Rabu, 30 April 2014

pesan dari sebotol vodka

hari itu akan bangkit lagi. bersamaku. memerangi pilu. aku ada untukmu. cantik, bening, hangat. tidak serupa segala yang kaukira dapat memuaskan rindu, segala yang membuatmu jatuh hati, segala yang tak sanggup melanjutkan hidup tanpa air dan udara.
hari itu akan seperti dulu. bersamaku. memecah gelisah. akan kualirkan putus asa dan kesia siaan sampai jauh. membasahi bantalmu dengan kesesakan yang menggenang di dadamu. rasakan ringan, sembuh, riang. kau akan menyala, kesedihanmu tidak percuma, tidak hina. tidak serupa mereka, tak lelah belajar dan tak bosan mengejar kemuliaan. kuajari kau bahagia saat kehidupan tertawa mencemooh kebodohanmu.
jangan cemas, aku tidak akan membunuhmu. kau sendiri yang akan melakukannya bilamana sungguh perlu. aku hanya menunjukkan beberapa kemungkinan yang tak pernah terbersit dari kebijaksanaan manapun.. bersamaku. kau boleh meraung. mereka tak akan menyalahkanmu. akulah yang bisa mengambil alih segenap keliaran dan kekacauan yang kaubuat.
hari itu, bila kau memilikiku, meregukku tanpa ragu, akan kuenyahkan setiap akibat buruk yang mesti kautanggung. untukmu. kubuat kau berbeda dari mereka. cantik, bening, hangat, persis aku, selalu siap tenggelam dan tersesat dengan gagah. dengan atau tanpa air dan udara*

*

kesadaran itu pahit. pahit menyembuhkan sakit.
katidaksadaran tidak pahit. tidak ada kesembuhan, tidak ada sakit. mati.

kesadaran bahwa aku bukan pohon. tidak berbuah. tidak meneduhkan siapapun. saat melihat ancaman api atau senjata tajam akan ketakutan, berteriak, melawan, berkelit atau berlari kencang menghindar.
ketidaksadaran bahwa aku bukan pohon. berdiri tegak di tepi jalan melewatkan seluruh waktu untuk mengamati yang lalu lalang. menggantungkan hidup pada akar. menancap kuat kuat pada tanah di mana aku tertanam. mnyerahkan kehendak dan nasib pada musim dan cuaca.

manakah yang salah. keresahan, jangan dekat dekat. biarkan kunikmati kesendirian, tak apa.sekalipun hanya demi sebuah alasan lagi. pura pura senang atau pura pura sedih kupilih sendiri, bersama mereka datang dan pergi sebelum mati*

Selasa, 29 April 2014

*

haruskah kalian selalu bepergian. apakah kalian begitu menikmati perjalanan. tidak keberatan setiap hari terjebak kemacetan, berpeluh, didera kelelahan. tidakkah kalian punya rumah yang menyenangkan, orang orang tersayang yang berdiam di dalamnya, kenapa setiap hari harus ditinggalkan atau bersilang arah tujuan. tak dapatkan kalian bersepakat tentang liburan, meski hanya sehari. tak bisakah sehari saja tak ada yang pergi atau kembali. kesibukan, kepentingan, kepergian, kepulangan. kebiasaan biasa untuk kalian, menghabiskan masa kanak kanak kami. jalanan padat membuat kami harus mati matian mengejar setoran.
kami tidak berharap banyak. tidak dapat. kami tahu kalian telah memikul banyak beban, dipenuhi tanggung jawab. tak mungkin ada waktu untuk mengubah sesuatu. dan kami sudah terbiasa pula dengan nasib kami. kami hanya berkhayal, seandainya ada satu hari, satu hari saja tidak lebih. untuk kalian berdiam diri di tempat masing masing. satu hari untuk tidak saling mendatangi yang jauh, menjauhi yang dekat. untuk sehari saja, bisakah jalanan dikosongkan. untuk kami. sehari saja, seandainya kalian semua mau bersama sama melakukan sesuatu. mengosongkan jalanan untuk kami. biar seharian kami mengacuhkan setoran, melupakan beban dan tanggung jawab. biar seharian kami bebas berlarian mengejar angan angan*

nevermind

batu tidak pernah membuang waktu.
untuk menghitung langkahku.
untuk menantang kakiku.
untuk menghalangi jalanku.
untuk menertawakan kecerobohanku.
untuk mendengar keluhanku.
untuk membalas makianku.
untuk menghindari tendanganku.

waktu tidak pernah tersandung batu.
untuk mengenal memar..
untuk memahami kejatuhan.
untuk menanti kebangkitan.
untuk merasakan ngilu dan perih.
untuk belajar berhati hati.

aku tidak pernah berhenti.
menuduh batu.
menggugat waktu.
mengulangi kesia siaan.
mempertanyakan keadilan.
meratapi kemanusiaan*


Senin, 28 April 2014

kencan di kuburan

kaupetikkan sebatang rumput. kauulurkan padaku, hidup hidup. atau sebatang rumput terinjak kaki dan aku tak peduli. sebatang rumput telah kaucabut dari kematian. kauserahkan padaku kehidupan.
tempatku menyesatkan ingatan. kupetik sebatang rumput, kudekatkan pada bibir, kubisikkan, mestinya akulah dipetiknya, diberikannya untukmu. katakan padanya kusesatkan ingatanku padamu, sebatang rumput tidak mengangguk. bergeming di tanganku, kurasakan ia terkulai dalam pasrah dan sumringah..
ingatan pasti bisa mengada ada. menyesatkan hidup ke dalam kematian. menyesatkan peristiwa ke dalam angan angan. menyesatkan sebatang rumput ke dalam tulisan. menyesatkan kerinduan ke dalam pelukan*

suara sunyi

kehilangan paling menyakitkan adalah kehilangan kerinduan. jangan biarkan.
jangan biarkan aku menanggung kehilangan paling menyakitkan.
yang lain biar hilang, selain kerinduan.
keyakinan, harapan, bahkan kepercayaan, boleh hilang.
akan kugali lubang untuk sembunyi dari kebenaran.
biar meringkuk dalam kegelapan, asal bersama kerinduan*

zebracross

kehabisan kopi, seseorang merasa pantas mati. alih alih bersedih, ia tertawa tanpa henti. mungkin mulutnya terbuka terlalu lebar, bunyinya kelewat sangar. ajalnya kehilangan akal. seseorang masih kehabisan kopi, ternyata belum pantas mati. rambutnya hitam. ujung ujungnya menggoda, berharap dikunyah. manusia menemukan akal, meniru kebiasaan memamah biak. kress. kress. kress. hitamnya tak pudar pudar, ujungnya tak patah patah. giginya tak lelah, tak kusam. pelan pelan malampun memburam. tak seujung rambutpun meratapi kematian yang dilupakan seseorang menjumpai pagi tanpa kopi*

tapi

dunia seperti pohon kelapa. bersuara seperti ringkik kuda. membuat rumah di dalam tanah seperti tikus sawah. terjatuh seperti buah nangka. menari dan besorak sorai seperti suporter olah raga.  belang seperti macan. pemalu dan lamban seperti kura kura. tapi kenapa. tapi tidak berguna, tidak membantu manusia seperti seekor sapi. tapi menghabiskan waktunya untuk menggali air.
akhirnya gelap tidak cuma berkelabat, tapi sedekat sahabat, sehangat kertas terbakar. sama dengan. sama dengan. sama dengan. hitung dengan benar. tapi cuma punya sepuluh jari, selebihnya menggunakan lidi. selamat tidur. segalanya seperti dunia, selalu ada, berserakan pada tempatnya.
kau nyaris seperti manusia, tapi berbisik lirih, mengecup kening seorang manusia yang sedang mendengking. tapi kenapa. suaraku seperti anjing*

