Rabu, 19 Maret 2014

karena kau

aku sedang belajar tidak memilah. dengan susah payah. menghidupkan yang terang dan redup. memenangkan pahlawan dan pecundang. membangkitkan pujian dan hinaan. menuliskan sampah dan sajak indah. karena kau sangat pintar, mengajariku menemukan alasan untuk segenap kebenaran dan pembenaran untuk setiap kesalahan. sejauh ini aku masih kerap menggerutu melihat kemahiranmu yang menjadikan aku cuma seorang penemu segala jenis batu. setiap butirnya kaupungut dari tanganku, dengan tekun kugosok satu persatu, seolah olah semuanya bakal permata, atau aku setengah buta*