Jumat, 28 Maret 2014

alusi

kau, menelan segenap bayang bayangku. membebaskanku dari sosok hitam yang tak pernah membiarkan aku sendirian. so sweet, ehm ehm, dinding dan lampu bergantian menggodaku. aku tersipu malu, mengepalkan tinju, menjulurkan lidah, menahan tawa. kau menatapku, mesra atau resah. aku memang payah, tak tahu mesti berkata apa.
tepat pada saat terakhir kau menghardik, kerjakan seperti aku. sebelum bayang bayangmu menelanku. ohh, dinding dan lampu serempak berseru.
aku, dalam bayang bayangmu melihatmu sepanjang waktu. jalanmu, gerakmu, setiap kesan pada wajahmu. tahukah kau, aku sedekat bayang bayangmu. tidak menyesal meski payah. aku dapat menggodamu sepanjang waktu tanpa mengganggu. terseipu malu, kukepalkan tinju, kujulurkan lidah, nyaris mati tertawa. betapa kau mempesona semua orang ketika memasuki ruang, kau tak terusik bayang bayang. setiap dinding dan lampu mati matian menarik perhatianmu.
aku, meringkuk nyaman dalam kegelapan. kasihan, dinding dan lampu sesekali mengeluh untukku. aku memang payah, tak tahu bagaimana mesti menerangkan kepada setiap ruang bahwa aku tidak hilang, hanya tiada, untuk selalu mengikutimu paling dekat, paling nikmat.
kau, lebih dari indah. aku bersama semua dinding, lampu, ruang serta isinya, pasti runtuh, padam dan hampa kalau kau tiada*