panggung sandirawa

di antara lelap dan jaga. entah apa. kekalahan, kemenangan, bukan keduanya. setengah sadar. mungkin semua pernah tahu tanpa merasa perlu dibesar besarkan. aku menyiksaku. bukan kelaparan, bukan kerinduan, bukan kemarahan, bukan kedengkian, bukan kepuasan, bukan kecemasan. aku, cukup. tak bisa hilang. aku dapat membakar buku manapun. tak ada sebuah bukupun dapat membakarku. berkah buku, kutukanku. siapapun namanya, dia telah berhasil membuatku aku membusuk, merapuh, lebih mudah dan segera dari aku yang bukan aku. nanti dulu, ada berapa aku. tidak tahu, wah, ternyata mudah sekali belajar menjadi lembut dan sabar menghadapi kemunafikan. aku tinggal berkata tidak tahu. kemudian berjalan ke kamar mandi sambil bersenandung, bersiap siap menyejukkan diri dengan keharuman busa sabun dan air bersih.
iseng iseng aku mengubah kiasan sambil berdandan, bulan merindukan pungguk, untuk membuatku tersenyum. tak terhitung kali aku melihat bulan. tak sekalipun aku ingat pernah melihat pungguk, apalagi pungguk yang sedang merindukan bulan. kiasan sengaja dibuat, dikatakan berulang ulang untuk dan supaya berlebihan tapi tetap tenang karena tidak sendirian. dunia ramah, penuh manusia. aku mengerjakannya untukmu, siapapun namanya. sebab aku mencintai, menyayangi, memercayai, menghargai, menghormati, menjunjung tinggi. apakah pungguk sejenis burung, katanya sih begitu. bagaimana rupanya, ukurannya, warna bulunya, suaranya. aku tidak tahu, tepatnya tidak sungguh sungguh tahu. lucu sekali, kenapa baru sekarang aku merasa geli, mengingat kiasan basi, pungguk merindukan bulan. alasan filosofis macam apa yang sanggup bikin manusia merasa wajar mendengar dan membaca kiasan pungguk merindukan bulan. tidak, aku tidak bertanya, buat apa. telah berulang kali kubuktikan, mudah sekali memaklumi kemunafikan. buat apa bertanya lagi, hanya demi sekali lagi membesarkan hati dengan menjawab, tidak tahu. makin lucu, persis film komedi.
aku berharap senyum dan tawaku lebih bermutu. aku terharu. mataku kering. aku yang bukan aku tidak menangis. aku bukan budak, bukan pembantu, bukan anak kecil, tak sudi disuruh suruh, tidak juga oleh aku. mintalah dengan hormat, memohon, menyembah, berlutut, menunduk hormat, kalau aku memang sangat membutuhkan aku mengerjakannya, demi aku.
tidak adakah yang bukan aku, yang mau peduli padaku. bukan aku yang bersedia pura pura tidak tahu bahwa aku telah membanggakan diriku karena rela menempuh segala derita demi aku.
percayalah aku tidak begitu. hahaha. benar benar lucu. aku dapat menjadi pemain watak yang bagus. ah, aku dapat memerankan pungguk merindukan bulan, meski tak pernah melihat sosok pungguk yang kuperankan. katanya dunia panggung sandirawa, eh salah, maksudku sandiwara. lucu ya*

Minggu, 27 April 2014

infinite

setitik samudra di matamu. menenggelamkan langit ke dalam tubuhku. membiru, dari ujung rambut hingga mata kakiku. serupa bangsawan mengacuhkan tahtanya, aku terkubur sebelum mati. memilih menjadi benih ketimbang nasi. tak sengaja. tak lelah. tak jera, mengulangi perjalanan. dari hulu ke muara. dari genangan ke awan. dari sungai ke samudra.
di matamu, setitik samudra menelan dan memuntahkan biru tanpa henti, langit tak sempat mati. hujan mengguyur lumpur, benih benih menyuburkan dirinya sendiri. dari lembah ke puncak. dari petang ke terang. dari tanah ke angkasa*

Sabtu, 26 April 2014

PUiSi

serupa tapi tak sama. kau ada karena aku telah bercinta. dengan cinta.
kucarikan nama, tak mudah kutemukan yang cukup pas untukmu. mungkin akan sangat menyenangkan menyahut seruanmu serupa kutanggapi seruan anak anakku, apa yang. atau memanggilmu dengan satu suku kata yang kuulang ulang biar mesra, pus, pus, pus, kulantunkan sepenuh jiwa.
kau datang, membawa sepasang mata berbinar, telinga tegak, lucu dan berbulu. kau melompat ke pangkuanku, atau aku mengangkat tubuhmu, kusentuhkan pipiku, kudengar getar nafasmu. kau tahu aku mencinta. mencinta hingga layak meminta kautuliskan semua yang ingin kubaca. rangkuman mimpi kertas lipat warna warni dalam tangan tangan kecil yang belum dapat menuliskan kata, perahu jingga, bangau ungu, kupu kupu hitam, pesawat terbang merah jambu.
pus, pus, pus, kau malu malu seperti kucingku, penuh hasrat ingin tahu seperti anakku.
apa yang, kutanyakan kerinduanmu dari waktu ke waktu, dari ragu ke ragu, dari tunggu ke tunggu. kautuliskan kebutaan yang ingin kubaca. dengan cinta*

Kamis, 24 April 2014

sometime

sebelum musim semi segumpal salju memandangi dirinya sendiri.
putih*

larik

kukatakan dengan rendah hati, aku tahu kesombongan dapat membuatku buta. terjatuh. terluka parah. hingga terkubur dalam liang sempit paling pekat. lebih baik aku mati sebelum menyadari semua kekeliruanku, sebelum sempat menyesali ketinggian hati*

*

biar kuhangatkan badan dalam badaimu. segenap sudut merona oleh perapian. abulah sang pahlawan. kayu  sedang berjuang. api adalah perang. biar kutinggalkan ruang menemui kedamaian. telah lama kuamati, kau dahsyat. kau dapat melumat hasratku, menghancurkan setiap serpih kerapuhan atau keraguan, apapun yang pernah membekukan waktu dan gerakku*

jalan air

berjalan dalam hujan. menelan dingin dan lapar. mereka lega karena dalam perut selalu hangat. terus melangkah menuju reda. merajut rindu, helai demi helai yang terurai dari mendung. kau bersenandung. aku termenung. siapa di antara kita yang bakal tersandung. batu batu gelisah menunggu langkahmu. menanti kejatuhanku. berjalan dalam hujan, dalam dekapan. mereka mestinya tiang, tegak menghadang dingin, bergeming tanpa gigil. kau licin, serupa jalan dan semua yang basah. hujan berbisik. amin. batu dalam perutku mengusap wajahnya seperti mengusaikan doa. reda hanya jeda. meniupkan pesan pada keca jendela. tuliskan sebuah nama. bulan, jalan, kota, organ tubuh manusia, apa saja yang mengenang patahnya sebatang dahan. jemari tangan berujung kayu, terukir jejak dingin*

jeram

lereng gunung berseru, memanggil kabut setiap subuh. tak ada suara azan membangunkan kita. berpelukan sepanjang malam tidak melelahkan. tapi kita harus bergegas melanjutkan perjalanan. puncak gunung memanggil kita. puncak gunung tak akan ke mana mana. kabut selalu mengunjungi lereng gunung pada waktunya. dulu, kau cemas kawah menyemburkan gas beracun, mengantarkan malaikat maut menemukan kita sedang bergandengan tangan, mengacuhkan dunia.
kini, di pesisir ini, azan selalu berbunyi, entah memanggil siapa. kita berbaring menatap langit langit. langit di atas langit langit. ini rumah di dataran rendah. putaran baling baling kipas angin menderu, mengirimkan kesejukan dalam irama konstan. kita berbisik, saling memanggil. tak ada kabut. tak ada kabut akan mencair. setitik air di sudut matamu tidak terjatuh. jariku kering. tapi kita harus membutakan mata atau dibutakan dunia.
tukang loak akan mengunjungi kita besok pagi. setelah botol botol bir merenungi kekosongannya masing masing. kita tertawa, lama. hingga keputusasaan bosan. kecemasan jera. kau lapar. aku terbakar. azan terdiam. langit langit putih, pasir hitam. sepasang mata, sebuah sketsa seluas dunia. kau melukisnya dengan gembira. aku terpana, segumpal kabut meluncur dari lubang hidung, kau dan aku. sepasang kabut bergumul, berlarian ke arah laut*

