor yang gemuk. kecoa berjalan di lantai tidak aneh, burung merpati juga tidak aneh. tapi cicak, merayap di lantai terasa tidak sama. tidak apa, tidak sama*

sepasang mata dalam lukisan seraut wajah

air matanya biru. setiap kali ia menangis, wajahnya terlihat seolah olah dihinggapi sebutir pecahan langit musim semi. ketika matahari berseri ramah, daun dan kuncup bunga bermunculan dari balik rambutnya yang berwarna tanah. aku menatapnya, berharap kesedihan atau kebahagiaan sangat mengusiknya, memerihkan matanya. lama dan sabar, kunanti air mengalir dari sepasang mata kering kelabu keunguan. semburat jingga pada pipinya secantik senja. kutunggu, mungkin kelak sesuatu akan mencairkan air matanya yang beku*

*

kenyataan membuktikan dunia dan manusia butuh musibah. seperti aku butuh kau dan sebaliknya. kau dan aku akan lebih bermutu setelah kita sama sama tahu betapa kau dan aku dapat saling menghancurkan. kau atau aku, boleh takut, boleh mengamuk, singkatnya tak apa melakukan apa saja yang berdampak buruk. kita dapat hancur, tidak lupa mengingat sedikit sekali yang mudah didapat. selalu ada yang lebih, lebih buruk dari yang terburuk ada yang lebih hancur dari kehancuran, meski tak tahu apa sebutan yang tepat untuk semua keadaan tak terduga. kenapa takut, siapa takut, pertanyaan atau pernyataan. bukan cuma tergantung kepada yang berkata, lawan bicara berperan menentukan reaksi. bebas mutlak, memilih sebuah ucapan untuk menentikan apakah kata katamu atau aku merupakan pertanyaan atau pernyataan. bla bla bla...
ya, kau berhasil menunjukkan bahwa, tak ada di antara kita yang sungguh sungguh mengenal dunia, memahami kehidupan, melihat kenyataan, dengan utuh. hanya sepotong sepotong saja. ketenangan dan kecemasan bergantian menyapa, berusaha keras menarik penuh perhatian kau dan aku, berharap menelan kau dan aku bulat bulat ke dalam tubuhnya. kenapa takut, siapa takut.
aku hanya dapat menebak kau akan menjawab, karena, sebuah nama. atau menggeleng ringan lalu tertawa kecil. kalau memang pantas, mestinya aku juga tak bakal terkejut kemudian hancur setelah kautampar lalu kau tinggalkan. semuanya wajar, semua manusia normal sanggup bereaksi serupa. selanjutnya apa. banyak kemungkinan. kemungkinan paling tidak mungkin, hmm...mungkin kiamat. selain kiamat, segalanya mungkin terjadi. kalau tahu pasti, alangkah tidak seru, tidak lucu pula.
hahaha. pada suatu siang di hari sabtu. aku dan kau pernah janjian ketemu. bersama dan terburu buru menuju gedung bioskop. masih terlambat, film sudah diputar. beli karcis terburu buru. akhirnya, duduk di hadapan layar lebar. film utama baru mulai. mirip betul dengan film yang baru seminggu lalu kita menontonnya. ternyata, bukan mirip tapi sama persis. ternyata, yang kedua, salah membeli karcis. hahaha. alangkah mesra dan bergairah, kau dan aku tertawa. siapa tidak takut, siapa salah beli karcis saat sedang bokek. tak ada di antara kita yang berhenti tertawa. filmnya belum puas melihat dua manusia gembira. bukan ngawur, tapi terburu buru. tidak salah ini dejavu. mungkin kau atau aku, manusia yang bisa memutar waktu. dunia geleng geleng kepala.
bara bara bara. bere bere bere biri biri biri. buru buru buru. boro boro boro. itu lagu buat kau atau aku. mereka mendendangkannya dengan bagus. gara gara itu gunung meletus. kenapa takut, siapa takut. malu malu sama semut. ada yang tetap hangat sepnjang waktu ditengah salju, beruang kutub*

Jumat, 21 Maret 2014

*

wajarlah jika orang orang tidak jenius lebih mulus kariernya, lebih banyak menjadi pemimpin di negeri ini. seseorang yang banyak tahu pernah berkata, sejak awal orang orang jenius tidak punya banyak peluang mendapatkan pekerjaan formal. para manager atau atasan yang telah ada cenderung memilih menerima orang orang tidak jenius untuk menjadi bawahannya, yang kelak bakal menggantikan posisinya pada waktunya. banyak pula alasan logisnya, tak sudi bawahannya lebih cerdas, khawatir tak sanggup mengarahkan dan memimpin manusia yang lebih berpotensi dari dirinya sendiri. lagi lagi menurut seseorang yang banyak tahu, konon bekerja sama dengan orang orang berotak superior beresiko berat. orang orang berotak superior berbakat besar dalam banyak hal, termasuk hal hal luar biasa, macam bakat menjadi psikopat dan maniak. mungkin benar demikian. tak ada yang tahu pasti sebanyak apa yang diketahui seseorang yang banyak tahu. pastinya semua superior atau idiot tak ada bedanya, selalu mencoba bertahan hidup dan pernah sangat berharap sempat membuat perbaikan. andaipun tak pernah, pasti pernah tanpa sengaja atau tidak sadar mengerjakannya. seperti menghalau hingga membunuh serangga. siapa tahu serangga serangga yang telah tiada lebih membahagiakan bagi orang orang dan serangganya sendiri. siapa tahu, nyamuk dan lalat lebih suka segera wafat atau hidup lama sebagai nyamuk dan lalat. semua orang, banyak tahu atau tak tahu banyak, kemungkinan besar sependapat, lebih baik tak pernah ada di dunia ketimbang tercipta sebagai seekor serangga*

meraih mimpi

setangkup roti tersenyum setiap pagi. senyum hangat, menggoda, tak sabar menanti sentuhan bibir, lidah, juga gigi gigi yang baru terjaga. kupandangi lama, semoga setangkup roti tak melupakan jasanya. kukunyah lambat, semoga setangkup roti menikmati harapannya menjadi nyata*

bercermin

aku masih ingat saat pertama melihatnya kebingungan. sepasang mata kehilangan pertanyaan. aku merasa tak berdaya, menemukan sebuah wajah yang tak membutuhkan jawaban. semua milikku tak berguna, tak dapat menolongnya. letih dan sia sia. kebingungannya menyiksa, menawan sesuatu, bagian dari diriku dalam sebingkai kaca. kucoba bicara dengannya, dengan sungguh sungguh. tidakkah kau tahu. sepasang mata berkaca kaca, seraut wajah tak percaya. tangannya terulur, telunjuknya menyentuh permukaan datar berembun yang mempertemukan atau memisahkannya dengan setiap mata yang menatapnya. dengan jarinya, dirangkainya kata, mestinya aku yang bertanya. tak apa, kucoba menghiburnya. kuulurkan tangan, ia menyambut. sepasang telapak tangan saling melekat pada sebingkai kaca, mati rasa*

