Selasa, 30 April 2013

lalu

aku sedang berpura pura bahagia bersama segenap umat manusia.
aku sedang bahagia tidak bersama seorang manusia.
mencari arti kata resah yang sebenarnya, bertanya tanya kenapa ia sangat samar  kudengar, sepertimu ketika datang diam diam saat aku tidak melihat ruang.
tidak lelah lelah berkaca kaca, mendengar dering angin memanggil, mari berlomba terbang lalu jatuh telentang. rentangkan lengan hingga seluruh rumput membaca kerinduanmu.
aku mau membalik tabung pasirku, berjalan mundur, menyelam ke dasar laut. aku sedang berpura pura tidak bahagia bersama segenap umat manusia.
kau tahu, aku cuma kehabisan waktu, memintamu menyihirku menjadi benang yang kauulurkan dari dahan ke dahan*

Senin, 29 April 2013

cup

detik ini ada berapa hati terjatuh kepada mimpi. mestinya cukup untuk menidurkanku dalam pelukan. malam dan kata kata murahan membuat jantungku berpacu. hitunglah katanya. aku cuma tertegun, yang terlalu panjang untuk sebuah sebab. haruskan kuhentikan goyang goyang kepala, ia berjasa, menjadikan aku manusia tidak amnesia. oh, maafkan aku telah mengatakan maaf kepadamu yang berkata tidak mencintaiku dengan cinta yang telah dikenal.
aku ingin belajar, mencintai dengan cinta yang belum kukenal, untukmu. aku hanya tidak tahu dengan tepat, mungkin lupa bagaimana caranya mencintai tanpa mengatakannya. mencintai sebelum berbicara dengan seseorang yang kusangka punya nama dan segumpal hati yang selalu berdoa, bahwa aku mencintai. menidurkanmu di dekatku dalam pelukan malam. menyanyikan nada nada yang dimainkan jantung bumi. dan sama sekali sendiri.
kau ? tak usah kupertanyakan lagi. akan segera kutiup lagi kalau meletus, sebelum kau sempat menangis*

Jumat, 26 April 2013

stay



Langit dan tanah selalu sama di segala musim, segala bulan, segala jalan. Hanya yang terbit dan tumbuh pada langit dan tanah mematuhi cuaca. Hanya yang berjatuhan dan melekat pada langit dan tanah mencoba memisahkan kita dari awal hingga kemudian*

bedel



Aku beserta segenap topeng topengku mencintaimu. Kau akan menemukan semua wajah dengan memandangku saja. Aku yang memuja dan menghinamu, dengan cinta yang setara. Hidupku akan melesat jauh, ringan, tidak membosankan, mengacuhkan waktu. Menit demi menit kuhabiskan dengan menerka atau bertanya,”kau ingin melihat apa?” Keangkuhan atau kerendahan hati, kesucian atau kenistaan, kesabaran atau keserakahan. Akan kuganti segera wajahku tepat setelah kudapatkan jawabanmu. Terjadilah kehendakmu padaku. Tak akan kubuang waktu untuk berhenti bertanya atau menerka, apa yang ingin kaulihat. Menit demi menit kau tak perlu berpaling sedetikpun untuk mencari  wajah yang ingin kutemui, atau menghindar dari wajah yang membuatmu resah.
Pada saat kau memejamkan mata sejenak untuk beristirahat dari dunia, aku akan kembali menekuni kamus semua bahasa. Dengan tekun dan sungguh sungguh mencari tahu perbedaan arti kata pecundang dan pecinta*

sugar



Apakah gula mengandung bahan pengawet.
Manusia lebih gembira menikmati  secangkir minuman manis hangat tanpa memikirkan yang rumit. Persediaan gula selalu cepat habis. Sebelum pertanyaan apakah gula mengandung bahan pengawet sempat terpikir. Tak ada yang pernah menemukan gula basi di bumi ini. Sebagai bahan makanan hasil olahan industri, gula tidak pernah mubazir. Tak ada yang pernah menemukan gula basi di dapurnya.  Tak ada yang mau repot bertanya, gula tidak basi karena selalu habis sebelum batas waktu penggunaannya, atau karena bahan pengawet yang ditambahkan padanya dengan tepat dan cermat.
Kunikmati secangkir teh manis hangat, keteduhan ladang ladang tebu merasuki pikiranku. Suara burung, gemerisik daun kering. Butiran gula dalam cangkirku telah larut sempurna, tak sebutirpun tertinggal, teraduk dengan sempurna. Hanya rasa manis dan hangat. Mungkin aku akan lupa telah menambahkan gula ke dalam secangkir teh hangat. Rasa manis berasal dari reaksi kimia yang terjadi pada liur dan lidah. Enzym enzym bagian dari proses pencernaan, cairan hangat yang mengalir ke rongga mulut, dan rasa haus yang terhapus. Apakah gula merasakan pahit*