Selasa, 22 April 2014

*

aku terlanjur mencintaimu, sengaja kusebut kau kemujuranku.
kau sumur, aku selalu ingin terjun padamu. kau merawat hidup, menjaga maut. menegakkan lorongmu untuk menopang gerahku. aku selalu bergairah mengintipmu, mengagumi kegelapan mengapung jernih, mengerjap dan memicingkan mata bila ingin menemukan segala yang kaubiaskan di permukaan. sejuk dan ragu, kau mengajakku melupakan waktu, membasuh wajah atau memuaskan dahaga. sungguh kau tahu, yang sangat kubutuh adalah mendengar gema suaraku.
tak sengaja, aku tercebur. aku memang mujur, terlanjur mencintaimu.
dalam dan tenang, aku tak mesti bersusah payah berenang melawan arus. kau sumur, maka tak akan menghanyutkan, aku hanya dapat memanjat atau tenggelam, diam diam*

Senin, 21 April 2014

defile

saat terbangun dari tidur, bila kau mau aku tak keberatan mengulang kembali setiap percakapan remeh temeh yang telah kita lewati. seperti belum pernah terjadi, sebab mimpi memang belum terjadi. di luar mimpi, tidurlah pasti.
aku minta kau tidak pergi. hingga pagi. berjuta juta pagi. kau masih ingin pergi. mencari pagi. untuk berukar pendapat tentang rasa kopi, pengaruh mie instan untuk kesehatan, cara bicara seorang kenalan, yang paling hangat tentang kucing dan hembusan angin.
kenapa, kenapa hidup pandai bersolek.bentuknya sangat segar dan selalu menggoda. seperti seorang perempuan muda baru keluar dari wc umum, mengenakan kaos tanpa lengan, celana cepak, dan sehelai handuk kusam melilit rambutnya. kau bersedia pura pura terpesona supaya aku tertawa.
betapa romantisnya langit. sepasang kepala babi sedang berciuman, terbuat dari awan. kita yang mana. mereka tak menghiraukan kehilangan. kenangan menyimpanku, simpanlah aku. untukmu, kalau kau mau.
kematian. telah kucoba tidak mengatakannya dengan gamblang. tapi gagal. kau sangat cerdas. percuma membuang waktu untuk bertaruh dalam tidur. baiklah, rindu memang mirip bangkai, baunya menyengat, menciptakan kegentaran dan keresahan. mereka punya lemari pendingin, bumi punya kutub dan puncak puncak tertinggi. kita punya berjuta juta pagi untuk pergi. menemukan kebekuan, mengabadikan kehilangan.
kenapa, kenapa mudah sekali terbiasa dengan keajaiban. menutup hidung saat mendengar nyanyian pantat. menggunting tali pusar. menggoreng burung dara. rasakan debar jantungku, taruh tanganmu di dadaku. sambil tidur. kita tak sanggup menghentikan kantuk. menguap berkali kali serupa air mendidih.
kau tidak jadi pergi. aku belum tahu pasti. tidak menghitung pagi dalam berjuta juta mimpi. rambutmu wangi, berhalai helai benang sari putih tersesat di kepalamu. kukira kau sekarang setampan bunga berkelopak perak yang dapat berjalan jalan. saat terbangun aku ingin menjadi hujan. mengguyurmu dengan kegilaan, berjuta juta keheningan. tak ada yang heran. tak ada yang menggugat impian.
saat terbangun, kulihat kau masih pulas. kudengar jantungmu berdegup memimpikan kehidupan*

*

saat terbangun dari tidur, baru kutahu ini mimpi baik atau buruk*

linting

kau bicara bahasa apa.
kau mendengar, memahami setiap kata.
kau bicara bahasa apa.
kau membuatku tersanjung.
kau bicara bahasa apa.
suaraku membuatmu melupakan bahasa.
kau bicara bahasa apa.
bahasaku melupakan bangsa.
kau bicara bahasa apa.
bagaimana kalau bahasa ibu.
kau bicara bahasa ibu.
kau setuju.
oh, kau bicara bahasa ibu.
bahasa ibu, kau tahu.
aku yatim piatu.
aku bicara bahasa ibu, kalau kau tanya padaku.
kalau begitu, bahasa telah jadi ibuku.
terserah padamu.
aku mendengar, memahami setiap kata.
alu tahu, sudah kubilang padamu.
apakah aku sedang bicara dengan ayahku.
aku tak tahu.
katakan, aku sedang bicara dengan ayahku.
aku hanya tahu bahasa ibu.
katakan saja, aku sedang bicara dengan ayahku.
terserah padamu.
katakan dengan bahasa ibu.
bahasa telah jadi ibumu.
kau tak mau jadi ayahku.
lupakan aku.

kau bicara bahasa apa*

Minggu, 20 April 2014

*

lumpur tahu cara memeluk kematian. manusia menanam benih, menguburkan jasad. cacing dan belatung tahu cara menghidupkan lumpur. mengaduk air dan tanah, mengunyah kebusukan*

percakapan setan dan tuhan

aku pernah sangat mencintaimu. sebelum mengenalmu.
kau pernah sangat mengenalku. sebelum mencintaiku*



*

musik apa. masakan ini sedap. kita menghadapi dapur hangat menjelang musim panas. hangat lama lama menggerahkan. menggerakkan tangan mengusap wajah. tak tampak apa apa di udara. kita sedang mereka reka kebiasaan ganjil. rasanya belum puas bila tak resah, tak menelan ludah. aku sedang bingung kawan, tak ada lalat mendengung, seperti ketagihan. apakah rempah rempah tidak menciptakan rindu, tidak menumbuhkan candu. dan sebentar lagi padam. kelaparan tak tahan lama. juga tanda tanda kehidupan. saatnya pergi ke tempat cuci, jangan lupa kelembutan busa, caranya menggoda dan menyombongkan kesanggupannya membunuh noda*