*

dunia menyusut, menjelma selimut. selembar kehangatan yang terus terjaga, mengirimkan isyarat kepada tidur. jangan bangun, jangan bangun, atau impian akan menyatakan kebenaran. jangan nekat, jangan nekat, melihat tulang tulang tenggelam menggenapi nubuat nabi yang tak ingat namanya sendiri.
tikus betina menyusui anak anaknya, kuda laut jantan mengasuh anak anaknya. akar rumput dan pepohonan menyerap segala bangkai. tidak pernah sama, selalu samar terdengar. dunia bersuara lirih. sebuah bola api barusan meluncur lurus ke dalam pelukannya. membakar kesia siaan. terdengar rengekan anak manusia mencari induknya*

puzzle

pada wawancara pertama seorang senior berkata, aku hanya penikmat alam, bukan pecinta alam. dalam angkot selama perjalanan pulang kurenungkan dan kutemukan sanggahan, tak ada pecinta tak menikmati yang dicintai. sebesar apa cintaku pada alam hingga mengalahkan cinta alam padaku. menjadi penikmat alam adalah berkat tak terelak bagi siapapun yang mengaku mencintai alam. hebat kan, aku punya pendapat.
lebih hebat karena pendapatku tak tergoyahkan hingga sekarang. orang pintar seharusnya pintar mencari alasan. aku bangga menjadi penikmat alam.
semua organisasi mengubah manusia menjadi hebat sekaligus culas. kecurigaanku terbukti. setiap rakor, presentasi dan evaluasi semua teman berebut perhatian. aku sibuk menggambar, sungai, pohon, bunga, kelinci, burung, sepasang kekasih bergendengan tangan dan berciuman.
kau menemukan bahan tertawaan. perempuan cuek, payah, tak dapat diandalkan. tapi kau merayuku pindah divisi, mengikutimu memilih caving. aku tidak terbujuk, hanya ikut. gunung hutan jadi kurang menantang dibandingkan gua. lagi pula, tak ada yang lebih menyenangkan dari pada membuat orang lain senang. kau sangat senang, aku plin plan dan tak peduli omongan orang yang dianggap bijak.
pada suatu siang seorang senior bertanya, apa alasanku masuk caving. tanpa ragu kujawab, ikut dia. maksudnya tentu kau. tak ada alasan lain yang lebih baik. cuma karena ikut dia, senior itu bertanya lagi, sangat takjub sekaligus kecewa. aku mengangguk, iya. senior itu tak dapat menyusun kalimat yang buruk sekalipun untuk menanggapi sikapku. pandangan matanya saja, menyiratkan hasrat untuk menimpukku dengan sebutir tomat busuk.
kau semakin kagum, atau putus asa, pada apa. keisenganku, kesembronoanku, keacuhanku, ketidak pedulianku. kuduga kau mengagumi banyak hal yang kautemukan padaku. kau mungkin belum tahu, kau telah bertemu perempuan yang pernah dijuluki teman teman sekolahnya, kandidat peraih gelar miss cuek indonesia.
aku bertanya padamu, hebat kan. kau tidak kebingungan. memandangku dengan sorot mata mengerikan, campuran antara kepuasan dan kejijikan. kusimpulkan kau mulai tergila gila. hebat kan.
lebih hebat lagi, hingga hari ini, aku selalu menuduhmu lebih dulu jatuh cinta padaku. kau selalu menyangkal dengan sepenuh daya, mengemukakan alasan dan bukti, siapa yang bilang mau ikit dia pertama kali. akupun tak menyerah, ikut tidak berarti suka, apalagi jatuh cinta.
kau dan aku tak mau kalah hebat dalam hal kesenangan membuat orang lain senang. kadang kadang hampir edan.
semua senior sudah melupakan kita. alam tak berkurang cintanya. hebat kan.
kau masih sering menatapku dengan sorot mata tak percaya. mungkin kau jatuh cinta, aku merenung, akhirnya tersenyum dalam setiap perjalanan pulang.
lebih hebat lagi, kukira tak ada yang peduli kalaupun ada yang lebih hebat lagi*


Kamis, 20 Maret 2014

*

seandainya bisa, akan kubuat sebuah humor yang tidak kejam. sudah lama sekali, sedari kecil, manusia diajari tertawa menemukan kesalahan. orang dewasa menyebutnya optimis dan cerdas. anak anak menertawakan komentar pedas bapa dan ibu guru yang ditujukan untuk teman sekelas, berlaku juga untuk teman sebangku. anak anak tertawa mendengar teman menghina teman, anak anak tertawa melihat teman jatuh terjengkang. tertawa itu sehat, meskipun sebabnya menyakitkan. maka aku harus tertawa melihat aku kesakitan. memuakkan. bukan siapapun, tapi seseorang yang menemukan kelucuan dan berkeras melihat memandang ironi pada wajahnya. jelas kan. tak ada satupun alasan untuk mengasihi diriku sendiri, tapi aku tak mau berhenti berpura pura baik hati. tapi penting sekali, untuk dapat menahan tawa melihat seorang manusia tiga perempat telanjang sedang jalan jalan sambil memaki maki sendiri. penting sekali, tapi tak boleh lupa, ada yang lebih penting lagi, tapi tak tahu pasti. terlalu banyak tapi. siapa butuh terapi, tertawa itu sehat. tertawalah sebelum tertawa dilarang. tapi kapan. tanya setan*

*

kesepian macam teman yang tak bisa diam. bersiul, berdendang, berbicara menggunakan bahasa serangga. kadang mempesona, membungkam kebenaran, mengesalkan, lebih kerap membosankan. terlalu sering mendengarnya bikin siapapun ingin mengatainya pembual, lalu bergegas meninggalkan ruang.
berharap menemui keramaian di luar. lebih pandai bicara, bahasa manusia. hangat dan ramah. lagi pula sabar dan paham benar cara mengucapkan sumpah serapah*

exert

tidak asing. telah berkali kali terjadi. pengalaman ternyata tidak mengajari cara terbaik untuk bersikap ketika mengalami kejadian yang sama. mungkin karena bodoh, tidak bijaksana, tidak mampu memetik hikmah, atau apalah sebutannya. pastinya rasa sakit selalu menyakitkan. berapa kali, kali ke berapa, karena apa, menjadi pemahaman atau praduga tak berguna untuk semua, mungkin sejenis atau setara keledai terperosok berulang kali ke dalam satu lubang. itu itu saja.
mengherankan, hingga mengagumkan bahwa tidak kehilangan kewarasan, menderita gangguan mental, depresi. kesadaran malah menimbulkan beban atau serangan lebih berat. kesehatan mental dan kewarasan adalah musuh paling keji bagi ketenangan. galau, kacau, risau, melekat erat, serupa tumor mencengkeram otak atau organ manapun. rasa sakitnya dapat hilang setelah diamputasi seluruhnya. penyakit sekalian organ tubuh di mana dia bersarang.
jika berkat yang disia siakan menjadi kutukan. mengabaikan kutukan dapatkah mengubahnya menjadi berkat. kedengaran macam pertanyaan orang beriman. artinya percaya pada tuhan. tuhan maha esa, maha kuasa, maha bisa. dapatkah tuhan menjadi jahat. tuhan juga maha pemaaf.
siapa tidak boleh mengeluh. siapa berhak melarang merasa paling merana sedunia. tak ada. ah, tentu si keji, kewarasn dan kesadaran yang sok berjiwa besar, berotak pintar.
kepada siapa mestinya mengeluh, mengadu, menuduh. siapa paling layak dimusuhi, dijauhi, dibunuh lalu dimutilasi.
tak ada siapa siapa di dekat sini, tak ada siapa siapa di luar dan di dalam, tak ada siapa siapa di mana mana. aneh sekali. dunia sama sekali kosong. kehidupan macam apa, masih pantaskah disebut kehidupan. dunia cuma sebuah, hampa. menyadari kesendirian mutlak menyesakkan. sebuah dunia luas bikin seorang mahluk kecil sesak nafas. udara seolah berduri, menusuk nusuk perih setiap kali dihirup dan dihembuskan keluar masuk dada. tentu saja, udara yang seharusnya dihela banyak mahluk, karena dunia kosong, mau tak mau hanya dapat mondar mandir keluar masuk pada satu tubuh. pantas saja begitu berat dan penuh.
ke mana semua pergi dan hilang. tiada siapapun di dunia. jangan jangan duniapun tiada.
hanya sendiri. kepada siapa mestinya mengeluh, mengadu, menuduh. siapa paling layak dimusuhi, dijauhi, dibunuh lalu dimutilasi. tiada lain, hanya sendiri, tak ada nyali.
tuhan, yang maha esa, maha kuasa, maha bisa. buatlah yang tersisa sendiri tertawa. tidak susah. tiada dunia.
sendiri, akhirnya sejak semula dan selamanya. bisakah menciptakan stand up comedy abadi. sendiri, tiada depresi tanpa diagnosis psikiatri. keledai sengaja masuk keluar lubang untuk berlatih memanjat tebing tebing curam. lagi pula terjatuh ke dalam lubang lebih cerdas dari pada terjatuh di tanah datar.
bagusnya, sendiri masih bisa bertepuk tangan*



