Betapa teganya
kau, menempatkan aku di sini. Di antara orang orang tanpa harapan, lagu lagu
kampungan. Untuk penglihatan dan pendengaranku semuanya di bawah standar, jauh
sekali, sedalam jurang bedanya.
Apa salahku?
Satu, aku merasa tak ada yang pantas untukku. Dua, aku merasa mahluk sempurna,
indah dan peka. Tiga, aku pernah membual rela dan sanggup menanggung apa saja
demi cinta. Empat, padaku, tak ada yang tidak salah. Lima, aku bertanya, apa
salahku.
Kalau kau
punya jawaban lain, tolong tuliskan, agar dapat kubaca. Membaca, setidaknya
membuatku sebentar lupa pada keadaan sekitar. Betapapun sebentar, kurasa pasti
berpengaruh baik bagi kesehatan fisik dan mentalku.
Sebenarnya
baik buruknya orang dan nyanyian bukanlah urusan penting. Masalahnya aku merasa
gelap, tak ada seorangpun, tak ada satu syairpun yang menyadari keberadaanku,
tak ada yang dapat melihat cahaya dalam hatiku.
Mereka semua
memandang dan berdendang dengan cara yang sangat menyebalkan. Seolah olah aku
sudi berurusan dengan meraka. Kalaupun aku tak dapat menghindar, mestinya aku
menjadi pusat perhatian, dan sumber pengharapan. Nyatanya mereka mengira aku
setara dan dengan sendirinya menjadi bagian mereka. Tidakkah mereka merasa malu
dan hina karena telah menyebabkan aku menderita. Lebih buruk lagi,
penderitaanku sia sia, tak disadari, apalagi dijadikan inspirasi, tak menyentuh
dan tak bikin trenyuh siapapun.
Ya, orang
bebal, tidak berpendidikan, apa yang bisa diharapkan oleh orang bijak dan
terpelajar macam aku dari mereka. Masuk akal jika aku tak dapat berharap dari
mereka, yang tidak masuk akal, mereka juga tak berharap apa apa dariku. Tidakkah
mereka melihat bahwa ada seseorang yang lebih mulia di antara mereka, aku. Sampai
putus asa kunanti, tak seorangpun menyambutku, tak ada yang menyatakan hormat
dan menanyakan cara bertobat. Benar benar terlalu. Dasar orang orang pinggiran
tak berwawasan. Bagaimana mungkin mereka semua menyia nyiakan kesempatan untuk
mendapatkan pencerahan dariku?
Apa lihat lihat?
Ya ejek saja aku sampai kau puas. Mungkin setelah puas, kau akan menyadari
kelalaianmu. Ah, aku tiba tiba ingat kau sering bersikap begitu. Entah lalai
atau sengaja hendak memancing perkara, kau keliru menyusun jalannya peristiwa. Orang
orang baik bernasib buruk, sedang orang orang busuk hidup makmur. Hmm, kau
butuh pengakuan atau pengesahan, bahwa kau pencipta sekaligus penguasa jagat
raya? Bukankah untukmu sudah kuberikan pemujaan dan persembahan dengan tulus
ikhlas? Kau merasa masih kurang, meskipun setiap saat aku taat, bahkan sering
tirakat?
Kalau kau
benar benar peduli padaku yang baik ini, kumohon kau kaji kembali dengan
teliti, tentang keputusanmu menempatkan aku di sini. Memang aku sering
melakukan kesalahan kesalahan kecil, tapi kau maha bijaksana, pasti paham semua
orang pernah bersalah. Dan kesalahan kesalahan kecilku tidak mengacaukan apa
apa, seingatku aku juga selalu menyesal dan segera minta maaf. Jika ini
hukuman, kukira kau keterlaluan, kau mengacuhkan konsep keadilan dan tidak
berperi kemanusiaan.
Maaf, kalau
kata kataku kelewat tajam, kau kan maha pemaaf. Mungkin aku sedang khilaf. Sedang
terpengaruh lagu goyang dumang*