*

telah kukerjakan berulang kali. meninggalkan yang pernah kudatangi. menjauh dari yang pernah kudekati. dangkal. hanya di permukaan, tapi terasa cukup. serupa cara mengukur kedalaman laut, tanpa perlu menyelam sendiri sampai ke dasarnya. cukup tepat. cukup sudah. kenyataan tak beda jauh dengan cerita atau skenerio film buruk, endingnya dapat ditebak dengan benar. mengecewakan, tentu juga membosankan. semuanya sama, sekumpulan ide atau manusia yang merasa sanggup menata ulang dunia, awalnya menolak kemapanan, setelah kehancuran mendirikan kemapanan baru yang pantas dilawan dan dihancurkan oleh yang belum mapan. apakah pesimis atau skeptis. masa bodoh. memang begitu.
kecuali satu, tentang kau. tak tergoyahkan.
segala macam ritual yang pernah kukerjakan membuatku muak. tapi kau tak dapat kutinggalkan.
kau satu satunya yang membuatku muak kepada diriku.
tak ada penawar, atau belum kutemukan.
aku selalu datang, ke manapaun kau ada. mendekatimu tanpa pernah sanggup menduga caramu menyentuhku. aku muak pada diriku, karena belum berhasil mengukur kedalamanmu. memang begitu. seperti ide manusia tentang hati, dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati selalu misteri.
tapi kau bukan hatiku, kau adalah yang sanggup mengukur dalamnya hatiku, kalau aku punya hati. kau satu satunya yang tahu pasti. jadi, untuk apa menuliskan ini. aku punya jawaban, amat banyak. yang pertama tentu karena aku dapat menuliskannya. tentangmu. manusia senang mengerjakan apa saja yang dapat dikerjakannya untuk menyenangkan dirinya sendiri.
kau tentu sangat mengerti, aku perlu menuliskan ini. untuk diriku sendiri.
aku tak akan meninggalkanmu, karena tak dapat meninggalkanmu. kau menghadangku di semua arah, atau akulah yang tak tahu arah mana yang kau tak ada.
menjengkelkan, akhirnya seperti yang telah kukatakan, memuakkan. katakan, bagus sekali, untukku.
aku merasa dapat menjadikan segalanya lebih baik. katakan, coba lagi. untukku saja. karena aku sedang menulis tentangmu.
bacalah baik baik. kau membuatku merasa lebih baik. segala pertanyaan yang tidak pernah kau jawab. kau tahu aku tidak sungguh sungguh butuh jawabanmu. aku cuma mengejakan apa yang dapat kukerjakan untuk mneyenangkan diriku sendiri. wajar, persis semua manusia.
kenapa mereka tidak seperti aku saja. kenapa kau menahan diri atau berdiam diri melihat menusia merasa berjasa mengerjakan apa saja yang dapat dikerjakan untuk menyenangkan dirinya sendiri. kenapa kau tidak menyadarkan seorangpun, kau biarkan semua manusia berjalan berputar putar memuja keabadian. kenapa. kenapa. kenapa kau memikatku dengan embun, bulu unggas, telur, sisik ikan, dan segala yang kulihat dengan mataku sendiri.
ini tak akan cukup. akan kubuat buku besar tentang kau. mungkin bisa bikin kau muak hingga mengusirku. mungkin akan meredakan muak pada diriku. mungkin akan berlanjut*


Jumat, 18 April 2014

*

tongkat menopang tubuhku.
tongkat mencegahku menabrak dinding dan terjatuh ke dalam lubang.
tongkat melindungiku dari anak anak nakal.
tongkat menjagaku dari niat jahat manusia jalanan.
tongkat membantuku mengusir binatang liar.
tongkat memberiku rasa aman.
tongkat menjadikan aku gagah dan berwibawa.
tongkat membuatku berkuasa.
tongkat menolongku mendapatkan belas kasihan.
tongkat*

*

bulan berwarna jingga malam ini. indah. bulan jingga karena indah.
bila bulan tidak jingga besok malam, akankah tak lagi indah.
besok malam saja tanyanya, kalau tidak lupa.
keindahan dan bulan dan warnanya, memilih  atau dipilih malam.
yang mana saja, aku tidak peduli. tidak peduli atau tidak sembunyi.
bila belum mati. bila belum menempati liang lahat atau rahim bumi.
besok malam pasti kembali serupa malam ini*


Kamis, 17 April 2014

*

waktu cemas aku akan berlalu, melupakan serpihan lampu yang belum pecah itu. tak ada waktu untuk menghitung lampu, sebelum atau sesudah pecah, terang atau padam*

*

secangkir kopi instan membuat seorang peramal kehilangan kesanggupan menerawang masa depan. tak ada ampas di dasar gelas. selain itu, kopi tubruk membuatku sakit perut. maka kuserahkan saja nasibku pada asap sigaret. ramalan buruk yang tertulis pada setiap pembungkus sigaret tak sanggup membuatku sakit perut.
hari demi hari berlalu, dan aku mengenal, hanya mengenal banyak keresahan dalam setiap percakapan. satu satunya kepastian, satu satunya kepastian adalah menghembuskan asap. memenuhi udara dengan warna dan pola tidak beraturan yang segera hilang dari pandangan. bila dapat berkata, setiap hembus asap hendak menyampaikan apa. ah, sudahlah manusia, itulah yang kau bisa, melihat, mendengar, merasakan apa saja yang ingin dilihat, didengar, dirasakan. memangnya kau siapa. aku bukan asap. tapi siapa, siapa. bukan peramal. bukan siapa siapa. bukan siapa siapa, itulah. nasib siapa yang kauserahkan. pada siapa. apa yang kaupunya. aku. aku. aku yang dimaksud oleh peringatan pada setiap pembungkus sigaretku. bagaimana mereka mengingatmu, mencemaskan kesehatanmu. mereka mengingat dan mencemaskan kesehatanmu, dan semua manusia yang membaca tulisannya. bukan cuma aku.
dunia ternyata ramah. meskipun tak ada satupun sebatang sigaret yang istimewa. aku, kau, bukan siapa siapa. tak ada peramal yang menemukan nasib kita. bukan siapa siapa tidak mencari apa apa, tidak sengaja jatuh cinta. pasa siapa. bukan siapa siapa*

Rabu, 16 April 2014

*

hanya padamu, segala tempat, waktu dan setiap rindu. seandainya aku tahu pasti kau selalu membacaku. seandainya aku tidak merasa ragu. kau jauh atau dekat. aku salah atau benar. seringkali aku merasa lebih tidak berdaya dibanding semua tanaman yang kujumpai, dan meraka semua diam diam tumbuh, tanpa mempertanyakan dan tidak meragukan, kau dan diri mereka sendiri*

nging nging nging...

permisi permisi permisi... berisik sekali suaranya menyerbu telingaku.
terimakasih terimakasih terimakasih... dia terus bernyanyi, dia pasti sedang senang, karena sudah kenyang. tapi kenapa selalu begitu dekat lubang telinga. ini tidak adil. dia dapat melihat dan bernyanyi dekat telingaku, memastikan aku mendengar suaranya yang tak putus putus. sedangkan aku, berteriak sekeras apapun tak dapat kupastikan dia mendengarku.
lagi lagi lagi...mestinya dia langsung saja menggigit dan terus saja menggigit. tak perlu nyanyian basa basi. sekali lagi kubilang, berisik. tidakkah dia berpikir, dia bakal mati dari tadi bila aku berniat menghalangi hasratnya memuaskan dahaga. dia keterlaluan, sudah kuberi darah sampai kenyang, masih menuntut perhatian. kenapa dia tidak minum saja, tanpa suara. aku tak keberatan kehilangan darah, tapi kehilangan keheningan rasanya sangat menyiksa.
dia mungkin tak mengira sedikitpun bahwa ada manusia yang lebih suka menanggung akibat gigitannya ketimbang mendengar suaranya. dasar mahluk tak berakal*

Senin, 14 April 2014

jam tayang

kita akan mati kelaparan kalau tak ada sepiring makanan mendekat.
kita akan membusuk sia sia jika tak ada seorang kelaparan menemukan.

penonton geram, sangat geram. untuk kenaifan yang dipertunjukkan sepiring hidangan dan seorang kelaparan. kenapa tak ada yang mau mengalah, mencari kemudian menghampiri. alangkah baiknya bila tak ada yang terbuang dan semua berumur panjang.

tak usah gelisah, kita berjalan tak ke mana mana. tak mengeluh bosan melihat yang sama diulang ulang. cerita hebat, penonton bijak. kita setia, berputar, mengunjungi setiap titik dan angka yang tertera pada setiap cerita*

*

kebijaksanaan adalah tidur. memejamkan mata, mengacuhkan suara, membaringkan tubuh. meletakkan puncak kepala dan telapak kaki sama tinggi. dan semua yang hidup mengerjakannya sedikitnya satu kali setiap hari, semua yang mati mengerjakannya sepanjang hari*