Selasa, 23 April 2013

pada suatu senja

hanya sebuah dunia, dengan satu angkasa. kau dan aku, dua manusia yang tak akan ke mana mana cuma untuk mencari pintu. dua manusia cukuplah, untuk menjadi surga dan neraka, atau bertukar tempat setiap saat. tak ada pintu, tidak terbuka atau tertutup.
pohon pohon selalu merentangkan seluruh dahan sebelum menjadi selembar pintu pada sebuah dunia di bawah naungan satu angkasa. kau dan aku dua manusia duduk di atap rumah memandang daun daun berbaring diam di atas rumput*..

jantung hati

hanya tangan manusia yang bisa menggambar dua tanda tanya berhadapan, saling mendekat, saling melekat. dua tanda tanya menginjak titik titik di bawahnya setelah membalikkan tubuhnya, meninggalkan kalimat kalimatnya. saling memandang, saling mendekat, saling melekat. berpelukan menikmati kekacauan* 

cut

orkestra terlalu megah, membuat nafasku tertahan, apalagi kata kata. kau memaksaku diam dan mendengar dengan cara luar biasa. tapi aku seorang perempuan, selalu tidak mau kalah. kuparaukan suaraku supaya tidak terhanyut merdunya lagu, kubisikkan sangat pelahan melawan kebisingan. kalau kau memang sayang, tak akan ada nada yang sanggup menahan gerak tubuhmu, tak peduli semerdu apa. kau akan tetap bangkit berdiri, memegang tanganku, melangkah membawaku meninggalkan gedung beserta segenap gerak dan suara yang tadi kausebut luar biasa..
di luar, samar samar masih terdengar kemegahan yang baru kita tinggalkan. kau tampak puas, juga penasaran dan sama sekali tidak menyesal. kau puas menemukan ketakjuban bersinar di mataku. tak sabar menanti suaraku terdengar menjawab tanyamu,"katakan lagi."
kujawab dengan sangat merdu,"kau tak salah dengar."
"sialan." umpatan paling mesra sepanjang sejarah.
kilat.kilat.kilat.... biar saja. para malaikat sibuk mengerjakan perintah tuannya. mendokumentasikan sepasang manusia ketika merasa sempurna.
"aku ingin ciuman," apakah kau juga mendengarnya, bintang bintang berjatuhan sederas hujan*

Senin, 22 April 2013

autumn leaves

apakah dedaunan menipu dirinya sendiri atau membohongi tanah, dahan dan ranting. ketika bicara tentang uluran tangan angin yang melepaskannya dari pegangan ranting, menarikan, menerbangkan, hingga akhirnya dengan lembut merebahkan tubuhnya di atas tanah, dekat pangkal dahan di mana dedaunan menyimpan kenangan manis tentang tumbuh ke arah cahaya.
apakah dedaunan mengada ada, mencoba menemukan alasan mulia untuk sekedar berguguran*

if

kalau kau punya waktu dan tempat menyenangkan, aku akan memelukmu, memelukmu erat. tanpa sekat. tanpa ruang, tanpa celah, pun hanya untuk menyelipkan satu permintaan supaya jangan kaulepaskan*

only love

cuma cinta yang bisa bercerita tentang kita. dan ia tak pernah lelah bicara, bahkan ketika kau atau aku tidak sungguh sungguh memahami kata katanya*

your song

sayang, kita terus berjalan untuk melihat ujung jalan berhamburan sesaat setelah menemui kita. mereka bukan pengecut yang lari dari kenyataan. mereka hanya serupa serpihan kertas kertas sesaat setelah hangus terbakar, hitam dan sangat ringan, berhamburan oleh sehembus udara yang bertiup dari rongga tubuh mahluk manapun yang masih hidup. sederhana seluas angkasa. aku percaya. aku percaya. aku percaya. jari jarimu sangat pandai bercerita. menjadi landak, burung onta, jerapah, atau lumba lumba. dan aku selalu jatuh terlelap sebelum dongengmu tamat. dinding dinding membuka matanya, menunjukkan taman, padang atau samudra kepadaku yang sedang memimpikan lantai kayu. sekeluarga besar semut sibuk menemukan harta karun. aku tertidur, sayang, jalan jalan kita berserakan, persis rambutku yang berantakan sehabis berkejaran dengan awan. kudengar kau menyanyikan hujan*

always on your side

seandainya aku punya cukup banyak uang untuk membeli seluruh coklat yang ada di bumi, toh masih juga tidak sebanyak coklat yang ingin kuberikan padamu.
gombal.
iya.
suka.
sangat.
jauh lebih enak dan sehat dari pada tahi ayam.
kok tahu
pernah coba.
kapan.
sekarang*


