Kamis, 20 Maret 2014

exert

tidak asing. telah berkali kali terjadi. pengalaman ternyata tidak mengajari cara terbaik untuk bersikap ketika mengalami kejadian yang sama. mungkin karena bodoh, tidak bijaksana, tidak mampu memetik hikmah, atau apalah sebutannya. pastinya rasa sakit selalu menyakitkan. berapa kali, kali ke berapa, karena apa, menjadi pemahaman atau praduga tak berguna untuk semua, mungkin sejenis atau setara keledai terperosok berulang kali ke dalam satu lubang. itu itu saja.
mengherankan, hingga mengagumkan bahwa tidak kehilangan kewarasan, menderita gangguan mental, depresi. kesadaran malah menimbulkan beban atau serangan lebih berat. kesehatan mental dan kewarasan adalah musuh paling keji bagi ketenangan. galau, kacau, risau, melekat erat, serupa tumor mencengkeram otak atau organ manapun. rasa sakitnya dapat hilang setelah diamputasi seluruhnya. penyakit sekalian organ tubuh di mana dia bersarang.
jika berkat yang disia siakan menjadi kutukan. mengabaikan kutukan dapatkah mengubahnya menjadi berkat. kedengaran macam pertanyaan orang beriman. artinya percaya pada tuhan. tuhan maha esa, maha kuasa, maha bisa. dapatkah tuhan menjadi jahat. tuhan juga maha pemaaf.
siapa tidak boleh mengeluh. siapa berhak melarang merasa paling merana sedunia. tak ada. ah, tentu si keji, kewarasn dan kesadaran yang sok berjiwa besar, berotak pintar.
kepada siapa mestinya mengeluh, mengadu, menuduh. siapa paling layak dimusuhi, dijauhi, dibunuh lalu dimutilasi.
tak ada siapa siapa di dekat sini, tak ada siapa siapa di luar dan di dalam, tak ada siapa siapa di mana mana. aneh sekali. dunia sama sekali kosong. kehidupan macam apa, masih pantaskah disebut kehidupan. dunia cuma sebuah, hampa. menyadari kesendirian mutlak menyesakkan. sebuah dunia luas bikin seorang mahluk kecil sesak nafas. udara seolah berduri, menusuk nusuk perih setiap kali dihirup dan dihembuskan keluar masuk dada. tentu saja, udara yang seharusnya dihela banyak mahluk, karena dunia kosong, mau tak mau hanya dapat mondar mandir keluar masuk pada satu tubuh. pantas saja begitu berat dan penuh.
ke mana semua pergi dan hilang. tiada siapapun di dunia. jangan jangan duniapun tiada.
hanya sendiri. kepada siapa mestinya mengeluh, mengadu, menuduh. siapa paling layak dimusuhi, dijauhi, dibunuh lalu dimutilasi. tiada lain, hanya sendiri, tak ada nyali.
tuhan, yang maha esa, maha kuasa, maha bisa. buatlah yang tersisa sendiri tertawa. tidak susah. tiada dunia.
sendiri, akhirnya sejak semula dan selamanya. bisakah menciptakan stand up comedy abadi. sendiri, tiada depresi tanpa diagnosis psikiatri. keledai sengaja masuk keluar lubang untuk berlatih memanjat tebing tebing curam. lagi pula terjatuh ke dalam lubang lebih cerdas dari pada terjatuh di tanah datar.
bagusnya, sendiri masih bisa bertepuk tangan*