Minggu, 13 April 2014

bijou

kutanam serpihan kayu. di halaman rumahku. di halaman buku buku. sesaat setelah teringat ucapanmu, kebaikan akan datang kepada yang menunggu. kuamati tanamanku setiap hari, kuamati baik baik. halaman buku buku dan rumahku menunggu kuburan serpihan kayuku menumbuhkan pintu*

lonceng angin

senyum kekosongan merekah lebar. giginya putih berkilat, berbaris tajam. bila sedang lapar, ia dapat mengunyahku hingga lumat. giginya terlihat kuat dan terawat. aku lewat, bergegas melompat ke arah setumpuk lonceng. menginjak bunyi gemerincing di telapak kakiku. lantas berlalu. berlalu. setibanya di atas batu. udara menyusun kata kata bermakna yang tak terbaca.lebih baik begitu kataku. kupecahkan kesunyian dengan mengetuk gigiku, memakai kuku yang melekat pada jari telunjuk. dan hanya itu. lantas terlalu sibuk mendengarkan alunan nada, menemukan dalih sedang terpaku di atas pintu, berusaha keras menangkap jeda. tidak lama. bergetar kembali. kali ini, kali ini saja, semoga, aku mendengar diriku sendiri mematuhi setiap kehendak kepala yang melintasi batas*

Sabtu, 12 April 2014

*

seperti cahaya, tak disadari keberadaannya di tempat terang. ketika ada yang redup atau padam, seakan akan cahaya baru datang, padahal sejak lama cahaya diam di sana*

Jumat, 11 April 2014

*

aku mestinya berada di sana. menghabiskan seluruh waktuku hanya untuk menikmati gerakan udara, merasa dan percaya segala jenis perdu dan daun daun melambai ke arahku, mengajakku menikmati tarian hijau, menyelam ke dalam warnanya hingga jantungku belepotan dan darahku tercemar merahnya.
aku mestinya terus duduk, tidak beranjak selamanya, merayakan entah apa, warna warna liburan, pita pita saling membelit, kemudian putus, terjatuh, berserakan di mana mana. meriah, menyala, hangat, serupa kenangan yang telah disempurnakan sebelum dibekukan*

mariyuana

seorang manusia merasa paling renta, hingga ia melihat yang lebih renta ketimbang dirinya.
seorang manusia merasa paling melarat, hingga ia melihat yang lebih melarat dari dirinya.
seorang manusia merasa paling menderita, hingga ia melihat yang lebih menderita dari dirinya.
seorang manusia merasa paling tak berguna, hingga ia melihat yang lebih tak berguna dari dirinya.
seorang manusia merasa paling hebat, hingga ia melihat yang lebih hebat dari dirinya.
dan seterusnya. begitulah. maka yang lebih tahu menyarankan yang kurang tahu untuk mencari tahu. setelah tahu, seorang manusia semoga menjadi tahu bahwa masih selalu ada yang ia tidak tahu.
menuliskan kalimat kalimat di atas jauh lebih mudah, murah dan meriah, dari pada membaca kiat kiat praktis, juga medis, untuk menghindari atau meredakan depresi.
kesimpulan asal asalannya adalah, melihat seekor kecoa dengan seksama sebelum mencoba menginjaknya hingga sekarat, lebih bermanfaat untuk kesehatan mental ketimbang membaca berita. dan tak perlu susah susah membasmi segala serangga, kecoa dan sejenisnya, tidak punah karena dunia dan manusia membutuhkan mereka ada.
sebaliknya, punahnya dinosaurus, selain karena macam macam teori sains, semuanya tidak pasti, masih ada satu sebab yang tak dapat disangkal. dunia dan manusia tak membutuhkan dinosaurus, telah terlalu berlebihan banyaknya ancaman mengerikan yang membuat dunia dan manusia kacau tak keruan. tak perlu ditambah lagi dengan kecemasan kemungkinan dimangsa atau terinjak mahluk berukuran raksasa.
dunia dan manusia sangat mahir dan berpengalaman dalam hal kemampuan mengarahkan perhatiaanya kepada segala yang berada dalam imajinasinya saja. rasanya tidak adil dan merendahkan peradaban, bila seorang manusia mengatakan, kecoa menjijikkan, hanya, karena terlihat banyak berkeliaran di mana mana, sedangkan dinosaurus menakjubkan, hanya, karena tak seekorpun pernah terlihat hidup hidup selama jutaan tahun.
kesadaran seperti jeda, ketidaksadaran selebar celah. keduanya tak akan pernah sanggup memenuhi semesta, tidak dengan bersaing saling berebut tempat, tidak pula dengan bersama sama. semesta begitu luas, seluas isi kepala setiap manusia yang memenuhi dunia*

Kamis, 10 April 2014

*

percayalah, ingatanmu yang samar samar itulah yang benar. aku mencintaiumu tanpa syarat. kau boleh nakal dan bawel, boleh cengeng, boleh membuatku sangat jengkel. tak akan menggoyahkan cintaku sedikitpun. ketidak berdayaan dan kebodohanmu justru membuatku semakin bergairah. tak ada yang dapat menuduhku tidak mau mengerjakan segalanya untukmu. waktu, semangat, hasrat, kebahagiaan, apa saja yang menyentuh keharuan, menyalakan kehidupan, seluruhnya bagimu. tak sedikitpun yang tak kuberikan, tak kusisakan, tak kusimpan untuk hari depan. aku percaya dada kecilmu, deru jantungmu, tangan mungilmu adalah tempat paling luas untukku menumpahkan rindu. aku percaya kau tak akan lupa, betapa langkah kecilmu lebih panjang dari jarak manapun, kau selalu mengejar, merengkuh kemudian bergayut di lututku kapan saja aku rindu mengenang keindahan taman dan buaian ayunan. kecerobohanmu dan kelalaianku mungkin menyesatkan beberapa pengiriman berkat, tanda jasa atau hadiah yang indah indah. tapi bila kau percaya, kebenaran yang bersinar dari ingatan yang memudar, aku dapat mengingat kembali di mana saja semua mainanmu kusimpan. di sudut paling aman, yang tak terjangkau udara lembab, tak tersentuh debu. kuselipkan di halaman halaman paling harum pada sebuah buku yang menuliskan namamu*

the truth

aku datang. seketika semua berantakan. lucu sekali. padahal aku hanya ingin tahu bagaimana rupa permukaan. bosan selalu berdiam di dalam, ingin selingan, pengalaman, sedikit hiburan. ah sudahlah, semua terlanjur berantakan. tak ada pembalik waktu. aha, aku dapat membalik keadaan seperti yang telah kukerjakan. aku mesti pulang. supaya semua kembali pada tempatnya. bukan membalik waktu, tapi arahku. lagi pula sekarang aku mulai merasa tidak nyaman dengan diriku. seperti bukan aku bila tidak di tempat asalku. hanya saja, sulit kupahami kenapa kehancuran seringkali menjadi satu satunya jalan menuju kesadaran. halah, tak usahlah sok mau mengerti, mending cepat cepat kuputuskan tanda mata yang mana yang paling ingin untuk kubawa pulang. sesuatu yang setiap kupandangi akan membuatku teringat perjalanan penuh kejutan, keinginan sederhana dapat mengubah segalanya, aku pernah jadi pengendali kekacauan. aku harus cepat, kasihan semua benar benar berantakan*

Rabu, 09 April 2014

lengkara

cinta. inilah pikiranku. pohon waru. daun daunnya melambai ke arah langit biru. awan diam diam melaju. cinta. inilah kebodohanku. melipat berlembar lemnar kertas aneka warna. perahu, bangau. pesawat terbang. baju. bunga. ikan. menjadi pencipta kerapuhan di sela waktu luang. sekelebat kepuasan.
cinta. inilah kebohonganku. kebahagiaan selalu wapada. mengincarku dengan kelaparan yang berlarut larut di setiap sudut. lingkaran kepala untuk dilompati seekor singa bertopi kotak kotak. buah cemara.
cinta. inilah ketakutanku. kesepian alas kaki yang ditinggalkan di gerbang surga, jika memang ada. bubur gandum. peri gigi. jungkat jungkit. senam pagi. sebuah topi yang melahirkan burung burung merpati.
cinta. inilah kata hatiku. bisu. biru. kepala di bawah. pusaran lupa. jejak angin di kening, pipi, bibir, setiap helai rambut dan bulu tengkuk. tak kering kering*