Rabu, 19 Maret 2014

*

orang orangan sawah canggung berdiri, lengannya melambai digerakkan angin. mengundang burung burung untuk singgah, mencicipi butir butir padi yang lebih dulu tumbuh membesar dan memadat. beras tak mengenal penanamnya, menyambut setiap penikmat mewujudkan harapan. menjadi dewasa, matang, sanggup mengenyangkan. tak ada kematian tidak dilahirkan kehidupan. tak ada kerugian tidak membawa keseimbangan. tapi siapa mendengar celoteh segumpal awan, angin terburu buru menyeretnya pergi. sebelum penanam padi tiba, mendapati sawahnya dipenuhi burung burung pencuri. orang orangan sawah berdiri tegak, angin telah meninggalkannya sendiri, lengannya diam, lunglai. penanam padi menatapnya putus asa, lalu menghalau sendiri sekawanan burung. pencuri pencuri bersayap berhamburan, meninggalkan sawah tanpa suara, paruhnya masih mengunyah, atau menyimpan butir butir padi untuk dibawa pulang. penghuni sarangnya akan senang, pencuri pencuri kecil bersayap yang belum dapat terbang. kelak tumbuh dewasa, mengepakkan sendiri sayapnya, menjumpai orang orangan sawah yang tak sama wajahnya seramah kicauan induknya*

*

tuan rumah sibuk menyiapkan pesta. tamu tamu berdatangan, menyantap hidangan. pengemis duduk di luar gerbang, menyucikan sisa makanan, mengubah remah remah menjadi setumpuk berkah*

*

kelak, hanya akan tinggal kau sendiri. kau mengatakannya agar aku tidak sedih. aku sendiri tidak sendiri. sendiri memiliki banyak waktu untuk dicurahkan padaku. kau senang mataku menerawang. kejauhan, keajaiban, jatuh bersama hujan*

karena kau

aku sedang belajar tidak memilah. dengan susah payah. menghidupkan yang terang dan redup. memenangkan pahlawan dan pecundang. membangkitkan pujian dan hinaan. menuliskan sampah dan sajak indah. karena kau sangat pintar, mengajariku menemukan alasan untuk segenap kebenaran dan pembenaran untuk setiap kesalahan. sejauh ini aku masih kerap menggerutu melihat kemahiranmu yang menjadikan aku cuma seorang penemu segala jenis batu. setiap butirnya kaupungut dari tanganku, dengan tekun kugosok satu persatu, seolah olah semuanya bakal permata, atau aku setengah buta*

Selasa, 18 Maret 2014

bahasa rindu

jangan bosan mendengarku. aku punya banyak lagu lagu merdu, syair syair manis. aku bisa jadi apa saja untuk membuatmu tak lagi mengeluh tentang cuaca, debu dan suara suara parau yang menyerbu telingamu. kau akan tersenyum, karena aku lucu, kau akan tersentuh karena aku lembut, kau akan bersemangat karena aku cerah. pilih saja. karena aku, hasratmu tak akan pernah menyusut. sepasang mata cantik akan melihatmu kapan saja kau ingin bertemu. bersamaku, asal bersamaku kau sanggup mengalahkan waktu, menundukkan setiap keraguan. akan kutunjukkan padamu, aku dapat menyalakan kesedihan, meredupkan kesenangan. kau akan menemukan semua sudut berpendar, keindahannya tak akan pudar. hanya satu yang kuharapkan darimu, kau tak jenuh padaku. sabarlah sebentar, kau akan terlelap, memimpikan kenyataan yang tak lagi dipertanyakan. saat kau terjaga, tak akan ada yang hilang. segalanya akan kujadikan sama sekaligus berbeda. kau akan lupa, kau akan lupa, ada sesuatu yang tak ada*

merokok tak membunuhku

musim semi ini, mestinya aku mati. tapi kehidupan tak ingin kehilangan apapun, juga setiap jiwa yang mengacuhkan bunga bunga merekah, kesejukan udara, nyanyian unggas dan anak anak yang berteriak karena macam macam sebab. apakah kehidupan mencintaiku, sejak dulu, sebelum kukenal kemudian kutepiskan tangannya. aku bukan dia. bukan dia, yang dapat tumbuh, merekah, mengharumkan udara, berkicau riang, berteriak lepas.
bagaimana dengan kematian, apakah dia yang tak mau kecewa. tak ingin mengenal dan tak sudi mendekat.
bukan begitu, sebatang sigaret mengirimkan isyarat pada lidahku. sejuk serupa musim semi. dadaku bergetar, saat dia melanjutkan pesannya, aku tak membunuh siapapun yang tak takut.
benarkah sangkaanku, dari dulu hingga kelak. kehidupan dan kematiaan selalu berebut tempat. tapi sigaretlah yang menang. mengalahkan setiap pertempuran dari musim ke musim yang datang dan pergi. dadaku lembah yang rakus menelan kerlip cahaya dan kabut, setitik dan segumpal yang sempat berkunjung*

siluet

di manakah aku sekarang. aku merasa hilang. apakah ibu menjelma lubang hitam. menelanku dalam kehangatan. hanya tiada atau pemandangan pilihan yang ingin kulihat. aku masih ragu, lebih suka lereng terjal atau dataran landai. lumpur atau pasir. semak semak atau patahan ranting. semua mengajakku bermain. karena tahu aku senang bermain. tak lelah, tak butuh istirahat, hingga ibu memanggil. tapi sekarang, ibu sangat sibuk hingga tak menyadari kehilangan aku. nanti, saat ibu telah selesai menyiapkan makan dan membereskan rumah, aku pulang. lapar dan acak acakan, mencari pelukan paling hangat, paling dalam. aku belum tahu atau lupa rasanya jatub dan betapa kokoh sepasang lenganmu. selembar air terjun kulihat sedang tersenyum, menerbitkan pelangi dari tiap percik air yang gagah berani*

*

melihat tawamu, dunia memalingkan wajahnya dariku, khawatir aku tak lagi peduli padanya. ada berapa banyak kebahagiaan menanti. berapa kesedihan menunggu. kau tak dapat berhitung, dan aku tak akan pernah mengajarimu*