Minggu, 21 April 2013

thee

mungkin aku salah mengatakannya, kau membuatku tidak menginginkan apapun selain pengetahuan yang akan menjelaskan bagaimana aku bisa mendengarku mengatakan, aku mencintaimu*

stare

kaubilang aku adalah keajaiban wakti aku lapar.
kaubilang aku adalah keajaiban waktu aku gerah.
kaubilang aku adalah keajaiban waktu aku jengah.
kaubilang aku adalah keajaiban waktu aku marah.
kaubilang aku adalah keajaiban waktu aku terbenam.
alangkah senangnya, kau tidak bilang aku adalah keajaiban waktu jatuh hati padamu*


reply

aku aku aku aku aku aku, mereka berteriak ribut. yang satu ingin lebih kudengar dari lainnya. mereka serentak berteriak tepat setelah kukatakan pelan pelan, siapa yang mengirimkan pesan. darimu, secepat cahaya. aku aku aku aku aku aku, mereka masih belum putus asa mencoba membuatku percaya, kau dan aku perlu jasa perantara. siapa yang mengirimkan pesan, kau mengedipkan mata, menggodaku sambil berbisik kepada udara*

masa kecil

kau menggandeng tanganku menyeberangi jalan pulang setelah menjenguk masa depan yang sedang sakit demam. sekujiir tubuhnya penuh ruam kemerahan, tidurnya penuh igauan, memanggil nama nama kota pada peta kita. yang merasa sia sia. matamu menerangi mataku, membutakan siang.
sepasang debu tidak pernah menemukan jalan buntu. kau menggandeng tanganku menempuh jalan bebas hambatan. waktu demi waktu menggigil, hangat dan bergetar. tiba tiba terjaga, berdiri tegak di hadapan sepasang bintang.
butir butir kacang merah dalam mangkuk es krim tak sabar menungguku menyelesaikan lamunan. dua ekor kelinci putih belompatan di ujung selimut biru, di antara sulaman bunga di bawah garia garis benang yang mencoba menjadi awan*

Sabtu, 20 April 2013

#

apa yang ingin kaubaca, puisi bertanya. aku belum kenal namanya. ia jendela yang memandangku selalu, bertanya tanya apa yang ingin kulihat di balik tubuhnya. ia juga pintu, ingin terbuka, malu malu mengakui ia ingin tahu ke mana arah langkahku. aku mungkin akan mengayunkan tubuhnya tinggi tinggi suatu hari nanti, hingga ia tertawa, panjang dan gembira. kemudian merajuk ketika aku kekurangan waktu untuk bermain bersamanya. setidaknya ia menemukanku, memanggil nama kecilku, mendekatkan wajahnya ke keningku. mungkin setengah tertidur kudengar ia ingin mendengarku bercerita dengan bahasa ibu.
bahasa ibu ? katak kecil di lantai kamar mandi menatapku penuh belas kasih, seolah mengerti aku ingin menciumnya. apa yang ingin kaubaca, sebelum puisi bertanya lagi, kubisikkan, teka teki*

Jumat, 19 April 2013

wane

ingin kucincang sebutir kelereng. meremas daun daun warna warni yang berlindung dalam lingkaran beling. kukira telapak tanganku akan mengerti bagaimana rasanya disayangi. kukira cacahan kelereng tak bisa lagi menyimpan ingatan tentang keriangan permainan, kedekatan sentuhan dan genggaman, kekenyalan lidah dan kehangatan nafas kanak kanak yang pernah mengulumnya. kukira serpihan bangkai kelereng akan berkata, aku culas*

bincang bincang saat kencan

kenapa kaukutuk ciptaanku ?
karena busuk dan buruk.
cuma itu ?
tidak.
jadi ?
kenapa bukan aku.
kau mau ?
hmmm, kupikir pikir dulu*



piramida

sunyi menulis, kita akan sembunyi, bukan sembunyi, hanya menempati setiap kolong. ruangan yang berada di antara dasar dan penopang benda benda atau tubuh. siapa yang mengeluh. tak ada kekosongan, udara memenuhi setiap celah. kita akan tertawa. menertawakan cara bola berlari tanpa kaki. percayakah kau aku sungguh ingin terharu, mencium matamu. kasihan itu lampu. segan memandang, tak bisa memejam. sunyi menulis, atap, atap jatuh berderai. kita menemukan lembah cantik.kita pelita. kita jeda. kita saling memuja*

