Senin, 10 Maret 2014

*

rasanya seperti berada dalam sebuah kota yang tersusun dari ribuan wajah. sejak kapan pohon pohon menumbuhkan wajah wajah pada dahannya. sangat asing dan tidak berbau. kenyataannya bau sama sekali tidak mengganggu. sebaliknya malah, menimbulkan rasa nyaman dan kangen. bagaimana mungkin dapat percaya pada wajah wajah yang tidak dikenal baunya. manusia, seberapapun tinggi derajatnya, tetap sejenis mamalia, sama dengan tikus, kucing, anjing, kera, kambing, kerbau dan semua jenis binatang dan hewan yang biasa menyusui anaknya. keakraban dan keterikatan segera terjalin setelah mengenal dan mengingat, salah satunya aroma. percuma wajah sumingrah, mata bersinar, senyum merekah, jika tidak berbau manusia. seperti bukan manusia. kemuakan, aku berhutang budi padanya. ia tidak menolak menjadi kambing hitam yang mengunyah sampah sampahku hingga luluh lantak. tak bersisa. sebelum sempat mendaur ulang apa apa, semua sampah sirna. aku kehilangan bau busuknya, bau busuk yang biasanya mampu menciptakan dusta atas nama cinta. hahah. kasihanilah aku, kehilangan bau puisi, rambutku wangi, tubuhku wangi, wajah wajah tanpa bau dan kota yang menunduk lesu. ketukan atau kutukankah, tak henti membangunkanku tiap pagi*