*

oh, jangan tidur. hush hush pergilah bermain main dengan ekormu sendiri. aku sedang menikmati sunyi. menyiksa mataku. udara tajam menusuknya hingga basah dan merah. jangan tidur, oh ini malam aku tak ingin apa apa. kecuali memerangi kantuk hingga tetes darah penghabisan. sekali kali ingin juga jadi pahlawan, kemalaman, kesenangan, rasa aman macam ini jarang datang, maka aku sayang. anjing. salak.mestinya tak berhubungan. gunting. rambutan. oh, jangan tidur. kambing guling. kincir angin. selezat apapun, mimpi yang disajikan dingin sudah basi. mataku sedang kenyang. lambungku wajib belajar. menuntut ilmu setinggi langit. langit langit langit. oh, jangan tidur, atau aku tak pernah mengerti bagaimana membuat lidah kucing warna pelangi*

+

pelajaran mesti diulang, biar pintar. begitulah cara belajar. mengulang pelajaran, berulang ulang. sampai hapal*

Selasa, 08 April 2014

arsenik

ini adalah obat paling manjur. satu satunya yang sanggup mengenyahkan semua jenis penyakit. tak ada lagi sakit. tak ada lagi rasa atau kenangan yang tak ringan. semuanya terbang. terbang tidak untuk berpindah, tidak mencari tempat untuk menapakkan kaki*

nesehat terindah

temukan yang kaucintai, biarkan ia membunuhmu. sampai mati*

kicauan kunang kunang

sebuah laut tersesat di depan pintu. menemukanku, berjalan dalam tidur. seekor bintang laut kelaparan. seekor udang ketakutan. seekor kepitimg sibuk mengendalikan sepasang capit. seekor ikan menjerit, suaranya lirih dipisahkan ribuan jalan. laut kering laut kering laut kering. masih dalam tidur, aku menangis untuk pintu yang digenangi air. semakin dalam tenggelam. sebuah laut menemaniku jalan jalan.
seekor kuda laut mengernyitkan hidung saat mencicipi rumput. mungkin di perjalanan aku akan bersujud, memohon dijadikan lumut. mungkin pintu berevolusi menjadi batu. seekor merak mengembangkan ekornya di atas karang. seekor pelikan kebingungan. seekor ubur ubur menyengatku. membuatku tersentak, teringat jalan pulang ke dalam tidurku*

*

semua yang buruk buruk itu menjagaku dari serangan jantung. semua yang baik baik itu menyuruh, merayu, memaksa jantung menyerangku. bagaimanapun, aku tidak tahu apa yang ditanggung darahku, terpaksa mengalir menyusuri nadi nadiku. tak berhenti, tak mencari, cuma mengalir sampai mati. seperti kuli. mondar mandir mengantarkan ini itu yang bukan urusannya. aku harus lelah, mengeluarkan pernyataan simpati sekaligus empati kepada darah. darah memang bukan manusia, tapi tak ada darah menjadikanku bukan manusia. aku tak mau jadi negara, tak mau menjadi tanah tumpah darahku. lintah berpesta. membingungkan.  tak ada pegangan. tak ada tiang berdiri pada altar. jantungku diserang rindu, menumpang kapal layar setelah menggambarnya di dinding. tanpa air, tanpa aliran tanpa gelombang. lautnya kukeringkan, kupadatkan, kuwarnai putih tulang. tanah merah, tanah tumpah bunga. menerbangkan serangga. musim yang ramah. jantungku sesunyi rumah kerang, kosong, penghuninya telah tumbuh membesar. menempati bangkai bohlam yang terjatuh dari bulan kemarin siang*

*

aku bermimpi, terbangun pada suatu pagi tanpa sinar matahari. kusangka aku bermimpi, mustahil, sebuah pagi tanpa sinar matahari. tapi aku telah terjaga, membuka mataku, memandang ke luar jendela. tidak segelap yang kucemaskan, dan memang sebuah pagi adalah pagi, dengan atau tanpa sinar matahari. suatu hari yang mungkin akan kulewatkan dengan bersantai sepanjang hari. di dalam kehangatan dan terang rumahku. banyak yang dapat kukerjakan, berbenah, menyelesaikan apa saja yang belum tuntas, pokoknya banyak. tak ada salahnya walaupun tak mengerjakan apa apa. tak ada yang akan mengussikku, berkata, sudah pagi, sudah waktunya memulai hari, mengerjakan rutinitas pagi hari. aku boleh berbaring di tempat tidur selama mungkin tanpa khawatir mengacaukan rencana apapun. bahkan, aku dapat tidur lagi setiap saat dan sepuas hati. sebuah pagi seakan akan bukan pagi bila tanpa sinar matahari.
setelah menggeliat, kurasakan kesegaran menyusup ke dalam tulang. benar benar terasa pagi meskipun tanpa sinar matahari. akan kunikmati hari ini, kuhembuskan udara, kupejamkan mata. menyenangkan.
bagaimana kalau ternyata aku bermimpi, tiba tiba terlintas dalam pikirku. kubuka mataku menatap ruang yang terasa sejuk dan tenang dalam kegelapan yang tidak pekat. mataku mengerjap beberapa kali, sengaja agar aku tambah percaya semuanya nyata.
alangkah leganya, ketika tiba tiba kusadari, tak ada salahnya sebuah pagi tanpa sinar matahari. jika demikian kenyataannya, tak boleh kuragukan hari ini. bersyukur lebih baik, satu hari yang diawali dengan sebuah pagi tanpa sinar matahari sama sekali tidak buruk, malah sanggup menyejukkan dan menenangkan seisi dunia. tak ada seorangpun bermimpi tanpa tidur. aku jelas baru saja terbangun. pagi ini nyata. di luar jendela langir redup menantiku, butir embun tentu masih berayun di daun. pepohonan tampak sedamai dan sesunyi malam hari. tapi ini pagi, kuhela udara sepenuh dada. alangkah nikmatnya, aku ingin menulis pada catatan kecilku, cuaca semakin ramah, tapi nanti, setelah aku puas bermalas malasan, menikmati pagi tanpa sinar matahari*

Senin, 07 April 2014

*

nanti saat kau tumbuh besar dan mahir menggunakan kata kata, akan kutanyakan bagian mana yang paling indah, yang paling membuat matamu berbinar. jangan lupakan setiap keajaiban yang kauciptakan pada hari hari ini, keajaiban yang membuat dunia begitu kecil untuk kedua kaki dan tanganku*

Minggu, 06 April 2014

*

jika sebuah mimpi tak dapat dibagi. jangan pernah kauimpikan aku, biar kuimpikan kau di setiap malamku*