Senin, 17 Maret 2014

*

sudah ribuan malam bersuara sama. tak tahu kenapa. mungkin peringatan agar tak satupun puisi mengada ada. atau pertanda, bahwa kerinduan pada keabadian, ternyata tidak lebih dari keserakahan untuk memiliki yang tak dapat diraih. sebuah jiwa yang besar, menggelembung oleh rasa takabur. serupa balon, diselubungi selaput berbentuk dan berwarna memikat, yang dipahami sebagai kerendahan hati. ringan, hingga sanggup melayang dan terbang. banyak hal dengan mudah dapat membuatnya meletus, suara gaduh, koyak, kehilangan bentuk. semua mata boleh lupa, menoleh ke lain arah, menemukan bentuk dan warna memikat lain yang masih utuh.
setelah menemukan, kemudian muak, masih dapatkah mengecam seorang pemusnah.
ribuan malam bersuara sama. decak, geram, desah, ketukan, gesekan, desir, detak. gilakah bila mengiris telinga. buah karya mana lagi yang pantas diandalkan, yang menyimpan misteri cara menaklukkan rasa sakit dengan akal sehat*

*

berpura pura tolol tidak mudah. bahkan orang orang tolol sejati sekalipun kesulitan melakukannya. hahaha. kutertawakan isi kepalaku. cair. cair memenuhi sebagian besar kepalaku, tentu kepala kepala lain juga, semua kepala. tolol atau tidak tolol selalu ada cairan dalam setiap kepala.
tolol tidak mudah, tidak sukar. tolol adalah tolol. yang paham akan paham. yang tidak paham akan tidak paham. yang mana saja, sama sama lembek otaknya.
berpura pura, menjadi apapun, tidak mudah. si tolol macam apa yang masih merasa perlu berpura pura tolol, pasti tak tertolong. tidak tolol tapi bersedia berpura pura tolol, apa namanya kalau bukan benar benar tolol.
tolol dapat diganti kata sifat lain sesuka hati*

*

kisah cinta sejati hanya cerita, karangan manusia.
itu pendapatmu.
itu kenyataan.
kenyataanmu.
kau tidak setuju.
kenyataan bukan hanya segala yang pernah kaulihat, kaudengar, kaubaca.
tunjukkan padaku.
percuma kalau kau tak percaya.
kalau begitu cinta sejati sejenis hantu.
kau percaya hantu.
tidak.
ya, untukmu memang tak ada bedanya.
jadi...

tidak ada bedanya, untuk alam semesta*



*

bagaimana menunjukkan arah benar kepada si sesat, tanpa mesti tersesat. sesat itu nama jalan. bukan kecemasan berjalan sendirian dalam kegelapan, bukan pula kekhawatiran terperosok ke dalam lubang tak berdasar. tersesat tidak gentar berjumpa dengan siapa saja, perampok atau perompak akan disambut hangat, dijadikan teman seperjalanan, penghibur, penyemangat, apa saja yang bikin perjalanan tak lebih berat. si sesat dengan riang akan berkata, aku tak sendirian, sekalipun berjalan bersama jelmaan setan. sesat sejati tak kenal kata tersesat, tak risau pada kemungkinan celaka.
bila memang ada nasehat bermanfaat, baiknya diberikan kepada yang tidak tersesat, tak perlu berharap sempat menunjukkan arah benar kepada si sesat. seandainya kebetulan tak terelakan yang tak tersesat berjumpa dengan si sesat, baiknya pula, tak perlu meluangkan waktu basa basi atau setulus hati bertanya sebab musabab si sesat tersesat. atau yang tidak tersesat akan terhenyak, kehilangan keyakinan mendengar jawaban yang dikatakan asal asalan oleh si sesat, aku tersesat karena mendengarkan sebuah atau beberapa nasehat.
sebaiknya semua sepakat, sesat hanya nama seruas jalan, siapapun dapat lewat*

Minggu, 16 Maret 2014

*

mari bicara.
bahasa apa.
jiwa penerjemah. bagaimana bicara dengan telinga telinga bawah tanah. jiwa gelap. tidak buruk. hanya kenyataan. hanya : membatasi alam semesta, mengusaikan mimpi indah. tanah padat, jika berongga tak akan menahan telapak kaki yang sedang melangkah. setiap manusia mesti beranjak untuk memenuhi syarat disebut hidup normal. seperti kata kata dan kalimat kalimat tentang syahwat. seperti tak pernah mengenal kosa kata yang pantas didengar. rahmat, berkat, akibat, kata kata asing atau dengung mesin. telinga telinga bawah tanah tak tuli, hanya tak kenal bahasa cahaya. dari semula hanya mendengar suara langkah, isyarat mahluk mahluk melahap segala yang terbuang, jatuh, kebanyakan tak lagi utuh, malah busuk. siklus.
macam mengatakan, tuhan memberkati, kepada seorang dekil, setengah telanjang sedang kelaparan.
siapa tidak peduli.
ketika mendengar kata kata disusun menjadi kalimat mulia, seorang hina memilih mendekat atau menghilang.
apakah moral dan pengetahuan berguna, dapat menciptakan wacana untuk menghapus kesenjangan di antara jiwa jiwa manusia.
aku percaya. tapi hanya itu saja.
jiwa terang tak akan pernah tahu betapa banyak kegelapan yang dibutuhkannya untuk dapat bersinar.
haruskah mencuri untuk pencuri. membunuh untuk bicara dengan pembunuh. tak ada yang mau setolol itu.
hanya menjadi pendengar lebih aman. hanya menjadi pembaca lebih nyaman. hanya menjadi pengamat supaya tidak kehilangan rahmat.
tanpa ingat, tak ada kejadian tanpa saksi. hanya kenyataan. kenyataan ada di luar sana. hanya menjadikan segalanya final dan fatal. ketika terjaga, menyadari, hanya mimpi saja, alangkah lega atau kecewa. telinga telinga di atas tanah seolah olah memilih suara. seolah olah tak butuh penerjemah.
bahasa apa, tak ada negara bertelinga. hanya manusia. atau hanya jiwa. setiap manusia ingin bicara. setiap jiwa ingin mendengar kata kata dan kalimat kalimat yang telah dikenal akrab. seperti sahabat. hanya sahabat.
mari bercanda. mari tertawa. di bawah tanah, di atas tanah. hanya tempat.
seperti orang orang tersesat menemukan sahabat erat. hanya sesaat. seperti sekarat, imitasi atau asli. tak akan terlihat bila tak diamati.
bahasa jiwa. bahasa cinta. tuhan tersenyum mesra tanpa wajah, tak hanya di bawah tanah*

*

apakah seorang perempuan putus asa dapat menyayangi piring dan gelas kotor yang bahagia. tenang tenang hinggap di atas meja, sesekali bercanda, saling mengejek satu sama lain, tentang jejak dan aroma hidangan yang telah tiada. seringkali mereka mencoba menirukan suara sendawa penghuni rumah, bergantian, bertaruh siapa di antaranya yang paling kenyang. apakah ini tentang seorang perempuan yang selalu melamun, memetik sayur dari kebun, menyalakan api dari kayu, menanak padi dari lumbungnya sendiri.
oh, sepi, betapa baik hati. telah dibunuhnya siapa saja yang nyanyiannya tidak semerdu suara lapar, tak sehangat makan dengan lahap, tak sehalus dengkuran anak anak.
seorang perempuan merenung, ia memang putus asa, kehilangan waktu membaca buku, kehilangan hasrat mencari ilmu, kehilangan rindu bersimpuh di bawah telapak kaki ibu*