Kamis, 18 April 2013

n so it is

perhatian, perhatikan, memperhatikan, diperhatikan. hati hati. apakah semua berasal dari kata dasar hati. anehnya aku baru bertanya hari ini. ketika hatiku nyaris mati. mendengarkan lagu lagu kuat diiringi lolongan seorang bayi. bayi belum dapat bernyanyi, suaranya benar benar mirip lolongan yang disuarakan dengan sepenuh hati. ia berbunyi dengan suka cita, raut wajahnya berkata, lihatlah aku, adakah yang lebih merdu. aku cuma ingin memeluknya, mencoba menyampaikan pujian dan keyakinan bahwa ia sangat benar. bukan cuma lengan, pundak dan punggungnya yang kudekap tidak hanya dengan lengan dan dadaku. tapi hati. yang belum pernah kutemui. hati yang tidak pernah bersuara, beranjak, bergerak. berbunyi, berpindah dan berada di mana mana mengerjakan apa saja. ada hati, entah di mana dan sedang apa. ia melolong seperti bernyanyi, ia bernyanyi seperti berdiam diri. and so it is*

Rabu, 17 April 2013

kenapa sih harus ada judul

senja di angkasa mengundangku mendengarmu. sederhana. aku berdiri seolah olah telah menyelesaikan segalanya. senja tidak ke mana mana. aku beranjak, senja mendekat. menelan jarak, aku tak tahu seberapa cepat. kutinggalkan. sederhana. caramu menyapa, caramu berkata, tidak apa. semua luka akan lupa. warna senja pada hari kemudian telah ditentukan sebelum fajar*

Selasa, 16 April 2013

defile

aku duduk pada bangku kayu yang setia menunggu daun daun tumbuh. kudengar ibu ibu mengatakan kepada anak anaknya, ini rumah, sambil menunjuk punggung kura kura. kulihat matahari bersandar di lengan bumi. lalu apa lagi, aku seharusnya mengerti ucapan gadis gadis dalam lukisan, penuh jeda, terbata bata bercerita tentang danau, gambar gelombang keperakan. kau menjadikan segalanya menyembunyikan makna. seperti istana di atas bukit yang bahagia, di dalam bola kaca. tidak ada cuaca di sana. semua deru dan salju terjadi karena tanganmu menyentuh, lenganmu mengayun. aku memandang sepotong dunia yang menunggu terjatuh dari genggam tanganmu. gadis gadis dalam lukisan tersenyum kepada gambar angsa bersayap beku* 

Senin, 15 April 2013

:)

kau memberiku bayi supaya aku mengerti kesenangan menyayangi seseorang yang tidak peduli. seseorang yang sangat kecil, tidak berdaya, tidak berharap, tidak berjanji, bahkan mungkin tidak mengenal dirinya sendiri. ia hanya percaya aku selalu menyayangi, mau mengerjakan apa saja untuk membuatnya gembira. dan tawanya lebih hangat dan manis dari pada bunga tulip. semuanya untukku, cuma cuma dan ia tak pernah merasa telah memberikan seluruh dunia. ketika ia tumbuh semakin besar, menjadi manusia dewasa, ia tak akan mengingat semua yang telah dikerjakannya untuk membuatku menjadi manusia yang sanggup menghabiskan semua kembang gula di dunia, tanpa cemas menjadi penderita diabetes, gendut atau sakit gigi. ahh, ada lagi, kau memberiku seorang bayi untuk mengajariku mengabaikan basa basi. ia menunjukkan padaku bahwa kata maaf dan terima kasih sama sekali tidak berarti. tawa dan air mata telah mengatakan segalanya dengan sempurna*