lov story

oh cinta, duduklah yang nyaman. kita perlu bicara. kau bicara, tentang sesuatu atau segala yang kau tahu tentang aku. kebetulan aku punya waktu, sangat ingin mendengarmu. tentang aku. apakah aku membosankan, menjengkelkan, memuakkan. aku selalu khawatir tak dapat membuatmu senang. aku cemas kau tak sudi berada di dekatku lagi. akan kubuatkan kopi atau kaukatakan saja apa yang kauingin kekerjakan untuk membuatmu merasa nyaman, sekarang. jangan lagi mengelak. aku lelah dan kesepian. sering merasa kau tak peduli. merasa salah tanpa sanggup memahami kesalahan.
kumohon, jangan diam. aku gelisah, galau, kacau, bila tak tahu apa yang kaupikirkan., tentang aku. apakah aku masih seperti aku. dan kau masih cinta seperti dulu. aku akan sedih hingga putus asa jika kau tak segera bicara.
sudah enam puluh detik, kesabaranku hampir habis. kenapa kau sekarang tak dapat meringankan hatiku. tak mau menghiburku. kau satu satunya harapanku. akan kulakukan apa saja untuk membuatmu senang. bila kau tunjukkan masih ada harapan. tahukah kau satu detik bagaikan seribu tahun, kalau kau tak cepat menolongku.
setelah kuhabiskan waktu sepanjang hidupku, tanpa sedetikpun mengabaikanmu. sekarang kau diam, tanpa bahasa, tak ada isyarat kau akan memberiku waktu untuk menikmati ketenangan yang biasanya selalu kauberikan tanpa aku harus meminta, memohon, setengah memaksa. apakah kau juga lelah dan kacau sampai kehilangan hasrat untuk bicara.
tolong, katakan apa saja. sepatah kata juga tak apa, asal tidak diam macam sekarang.
kenapa kau sekarang kejam dan keras kepadaku. cinta mestinya tidak begini. kau pasti mengerti. tak akan dapat kulalui lebih banyak lagi waktu tanpa perhatianmu. hampir seratus dua puluh detik, aku di sini, kau masih bergeming. aku merasa akan sia sia. udara semakin menipis, lidahku pahit. mumgkin kau memang sengaja diam untuk membuatku menderita. kalau ada yang salah padaku, kenapa kau tak berbesar hati dan mengatakannya. agar dapat kuperbaiki. aku ngeri menghadapi satu detik yang akan datang dalam kekosongan. jangan kaupikir kediamanmu setara emas. percayalah, akan kulakukan apa saja untuk membuat kau bicara, meski hanya sepatah kata. tangisku hampir pecah.
cinta, kau kelewatan. apapun salahku, tak pantas kaubalas dengan cara ini. menyakitkan  kau bukan cinta yang telah kukenal. kau telah berubah, entah apa, tak lagi peka tak perasa. lebih tega dari setan. mentang mentang aku sangat butuh mendengarmu, kau manfaatkan kesempatan untuk jual mahal. ya, aku tak sanggup lagi, sebentar lagi menyerah. aku pasrah kalai memang kau berniat membuatku hancur. kau pasti bisa. hanya saja aku tak pernah menyangka, tidak sedikitpun, kau sampai hati berbuat begini padaku, yang selalu setia dan rela memberimu segalanya.

mana kopinya. cinta akhirnya bersuara. dua kata sedahsyat gempa skala sembilan richter.

aku gemetar, ingin pingsan, sangat enggan meninggalkan ruangan. dapur teramat sangat jauh, seakan tak mungkin kutempuh. masih ditambah setidaknya seribu lima ratus tahun, perkiraan waktu yang masuk akal, yang kubutuhkan untuk membuat segelas kopi. itupun kalau termosnya sudah terisi air mendidih*

Sabtu, 05 April 2014

dunia batu

batu batu mulia tersembunyi di antara batu batu. menghabiskan waktu dalam kegelapan tanpa mengerjakan sesuatu yang kiranya dapat mengubah dirinya atau batu batu lainnya. bukan bagian dari sebongkah berlian untuk memahami dan memutuskan apa apa. batu adalah batu, dan beberapa manusia mengira dirinya mampu menemukan, menentukan, memilah dan menilai batu batu. seandainya manusia tidak memiliki naluri semacam serangga atau beberapa jenis burung, tak dapat menahan diri untuk tidak mendekati dan memiliki segala yang langka, cantik dan berkilau, mungkin batu mulia tak pernah ada.
segerombolan manusia, kebanyakan berjenis kelamin laki laki tergila gila pada batu akik. batu mulia, batu bertuah. menghabiskan waktunya hampir setiap hari dengan berkumpul di sekitar batu batu yang telah ditentukan sebagai batu batu yang lebih berharga dibanding batu batu lainnya.
segerombolan manusia yang rela berdiri, duduk, jongkok. tak bosan bosannya menimang sebutir atau beberapa butir batu, mengamati dengan sangat cermat bentuk, warna, hingga goresan pada sebutir batu. mengangkat batu ke arah cahaya, mengetuk ngetuk. proses yang dilakukan berulang kali, seolah tak pernah letih.
tapi tak ada batu yang peduli. mulia, bertuah, atau biasa, semua batu terlihat tenang tenang saja. bergeming dengan dirinya sendiri. semua batu menganggap semuanya hanya angin lalu, mungkin begitu.
celakanya, seringkali mengusik perhatian seorang manusia lain, yang tak punya selera pada batu mulia dan bertuah manapun, merasa pantas mengejek walaupun tanpa suara setiap manusia yang tergila gila pada batu mulia dan bertuah.
apa kata dunia, manusia itu menggunakan kalimat yang bukan miliknya.
dunia apa, batu atau manusia.
dunianya, dunianya, yang mana dunia manusia yang merasa berbeda.
dunia pasti menertawakan seorang manusia yang tak tahu, apa kata dunia, bahkan dunianya sendiri. dunia mulia, dunia bertuah atau dunia biasa.
benar benar celaka, seorang manusia tiba tiba didera kecewa, dunianya ternyata tak lebih dari dunia batu. seorang manusia tak dapat menahan diri untuk tidak mendekati dan memiliki segala yang langka, cantik dan berkilau. seorang manusia menghabiskan waktunya hampir setiap hari dengan berkumpul di sekitar dunia dunia yang telah ditentukan sebagai dunia dunia yang lebih berharga dibanding dunia dunia lain. seorang menuisa rela mengerjakan segala yang lucu dan sia sia bila dilihat oleh mata manusia yang berbeda, berulang kali, seolah tak pernah letih.
serupa batu, tak ada yang peduli. semua dunia menganggap semua yang bukan dirinya hanya angin lalu. mungkin begitu*

*

menulislah dengan pensil. seperti anak kecil, seperti menggambar.
bacalah di bawah cahaya terang. seperti menyayangi mata. seperti siang di padang pasir, dahaga.
maka teman teman akan terpaksa bertanya, kenapa.
dan semua manusia menikmati percakapan panjang, melupakan tujuan dan jalan yang meresahkan*.

bujur sangkar

aku aku aku
kau kau kau
kua kua kua
uka uka uka


Jumat, 04 April 2014

*

apa masalahnya. kita telah terbiasa hidup bersama sampah dan limbah. atau memilih melukai usus dengan obat pencahar paling manjur.
aku tidak mengerti kenapa resah bila bukan mereka.
karena bukan mereka.
jika aku cukup menarik perhatian seorang yang lebih berkuasa, haruskah pura pura buta supaya tidak silau oleh gemerlap dunia.
aku akan mengatai diriku idiot bila menolak apa saja yang mudah, apa saja yang boleh disebut anugrah.
ya, pasti. aku akan kaya raya, megah, bercahaya, mulia, tanpa merasa bersalah.
kau tahu namanya, naluri, insting, serupa tingkah sekumpulan lebah menghasilkan sebanyak mungkin madu demi kelangsungan hidup koloninya.
sisi baik dari idealisme yang sukar diterima yang tidak mendapatkan peluang, tidak punya kesempatan untuk meraih yang terbaik dalam hidupnya.
hahaha. jangan ada yang mengira aku tak sudi menjadi selebritis. siapa yang mampu memilih nasib. bila sudah nasib menjalani hidup glamour dan penuh sensasi tentu harus dinikmati sepenuh hati. itu lebih baik ketimbang menjadi babon puritan atau macan marginal. tidak perlu munafik, tidak sok suci. tidak semua orang dilahirkan untuk jadi nabi, apalagi di jaman ini. lebih enak jadi apa adanya, lebih bijaksana tidak menolak setiap anugrah. tidak berprasangka buruk bahwa anugrah dapat tiba tiba mengubah diri menjadi bencana.
sayang, sudah nasibku bukan mereka. setidaknya aku tahu aku bisa menjadi mereka, kapan saja nasibku berubah. hebat. kukatai diriku hebat, karena tidak gentar menjalani nasib apapun.
dan aku menuliskan semua ini semata mata demi meraih sebanyak mungkin kekaguman dari lubuk hati paling dalam, dari nurani paling jernih, siapa saja yang dapat melihat betapa tinggi tingkat kesadaran dan mawas diriku.
sungguh cuma itu. hahaha. semoga bermanfaat untuk masyarakat, bangsa dan negara.
hahaha. aku tertawa, manis dan sarkastis, tapi tidak skeptis*