Sabtu, 15 Maret 2014

*

kau adalah puisi, satu satunya puisi, yang tak dapat kutuliskan. tidak dengan kata, tidak dengan cinta. semua menyerah saat kau mulai bersuara, kudengar bergema berjuta juta. tak habis habis, tak lelah, tak pecah. tengadah, langkahku satu arah. biarlah salah. cuma kata, mungkin cinta. bacalah, berjuta juta yang tak serupa kau satu satunya*

percakapan dengan jantungku

aku berjanji pada diriku sendiri untuk tak pernah berhenti.
kenapa.
saat aku berhenti kau mati.
aku tak takut mati.
justru itu.
kenapa.
aku tak boleh berhenti hingga kau takut mati.
kenapa kau keras hati. kenapa aku mesti takut mati.
karena tubuhmu.
kenapa tubuhku.
kau dan aku sama sama terperangkap di situ.
aku tak tahu.
itu masalahmu.
aku tak merasa terganggu.
kau tak mendengarku.
kau ingin kudengar.
kau tak ingin dengar.
aku banyak kerjaan.
aku tak pernah berhenti.
aku mengerti.
mengerti tanpa takut mati.
kau sinis sekali.
kau tak mengerti sama sekali*

happy b'day

apakah artinya waktu. dia akan menunggu, kau atau aku menemukan sebuah jam tangan sekarat. aku atau kau yang akan mengakhiri penderitaannya. kemudian mengacuhkan jarum jarum kecil melonjak, menunjuk angka angka. lihat angkasa, dia terbang, angkasa harus terbang untuk memuaskan hasratnya melihat segenap arah dan wajah wajah. di balik punggungmu, sembunyi sepasukan burung, bunga matahari, atau buku buku mewarnai. sekarang musim buah yang pintar menyamar jadi landak.
apakah artinya waktu. tak ada yang menyuruhku membeli sesuatu. kau, datang begitu saja dari balik punggungku. menuntun anjing laut dan seekor yuyu. langit dan atap mendekat, ingin mendengar lebih jelas. tak ada runtuh, hanya merunduk, ingin duduk di antara kau dan aku. kalau saja ada yang ingin tahu apa artinya waktu. mungkin seorang sepi yang selalu tersenyum sendiri. jam tangannya berdetak keras memamerkan kehidupan.
apakah artinya waktu, tak ada yang dilahirkan untuk kesedihan atau kebahagiaan. koin dan kartu kartu silahkan cemburu sepuasnya, kupeluk kau sepanjang tahun. sepanjang angkasa membentang. waktu mungkin dungu, dia mau menunggu, kau atau aku mengatakan sesuatu*

*

ke mana sayang. semua menjadi jalan. lumpur dan batu. laut dan gunung. tapi kita tak akan ke mana mana. benar kan. tak akan ke mana mana. biar matahari tak perlu mencarimu atau aku sebelum terbit. hampir seluruh bumi menanti pagi, kita bisa tidur lagi. mimpi lagi. meringkuk rapat dalam kehangatan selimut kusut seperti seekor kucng yang baru saja makan kenyang, sudah selesai mencuci kaki depan dan pipinya dengan lidahnya*

Kamis, 13 Maret 2014

*

sawang itukah rumahmu. aku sering merasa geli setiap kali menyentuh gumpalan lembut di sudut sudut berdebu. hidup, sehat dan waras. aku merasa pemberani, bertanya berapa yang harus mati sepanjang hidupmu. alangkah mulianya sifat tidak peduli. banyak sekali gumpalan lembut di sudut sudut berdebu. bisa kubuat gula gula kapas besar untuk menciptakan keriangan. apa sih yang tak pantas dirayakan. apa. kalau keutemukan selembar saja yang lurus, akan kubangun museum megah sebelum matahari terjaga*

*

berdiri di tepi bumi tak bertepi. ia sendiri. ia bernyanyi, tak sepi, tak berbunyi. penyangkalan penyangkalan paling bersahaja berebut tempat dalam satu jantung. berdegup bersama. mencoba berpisah. sebelum tenggelam dalam sebuah kolam. tak dalam. teratai telanjang. katak melayang. tak terjawab. sebab adalah sebab. ia bermain tak berteman. bingung, gembira, serupa jatuh cinta. oh, selamat menempuh kehidupan. berapa detik kau punya untuk mengintip ke dalam kantong jaketmu. patahan kuku, jejak lengket permen, bangkai semut, noda noda coklat, remah remah jajan. padahal ia telah lupa padaku, kau dan segenap perjalanan menjelang malam. ia tak tanya, jam, jalan, jarak. tak ada kepastian ia dapat terbang. aku pernah melompat, kau pernah merangkak. teratai selalu telanjang, katak mendarat di atas daun teratai. gelombang air kolam. lagu sumbang, seekor capung memandang tak ada keramaian. adakah kedamaian melekat pada lidah katak. ia tak terjawab. rengkuh saja ujung jariku, basahi satu satu, kau mau memegang tanganku. aku tak ragu menyelam. tanyanya sebening kolam. iakah bumi mencari tepi*

Rabu, 12 Maret 2014

*

tak ada sentuhan yang cukup perkasa untuk menyalakan sebuah lampu. betapapun hebatnya hasrat dan kehendak untuk membuat lampu menyala, tak akan berhasil tanpa menghubungkan lampu dengan arus listrik. tak ada arus listrik mengalir tanpa sumber listrik. perlu alat, untuk menghubungkan sumber listrik dengan lampu, mencatat berapa besar daya yang digunakan, kewajiban untuk membayar tagihannya atau mengisi pulsanya. kenyataan paling sederhana sanggup memadamkan impian. kukira kenyataan sederhana tentang lampu dan pln menjadi landasan kuat untuk merasa nikmat makan malam hanya diterangi cahaya lilin. menyalakan lilin lebih mudah dan murah, meski sering lupa, menyentuh sebuah tombol telah tertanam dalam ingatan sebagai sangat mudah, biasa dikerjakan tanpa memikirkan apapun selain ruang menjadi terang dan nyaman. sekali lagi, sebuah tipuan jaman, sebenarnya bukan tipuan, sama sekali tidak jahat, hanya ketidaksadaran. mana yang mudah atau sulit, praktis atau rumit, pilihan yang tidak menarik. masih ada kemungkinan lain yang lebih manis, lebih ingin realistis atau romantis. kalau romantis mestinya lebih sering menulis di atas kertas. kertas yang dipilih dengan cermat, berwarna lembut dan wangi. lantas ditulis dengan hati hati di dalam ruang yang diterangi cahaya lilin. karena ruangannya remang remang, segalanya jadi samar samar, memungkinkan hanya sebelah tangan yang bisa membaca apa saja yang ditulisnya sendiri. bagus sekali. hemat listrik. semua wajah terlihat menari nari di dinding, lidah api menyihir bayang bayang cantik. tanpa tongkat ajaib atau mantra, kulihat lilin menyalakan cahaya matamu. seperti mimpi tapi nyata.
hahaha, parah*

*

tanyakan tentang sesuatu padaku, supaya kudapatkan alasan merenung dengan sungguh sungguh demi sebuah jawaban untukmu*

?

untuk apa peduli kepada jendela, ia tak harus ada. terlanjur, tak dapat mengelak takdirnya, atau nasib, silahkan memilih sebutan untuk keadaannya. melekat pada dinding selamanya demi sepasang mata mengembara tanpa tubuh, tanpa sepasang kaki dan tangannya. aku juga tak memilih bertambahnya waktu, pengetahuan, ukuran dan berat badan, hanya untuk mengabaikan perasaan hebat menemukan telapak tangan dengan pandangan, menggerakkan paha dan lutut demi mengenal kesenangan mampu menendang. pelahan semua keajaiban pecah atau pudar, digantikan ketekunan mencari kebahagiaan. pintu, tidak dibuat untuk memahami kebingunngan antara luar dan dalam. dan setiap desah nafas meniupkan satu demi satu keheranan indah, bagaimana segalanya tersedia, menanti yang mencari, yang datang dan pergi, yang sibuk membangun keteguhan dari hukum dan rumus rumus ilmu pasti. aku keluar, aku berkelakar, aku ingkar, aku berikrar. menunggangi sebuah kursi, menjelajahi kutub bumi. seandainya meja mempunyai kepala, pasti mengeleng geleng putus ada. hingga aku dan segala yang tidak nyata tertawa bersama. berderai jauh, amat jauh, sejauh sebuah planet di luar tata surya yang sedang kucarikan nama*

