Sabtu, 29 Maret 2014

*

tahun dan abad mestinya salah hitung, pikun atau linglung. mungkin ini cuma khayalan, terlalu ideal, terlalu mahal. sebuah jiwa menyala, menghalangi terang, mengaburkan gelap. hanya sebuah memberikan segalanya. kehilangan bumi kehilangan sedih kehilangan pasti. aku merenung, mengingat harapan yang telah terkubur. alih alih mati, menjadi benih. menjadi dirinya sendiri. memeluk mimpi, tak dilepaskan hingga tengah hari, tak diusaikan hingga hari berganti. aku tertawa, menelan tanyaku sendiri, serupa buah yang baru ditemukan dunia, manis, segar, gurih, ajaib, kehlangan cara biasa untuk menyebut satu rasa, luar biasa. tanyaku menjernihkan darah, menemukan lembah lembah dinaungi pelangi, batu batu bernyanyi, pohon pohon belajar berlari, anak anak manusia menerjemahkan bahasa kupu kupu. kulihat kalender di dinding menyusut, pelan pelan larut ke dalam gelasku. matanya tempat jiwanya kubaca, menatapku, tak goyah sedikitpun. memaksaku mereguk tanya yang meleleh kegerahan, bukan musim panas, bukan musim hujan. tahun, apakah tahun menenun kenangan atau keyakinan. aku hanya tahu, tak apa aku terus mengejeknya, keriangannya tak akan pudar. ia mesti mulai berlatih menghadapi anak anak bengal. salah sendiri, berkeras hati ingin jadi guru di hari gini*