Malam itu
aku bertanya, jam berapa sekarang. Dan kau diam. Seakan akan tak mendengar. Apa
kau ingin aku mengira kau sedang mengacuhkan waktu saat bersamaku, atau benar
benar tak mendengar pertanyaanku, atau kau tak peduli padaku yang selalu
menambahkan jumlah pertanyaan tak berguna pada setiap kebersamaan kita.
Jam sembilan,
dua puluh satu. Apakah aku sungguh sungguh membutuhkan jawaban itu? Untuk apa bertanya?
Dapat kulihat layar ponselku untuk mengetahui jam berapa, setiap waktu. Kenapa
manusia seringkali membuang energi untuk hal tak bermakna? Mungkin hanya aku
saja? Yang sebodoh dan seceroboh ini di dunia? Seperti, mungkin hanya aku saja
satu satunya perempuan di dunia yang paling memujamu, dan tak mengatakan aku
membutuhkanmu, karena kukira kau dapat memberiku segalanya. Ya, kau dapat memberiku
segalanya, yang tak kuminta, tak kuinginkan, dan kukira tak kubutuhkan.
Aku tak
ingin kau diam saat aku bertanya padamu. Aku tak ingin kau membuatku merasa
bodoh dan ceroboh. Aku ingin meluangkan semua waktuku untukmu. Aku ingin melewati
setiap saatku bersamamu.
Aku ingin
berjalan di dekatmu, tanpa arah, tanpa tujuan, hingga kelelahan dan tak sanggup
lagi berdiri tegak, hanya mampu berbaring telentang, bersisian. Aku tak ingin
kau memandangku. Aku ingin kau menatap lurus ke atas. Aku ingin tahu apa yang
kaupikirkan atau kaurasakan tentang angkasa. Satu satunya, atau salah satunya,
aku ingin bersuara tanpa jeda, mengumbar kata kata, mengacaknya menjadi kalimat
kalimat tak bertata bahasa.
Tidak. Tak hanya
itu. Masih sangat banyak yang lain. Aku tak ingin menghabiskan apapun saat
bersamamu, selain makanan dan minuman. Aku tak ingin menghentikan apapun,
selain makan dan minum, saat kau ada di dekatku.
Ah masih
ada. Aku ingin kau menghabiskan dan menghentikan aku, kapanpun kauingin aku dan
tak ingin aku.
Tak hanya
angkasa. Masih ada. Angkasa di luar angkasa*