Senin, 10 Maret 2014

*

tak ada niatku menghina cinta, saat tidak sengaja membaca dan mulai percaya, siapapun yang mencinta mesti menjadikan dirinya pantas untuk cinta.
untuk menghibur cinta yang tidak kecewa, sengaja kutulis banyak kesalahan, cinta tidak buta, cinta punya mata paling indah, hingga siapapun pantas jatuh cinta pada pandangan pertama*

definisi

sejak awal semua bakal manusia harus belajar menjalani hidup. seolah olah tahu arti hidup. tidak perlu dalam atau kental. hidup saja, mengalir maka hidup cair. apakah hidup. hidup adalah, blub blub blub, gelembung udara dalam akuarium. pernah dibisikkan sirip sirip ikan ketika kusiapkan makan siang. ikan laut, dari mana beliau tahu tentang akuarium. apakah sudah cukup. blub blub blub. entah malaikat atau putri duyung menepuk nepuk lenganku, hangat hingga panas, meletup, mirip sekali dengan percikan minyak dari penggorengan. bersuara riuh. hidup perut, hidup lutut, kubiarkan seekor kucing mengelus tungkaiku dengan leher dan kepalanya. sebelum berdoa sebelum makan, memaksa diri tidak larut ke dalam suara, sahut menyahut deras, tanya jawab lugas. belum sempat sayang. berpikir jernih bukan masalah, tapi berpikir adalah berpikir, membakar kalori, melupakan selamanya soal definisi. apa sih. hidup. hidup, aku menyelam ke dalam kepadatan batu karang. lambat, bisa bisa jutaan tahun kemudian. batu atau karang selesai menyusun karangan bunga untuk seorang bakal manusia. hidup. oh, hampir lupa, hidup terlalu besar, biar saja ia memilih dirinya sendiri*

*

rasanya seperti berada dalam sebuah kota yang tersusun dari ribuan wajah. sejak kapan pohon pohon menumbuhkan wajah wajah pada dahannya. sangat asing dan tidak berbau. kenyataannya bau sama sekali tidak mengganggu. sebaliknya malah, menimbulkan rasa nyaman dan kangen. bagaimana mungkin dapat percaya pada wajah wajah yang tidak dikenal baunya. manusia, seberapapun tinggi derajatnya, tetap sejenis mamalia, sama dengan tikus, kucing, anjing, kera, kambing, kerbau dan semua jenis binatang dan hewan yang biasa menyusui anaknya. keakraban dan keterikatan segera terjalin setelah mengenal dan mengingat, salah satunya aroma. percuma wajah sumingrah, mata bersinar, senyum merekah, jika tidak berbau manusia. seperti bukan manusia. kemuakan, aku berhutang budi padanya. ia tidak menolak menjadi kambing hitam yang mengunyah sampah sampahku hingga luluh lantak. tak bersisa. sebelum sempat mendaur ulang apa apa, semua sampah sirna. aku kehilangan bau busuknya, bau busuk yang biasanya mampu menciptakan dusta atas nama cinta. hahah. kasihanilah aku, kehilangan bau puisi, rambutku wangi, tubuhku wangi, wajah wajah tanpa bau dan kota yang menunduk lesu. ketukan atau kutukankah, tak henti membangunkanku tiap pagi*

Minggu, 09 Maret 2014

*

haruskah aku minta maaf, selalu lupa mengingat untuk melupakanmu barang sejenak.
tidak, aku tidak minta maaf, seperti seharusnya, aku ingat, tidak dapat melupakanmu, tidak barang sejenak.
barang sejenak, tak pernah sempat menjadi ukuran atau satuan untuk sesuatu yang seharusnya ingat untuk melupakan.
buat apa ditulis puisi jelek jelek gitu.
gimana yang bagus.
yang ditulis tangan kanan, tapi tangan kirinya gak tahu.
hahaha. kusempatkan ketawa sebelum berlalu, pastilah bersama kedua tanganku*


gado gado

kamu punya bakat melukis, kata penjual gado gado setelah melirik coretanku saat meletakkan sepiring gado gado pesananku. kuangkat wajahku dan tersenyum, tidak kuhitung berapa kali penjual gado gado telah mengatakannya, juga beberapa orang lain, seingatku, sering.
pada sebuah siang ketika penjual gado gado tidak sedang sibuk melayani pembeli, dia mengambil piring kosongnya. gado gadonya sudah kulahap habis. penjual gado gado sekali lagi melirik kertasku, sesaat kemudian dia malah mengamati coretan coretanku sebelum bertanya, kamu bisa menjahit.
ndak bisa, kujawab singkat.
kalau bisa menjahit mungkin bisa merancang baju.
aku tersenyum, merasa tak cukup tangkas untuk menjawab.
penjual gado gado masih belum beranjak. malah bercerita, kalau saya bisa menulis sajak, dulu jamannya masih sekolah sma, saya suka mengirim sajak ke radio. selalu dibaca.
wah, hebat, kukatakan dengan sungguh sungguh menatap wajahnya.
penjual gado gado tersenyum senang. segera membawa piring kosongnya berlalu dari hadapanku, ada seseorang mendekati gerobak dagangannya.
aku berharap pada suatu siang yang lain, siang yang senggang ketika aku dan penjual gado gado tidak sedang melayani pembeli. semoga aku tidak lupa untuk bertanya, kalau penjual gado gado tidak keberatan ingin kubaca salah satu atau beberapa sajaknya. mungkin rasanya selezat gado gadonya.
sebenarnya tidak penting sama sekali, sajak yang ditulis oleh seorang penjual gado gado yang tertarik pada gambar seorang perempuan penjaga toko. tidak ada yang penting, seperti setiap kenyataan ajaib yang sering menghampiri siapa saja yang kebetulan sedang dianugerahi rasa lapar bersama sepiring gado gado di tengah kegaduhan pasar jam setengah dua belas siang*


sepasang tangan

kita berjalan, aku berlompatan
kita berbaring, aku melayang terbang
kita bercerita, aku bernyanyi riang
kita berciuman, aku memejamkan mata
apakah ini yang mereka maksudkan dengan cinta bertepuk sebelah tangan,
kita bersama, aku menatap langit tersenyum cerah
kita tertawa, aku mendengar sepasang cinta bertepuk angan*

Sabtu, 08 Maret 2014

*

sepasang mata, sepasang telinga, sepasang tangan, sepasang kaki. adalah dua mata, dua telinga, dua tangan dan dua kaki. sungguh sayang keduanya tak dapat benar benar merasa ada dua. terlalu seia sekata. mengerjakan segalanya bersama. melihat ke satu arah, mendengar satu suara, mengerjakan satu hal, melangkah ke satu tujuan. manakah yang pertama, kiri atau kanan. tapi mereka tidak bertanya, apalagi berdebat. hanya diam diam selalu kompak. menggelikan. untuk apa dua mata, dua telinga, dua tangan, dua kaki, hanya untuk satu misi. saling membantukah, saling menolong, saling menjaga, apa? kurang tepat. tidak tepat. sepasang adalah sebutan untuk dua yang tidak bisa terpisah. romantis. hmm, manusia dirancang dengan imajinasi yang sangat romantis. seolah olah supaya dapat bergerak dengan indah, gemulai. sejak lahir mata, telinga, tangan dan kaki bekerja dan bergerak. sejak lahir, hingga tumbuh membesar manusia lebih banyak menggunakan bagian bagian yang sepasang pada dirinya. mengherankan, mengingat tak ada rasa tidak puas mendera manusia karena mata kiri dan mata kanannya tak dapat secara bersamaan digunakan untuk melihat dua obyek berbeda. apa hebatnya menyadari sepasang mata. tak ada. hanya ada akibatnya, senyum senyum sendiri saat melihat sepasang cicak gemuk berkejaran di dinding. sepasang cicak gemuk sangat bersemangat, begerak sembarangan, gesit dan lincah. tak akan begitu menarik saat cicak gemuk bukan sepasang yang sedang seru bercanda*