hasrat dan hujan

aku tahu apa yang kumau, lalu ia jatuh.
aku mesti berteduh, berjalan cepat ke tepi jalan, mendekati bangunan.
kau tahu apa yang tidak kaumau, aku menggigil dipeluk angin.
takdir mencibir ke arah langit.
ia melihatku, pasrah, atau menantinya lelah lalu menyerah.
kuulurkan sebelah tangan, menyentuhnya, kubiarkan lengan bajuku basah.
aku tidak tahu apa yang kumau, menutup telinga dengan tangan basah atau mendengarkan guntur setelah kilatnya mengirimkan isyarat.
langit membentak takdir. sesaat ia terlihat terang, berjatuhan.
telingaku basah, sejuk menjalari seisi kepalaku.
aku mau sepertinya, jatuh, lalu jatuh.
ia tahu, tidak berteduh di bawah reruntuhan.
takdir terseret angin.
ia melihatku lelah lalu menyerah padanya*

*

mau lari ke mana lagi. semua lorong sudah sembunyi. aku bengong, ini dia sebuah celah. aku leleh. masa iya semua tulang mudah lumer. berapa derajat suhunya. berapa derajat sudutnya. untuk mengubah tubuh jadi abu. orang orang tersayang, cuma yang tersayang yang membakarmu. aku jelas mati. sebelum dijilati api. agar tak jadi daging panggang kematangan, apinya mesti menyala hebat juga lama. mati itu tidak mencintai, tapi dicintai. oh, betapa adilnya api. aku tidak lihat api berjingkrak jingkrak mendapatkan teman untuk dimakan. kau bebas, boleh tidak berlari. aku bersin di dalam mimpi, di dalam peti, melihat kau diam, mengusap hidungmu. saputanganku juga sembunyi di dalam kantong celana. memeluk setengah batang coklat yang membasahi paha. mimpi indah, laut mati, kau api, aku lorong tersembunyi. berapa anjing mendengking, nyaring menjaring keheningan yang sedang belajar berenang*

Kamis, 03 April 2014

aglutinasi

kaupilih satu atau seribu matahari.
apakah namanya tetap pagi.

kaupilih dulu, satu atau seribu matahari.
katakan dulu, apakah namanya tetap pagi*

gali gali



Rumah rumah, kau tidak bertanya. Pada yang keluar masuk membawa sekantong roti dan manisan buah asam. Lalu lalu tubuhku menegakkan punggung, berjalan melewati ambang pintu. Selimut perca di atas sofa. Topi baja di ambang jendela.
Sebotol anggur uzur tak menyadari dirinya pikun. Pemilik rumah mengenakan mantel rajutan. Sewarna sarang laba laba saat baru dibelai sinar lampu, malu malu.
Duduklah, duduklah, kata segelas anggur, jelas sebatang kara tidak membuatnya bersemi, tidak menumbuhkan tunas, tak juga bunga bunga.  Sebuah jambangan bergetar nyaris pecah. Tanpa pernah dapat membalas mnggebrak meja.
Oh, ada meja, menopang semua yang bernasib sama. Diletakkan, mungkin sebelum dilupakan atau disingkirkan surat surat penting. Siapa yang begitu tabah, bersedia membaca pesan yang tersesat di kebuntuan sebuah gang*

selembar cermin di mata air

aku dapat menjadi ember atau gayung. gelas atau baskom. mengisi semua yang kosong. memenuhi yang terisi. jatuh atau mengalir, menyusup atau menerjang. luas atau sempit, dangkal atau dalam, deras atau menetas pelan. kurasa tak ada yang serba bisa macam aku di seluruh alam semesta.
kau tidak serba bisa. kau hanya tak punya pilihan untuk tidak menjadi apa adanya.
tak ada kehidupan bila aku tak ada.
kau juga tak ada bila tak ada kehidupan.
ah, itu hanya membalik susunan kata. akal akalan licik dari sekeping wajah tak berdaya.
hahaha. terserah. kau boleh merasa serba bisa selamanya. memang begitu. kau satu satunya yang tak sanggup menghentikan segala yang telah ada dari semula.
sempurna. dari semula mestinya segalanya sempurna. seperti aku. tak menahan diri, tak menjadikan diriku sia sia dengan berdiam diri.
tepat sekali. kau tak pernah dapat berhenti. rapuh, selalu gelisah, menyergap, menyeret, menenggelamkan, meninggalkan, menyingkirkan, mengacuhkan apa saja. kau hanya tahu cara peduli kepada dirimu sendiri. terburu buru datang dan pergi, dari waktu ke waktu, dari satu tempat rendah ke tempat lebih rendah lainnya. tak dapat sejenak saja bertahan di ketinggian. sebuah ceruk kecil saja cukup membuatmu menjadi sebuah genangan yang cuma bisa diam menanti udara dan cahaya menjadikanmu tiada. kau tak mampu membebaskan dirimu, tak bisa berkelit dari cengkeraman hukum alam.
gemuruh sekali bicaramu, tak dapat kudengar kata katamu. kau basah kuyup, hampir hanyut atau hancur.. keringkan dulu tubuhmu, tenangkan dirimu. katakan apa saja yang ingin kaukatakan padaku sekali lagi, agar aku paham. meskipun tak layak, akan kudengar agar kau senang. bagaimanapun kita teman seperjalanan.
jangan pura pura tuli atau tidak mengerti.
oh, aku sungguh sungguh peduli. kau payah sekali. tajam namun tak berdaya. kau bikin aku iba.
jangan pura pura baik.
kau tak percaya atau buta, ini aku apa adanya.
kau pura pura atau sungguh sungguh payah. aku menyerah. lihat saja dirimu dari mataku, bahkab sekujur tubuhku. dapat kaulihat dirimu apa adanya, menikmati apa saja yang ada padamu sepuasnya. kerjakan saja hingga aku pecah. jangan heran bila ternyata semua yang kaulihat sirna saat aku telah tiada*

*



Segumpal awan tidak dapat melihat, hanya dapat dilihat. Segumpal awan bisa saja tidak mengetahui segalanya. Kecuali sesuatu yang tidak berarti, tidak mengubah apa apa, sedang berserakan di mana mana, serupa ludah. Kadang kadang tidak kelihatan, kadang kadang cemerlang. Dan sebuah hutan sedang kelaparan*

*



Kelak, jalan jalan akan mengerumuni panggung boneka. Semua jalan, tidak diam.  Bersemangat memetik sayur, menyusun sisik ikan di atas banggkai kapal. Nanti, pada waktu kaubuka buku, setelah menuntut semua jendela menunjukkan dunia, dan pintu pintu memakai baju. Pacarku mencuci tangan setelah makan lantas berdoa, sebelum mengunyah angin nakal yang kelelahan membolak balik halaman. Kubasuh wajah, hati hati, menyisakan sebutir tahi lalat. Coklat dan bundar serupa kue dolar.
Sepasang ikan tidur pulas beralas piringan hitam. Bach, betinanya mengigau mesra. Sirip jantannya bergetar, ekornya berkecipak riang. kucing muda membelalak matanya, kaki depannya maju mundur, naik turun mirip sebatang rumput yang patuh. Hingga meletus balon merah jambu. Menjatuhkan gula gula dan lagu lagu.
Rambutmu merdu, kataku manis untuk pacarku. Tahu tahu bumi bumi runtuh*