Jumat, 07 Maret 2014

kizuna

jalanan malam seperti baru dicuci. hitam berkilat, licin, basah. gerimis tinggal sangat kecil. kupikir alangkah nikmatnya menemukan sebuah tempat datar yang terlindung dari tetesan air, duduk, menatap malam dengan mata setengah terbuka, memilih lamunan indah. sebuah jaket atau mantel yang tidak terlalu tebal akan membuat dunia terasa bersahabat. kenapa ada yang tahan berada tidak di dunia pada saat saat begini menyenangkan. kalau tidak di dunia, di mana, apa namanya. hehehe. seandainya kau ada. ya kau, siapa saja yang pernah ada dan sedang tak ada. hidup mempunyai cara unik untuk memaksaku melamunkan apa saja yang membuatku nyaman. hitamkah, biru tuakah, atau malah ungu atau kelabu, warna angkasa itu. serupa memandang asap yang terhampar, mengapung di atas bentangan sutra berwarna gelap. bukan atap, karena tidak menaungi ruang. lantas kenapa, bagaimana cara paling bagus mengatakannya. dunia sedang memamerkan puisinya, aku terpesona. seandainya dapat kusadur atau kutulis dengan bahasaku, tak apa menjadi plagiat demi sebuah puisi hebat malam setelah hujan reda. tapi aku tak dapat. tak bisa. ketidak mampuan yang menjadikan duniaku merasa membutuhkan kau yang tak ada. kau dapat, kau bisa mengatakannya dengan cara lebih bagus. dan aku merasa waktuku semakin menyenangkan. kau semakin menawan. kuhembuskan nafas, kurasakan dadaku lapang. telah kulepaskan kau dan setiap yang pernah dekat kepada dunia yang bukan duniaku. dunianya dunia, yang di dalamnya terdapat begitu banyak puisi indah yang tidak dapat kutuliskan. siapa saja yang suka dapat membaca sepuasnya. mungkin aku dapat mendengar dan akan semakin nyaman. jalanan malam seperti baru membasuh wajahnya, menemukanku tengah terpesona, dikedipkannya sebelah matanya. aku tercengang, mengira ada yang lain di dekatku yang diberi isyarat mesra berupa kedipan sebelah mata. tak ada. sesaat rambutku seperti disentuh, seringan dan selembut angin. jika dapat kukatakan dengan lebih bagus, bukan keluhan. macam mendengarkan lagu keren berbahasa asing tanpa teks*

:)

ada masanya ketika seorang muda menyadari segala kekeliruan yang mengepung hidupnya. dan jiwanya memaksanya bertanya, apa yang bisa dilakukan untuk membenahi segalanya.
ada masanya ketika seorang yang pernah muda, pernah merasakan semua yang mendera masa mudanya, harus menjawab apa adanya. jika menghormati si penanya, hanya satu yang layak dilakukan, menjawab apa adanya, yang terlintas di dalam benak sesaat setelah mendengar pertanyaan. tak ada. tak ada yang dapat dilakukan untuk membenahi segala kekeliruan yang berserakan di mana mana. lagi pula tak perlu. aku tak tahu apakah tepat menamai keadaan menyedihkan, rasa kecewa dan tidak berdaya, sekaligus harapan dan rasa sayang yang membuncah, semuanya, setiap noda hitam dan titik terang, adalah kehidupan yang mencari keseimbangan. kenapa kehidupan mencari keseimbangan. aku tak tahu. mencari sesuatu pasti karena. mungkin karena cinta*

Kamis, 06 Maret 2014

masha n the bear

bahasa apakah yang dipakainya bicara. terdengar sangat jenaka. tawanya nyaring tapi merdu. ketika ia ada semua mahluk akan lari berhamburan atau mengendap endap, apa saja, asal tak terlihat dan mesti berurusan dengannya. ia pengacau besar paling kecil yang pernah ditemui di sepanjang jalan setapak, dekat hutan kecil, di seberang lintasan kereta api. seekor beruang jantan besar harus menerima takdir menjadi temannya, menerima dengan pasrah segenap akibat kesembronan pengacau besar paling kecil. rambut pirang yang menutupi keningnya memang cantik, juga ikat kepala dan baju merahnya. semua anak anakku jatuh hati padanya, dari yang remaja hingga balita, laki laki dan perempuan. semua gemas mendengar cara bicara dan suara tawanya. sesungguhnya ia adalah pengacau paling baik yang pernah menjadi tokoh cerita. kekacauan yang dibuatnya mengalahkan niat jahat dua ekor serigala kelabu yang pernah menculiknya. dua ekor serigala semula berniat meminta sebuah kulkas beserta isinya kepunyaan beruang sebagai tebusan, pada akhirnya semua saling kenal dan menjadi teman. konyolnya dua ekor serigala bertempat tinggal di dalam sebuah mobil ambulance bobrok yang berada di puncak sebuah bukit. dan beruang jantan besar yang gagah mempunyai banyak piala indah, dulunya beruang jantan adalah pemain sirkus hebat. kisah yang mengharukan. seisi rumahku selalu merindukannya hangga hari ini, meski setiap ceritanya pernah dinikmati berulang kali. rasanya serupa kebersamaan mencintai kehiudpan apa adanya. tempat yang indah. anak perempuan kecil sebatang kara yang ngawur, dapat bergerak secepat kilat dan mengesalkan. beruang jantan besar yang lembut hati dan pasrah. kelinci putih bertampang ekspresif dan bermata lucu. serigala yang tidak jahat dan sedikit sial. beruang betina besar pemalu. panda yang lucu. harimau yang hangat dan bersahabat. tupai dan landak. wortel, apel, buah berry liar, topi sulap, sederet piala, kulkas penuh makanan. langit biru cerah, awan putih menawan. sungai, bunga, kupu kupu anaka warna, kadang kadang salju. tapi, yang paling menarik, tentu, segala kekacauan yang selalu dikerjakan anak kecil berbaju merah. semakin kacau semakin lucu*

*

setiap helai daun pandai bicara. setiap batang ranting pandai bercerita.
di hadapan setiap pelamun yang terpekur di bawah kerindangan sebuah pohon*

tar

seperti seribu malam, hanya sebentar. seluruh kehidupan memandangku diam diam. menemukan sesosok tubuh tanpa ruh. berjalan dan bekerja setengah sadar, larut dalam rasa damai, terseret kepedulian, tenggelam dalam gelisah. sebenarnya tak ada yang benar. seribu malam, kehidupan, tubuh dan ruh, atau setiap benda dan kasat mata yang melingkupi, hanya palsu. kepalsuan yang sungguh sungguh, hingga jika tidak dilihat dan dipercaya sebagaimana adanya akan hilang. bibir menggumam, hanya sebentar. telinga mendengar, hanya sebentar. maka biarkan yang ada dan tiada meminta apa yang memang pantas diberikan kepada mereka, sebelum bertukar tempat. hanya sebentar, dada bergetar*

*

ada yang lebih kuat dari yang semula kukira paling kuat. ada yang lebih hidup dari yang semula kusangka paling hidup. benar benar ada, bukan hasrat, bukan hidup, tapi lebih dari itu. keberadaannya bahkan tak membutuhkan nama apapun*

Rabu, 05 Maret 2014

*

saputangan basah dan jorok, adalah saputangan yang telah banyak berjasa*

Selasa, 04 Maret 2014

puzzle

siapa yang berminat bicara tentang cuaca. tentunya sepasang manusia yang sangat membosankan. memalukan sekali jika kehilangan kemampuan berkomunikasi dengan seseorang yang begitu sering dipikirkan dan dibicarakan dengan diri sendiri. memalukan. ya. memalukan. cuma itu. semula kuduga bakal berakibat jauh lebih gawat. macam radiasi nuklir atau apapun sejenis itu. paling tidak iritasi pada mata dan saluran udara akibat asap dan debu. ternyata sama sekali tidak begitu. situasi mengerikan yang kubayangkan terjadi ketika kehilangan kemampuan berbahasa dengan normal saat kau berada terlalu dekat, cuma memalukan. masakan cuma memalukan saja yang harus kutanggung karena kesalahan fatal dalam hidupku. lucu. kenapa aku kerap merasa lucu dan tertawa. ya, itu juga memalukan. tapi tak tertahan rasanya. aku menengadah mencari cari sebuah ide yang kuharapkan melayang di dekat keningku untuk kubaca hingga kudapatkan kalimat yang akan membuatmu terpesona. memalukan sekali, sebuah batu menyandung kakiku. tidak adakah waktu lain untuk menjadi memalukan selain saat kau berada terlalu dekat. oh, hidup yang nakal. batu yang dungu. dan kau, kau yang wuahhh. aku harus tertawa, tapi akan terlihat tidak sopan tertawa tanpa sebab. tentu saja ada sebabnya, tapi hanya aku yang tahu. kalau kau tahu akan lebih memalukan dan ditambah tidak bijaksana bagiku. kurapatkan bibirku, kucoba mengatur nafas. menahan tawa ternyata sangat menyiksa, lebih berat dari pada menahan tangis. ah, kenapa tidak memindahkan pusat perhatianku kepadamu saja, itu mudah dan aku sudah sangat ahli mengerjakannya, hanya saja saat kau tidak berada terlalu dekat.
kau, aku mencuri pandang secepat kilat, wuahhh. kukedipkan mataku serupa orang tolol. untung kau tidak menengok. dengan anggun berjalan pelan di dekatku. mestinya kau tahu aku memalukan, tapi kau diam saja, seolah olah tidak tahu. oh, aku meringis sendirian, kau tidak ikut ikutan. ya. memalukan tidak akan membuatku terluka. dan cuacanya mulai berubah, macam jagoan saja bisa berubah. kau menggumamkan sesuatu, atau mungkin telingaku salah sangka begitu. tak masalah. memalukan itu mencakup segalanya yang tidak terlihat dan terdengar jelas. ya. bukan salahmu, apalagi salahku. sekarang, cuacanya benar benar berubah. tapi kau masih wuahhh. sangat tidak membosankan*

payung dan aku

aku yang terkatup pada hari cerahmu
aku yang berjaga saat langit mulai mendung
aku yang terkembang bersamaan gerimis datang
aku yang basah kuyup diguyur deras hujanmu

aku merasa kau merepotkan setiap kali mengajakmu bepergian*

Senin, 03 Maret 2014

*

rasakan, alangkah romantis lagunya. alangkah pening kepalanya. alangkah perih lambungnya. alangkah manis senyumnya. bahkan tanpa diberi kembang pete atau dibelikan batu akik. sudah cukup manis, ditambah satu gelas teh hangat. rasakan, sedikit kemanisan. rasakan. hihihi*


*

sinar lampu terasa asing. menatapku dengan bengong, seolah kami tak pernah berbagi ruang selamanya. memang cahayanya berwarna beda. baru kusadari juga kalau cahaya ternyata punya warna, yang sebelumnya begitu hangat dan bersahabat. mata sembab dan hidung basah juga aneh, tak ada sebab yang menyentuh, yang biasanya menjadi alasan sah untuk menangis atau terharu. sepertinya tubuh dan segenap organ organku sedang melancarkan serangan untuk menyudutkan aku. mau unjuk rasa. mau memberontak. mau menuntut hak. untuk diberi waktu. selama ini, sepertinya aku telah berperan sebagai penjajah atau tuan yang tak berperasaan terhadap diriku sendiri. biar. aku tidak minta maaf. tidak pula berjanji bahwa nantinya akan lebih baik. tubuhku harus belajar menerimaku apa adanya. tak ada pilihan. aku dan tubuhku selamanya akan selalu begini. sekali waktu akan kuterima kemarahan tubuhku kepadaku. dan tubuhku tak bisa lari dariku ketika aku sedang bersikap tidak baik padanya. aku tidak tahu apa ada hubungannya dengan kalimat terkenal, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. aku sedang tidak mampu untuk mencari tahu tentang apapun. satu keuntungannya aku merasa ada yang mengubah penataan cahaya lampu dalam setiap ruang yang pernah kukenal, tidak sama*

Minggu, 02 Maret 2014

*

nostalgia. lama sekali tidak ketemu kata nostalgia. seperti kata kata jadul yang tak lagi populer. kasihan. padahal bunyinya kedengaran merdu ketika diucapkan, nostalgia. mengucapkan nostalgia menjadi awal sederetan benda dan peristiwa yang membuat mata menerawang di kejauhan. sejauh apa. sejauh yang tak dapat disentuh. sebuah benda seberapun besar kenangan yang tersimpan tak akan sanggup menggantikan segala yang telah tiada. nostalgia terindah tidak tersentuh. tidak ada benda. tidak ada sentuhan. hanya ada keindahan. ahh. mbelgedhez. katanya. hahaha. ini apa. dia mengacungkan satu pak sigaret yang hampir kosong. katanya yang kemarin kotak terakhir. hahaha. aku kan konsisten. konsisten untuk tidak konsisten. dia meninju lenganku dengan mesra. kau tak tahu rumitnya konsisten untuk tidak konsisten.
malam ini, akan menjadi nostalgia pada suatu hari kelak.beberapa tulisan yang tidak sempat tertulis. beberapa empati. beberapa pertanyaan konyol dan jawaban songong. aku dan dia hanya sedang membuat sebuah nostalgia bersama, yang tidak dapat diabadikan dalam pigura.
akhirnya dia tertidur, aku merasa ajaib bernostalgia tentang hari kelahirannya. dan segala hasrat yang terbawa dalam jantung kecilnya. benarkah dia berkata dia hanya ingin mengajar, berharap murid muridnya mencari ilmu, bukan nilai, darinya. hahaha. aku tertawa dalam hati.
suatu hari aku akan menjadi ibu, melahirkan anak anak manusia. dan anak anak manusia adalah bunga bunga cinta dan kasih sayang, sebuah kutipan yang menggetarkan. sebuah catatan nostalgia.
tak kusangka sangat menggetarkan ketika jadi nyata. nostalgia mestinya mengabur kemudian menghilang, bukannya menghadirkan apa yang dengan tidak sengaja pernah diharapkan. ya tidak sengaja  kalau dipikir lebih jernih dan hati hati sebuah kenyataan lebih bagus ketika hanya sebuah nostalgia.
bagaimana besok pagi.
i don't know. it's mistery.
nostalgia bisa jadi besok pagi.
misteri. berseri. mungkin mesin waktu menemukanku. serupa kutemukan kata nostalgia, entah di mana*