Minggu, 14 April 2013

kebahagiaan

ia menundukkan kepalanya, kecewa dan merasa sia sia. melihat manusia lalu lalang tanpa menyapanya, melihat kepadanyapun tidak. ia sungguh sedih, sangat sedih. apa artinya punya nama yang indah jika tak seorangpun mau meluangkan waktu untuk berkenalandengannya, mendengarnya menyebutkan namanya sambil berjabat tangan, erat, seperti seseorang yang berniat menjadikannya kawan akrab. ia duduk di tepi air, melihat wajahnya sendiri, ketika hampir putus asa, tanpa sengaja ia mengulurkan tangan ke arah pantulan wajahnya, membuat gelombang dan riak dengan jemari tangannya. anak anak kecil yang sedang bermain tak jauh dari air tertarik pada kecipak air, mendekatinya, melihat kepadanya, mengikuti gerakannya. ia sedikit gembira, harapannya kembali mengalir deras, manusia manusia kecil bermain dengannya. suatu saat anak anak akan menjadi temannya, mengenal namanya. mungkin ia naif, sama sekali tak terpikir olehnya, anak anak mau bermain dengan orang asing. anak anak tidak pandai berbasi basi macam menanyakan nama atau dari mana asalnya, berjabat tangan sebelum berteman dekat. ya, ia sungguh sungguh naif, kalau sampai berharap anak anak akan bertanya kenapa ia kelihatan tidak gembira sebelum mereka bermain bersamanya. anak anak berteriak dan tertawa, menepuk nepuk permukaan air, saling memercikkan air dengan teman temannya. ia dilontaekan ke sana ke mari, menyentuh wajah setiap anak, bergerak cepat dari satu wajah ke wajah lainnya. hingga mereka semua kelelahan sekaligus puas. ia dan anak anak berbaring berhimpitan di tepi air. didengarnya satu anak berkata, ayo pulang. ia merasa semua anak anak hendak mengajaknya serta. ia tak bisa memutuskan anak mana yang akan menjadi kawan terbaiknya, setiap anak terlihat sungguh sungguh mau menjadi teman baiknya meskipun tidak mengenal namanya, semua anak kelihatannya tidak akan keberatan selalu bermain bersamanya. hanya bermain, selalu bermain, berteriak dan tertawa keras sambil saling memercikkan air. ia menengadah, berharap menemukan petunjuk, lalu mengamati satu persatu wajah anak anak, yang mana paling bersinar. tapi kilat, tak sempat dilihatnya dengan tepat jatuhnya ke wajah anak yang mana. atau mungkin kilat hanyalah petunjuk akan datang suara menggelegar sesaat kemudian. anak anak terkejut, berteriak dan tertawa keras. suara gemuruh terdengar bertepatan ketika ia menyebutkan namanya. anak anak tidak mendengar suaranya, tidak tahu, dan tidak peduli untuk bertanya. ia tidak tahu, ingin tidak lagi mencari tahu. anak anak saling memandang dengan teman temannya, anak anak saling memandang dengannya, serupa saliang memandang dengan teman temannya, yang baru saja bermain bersama dengan gembira. seakan akan mereka telah mengenalnya sejak semula, sangat kerap bermain bersama, berteriak dan tertawa, seperti selalu saling mendorong dan menyapa hangat, tanpa menyebut nama, he, ho, he, ho. ia merasa sedikit diremehkan, tapi senang. ia kembali menengadah dan berkata biarlah, anak anak tidak mendengar kata katanya. teriakan dan tawa tidak berhenti ketika anak anak berlari, ia ikut berlari*  

pertanyaan untukmu

kau lebih menyukai aku atau doa doaku*

Jumat, 12 April 2013

sudut pandang

dua ekor ikan cupang berenang renang di dalam dua botol bekas air mineral. botol bekas air mineral yang telah dibelah hingga ujungnya melebar, terbuka lebar. dua ekor ikan cupang kadang kadang saling memandang dengan mata atau ekor merekah, bergantian. aku mengamatinya, juga bayangannya melalui cermin lebar yang mengurung semua bayang bayang, dua ekor ikan cupang, dua botol bekas air mineral, tempat bedak, sisir, kertas kertas. kucoba mengingat, mungkin kedua ekor ikan cupang pernah saling menyapa. sebelumnya, sebelum cermin lebar menangkap bayang bayang dua botol bekas air meniral. aku tidak terkejut, hanya manyun, seharusnya aku sudah tahu aku tidak tahu. hanya kotoran di dalam hidungku tidak terlihat cermin lebar. dua ekor ikan cupang. dua botol bekas air mineral. bertemu dan menjadi satu, dalam selembar kaca. memandangku, tidak pernah tidur. kupadamkan lampu. kepalaku menelan cermin lebar yang menyimpan bayang bayang dua ekor ikan cupang dalam dua botol bekas air mineral, rempat bedak, sisir dan kertas kertas. kulihat suara pintu berayun*

gema

aku membangun banyak dinding. sekat. ruang. aku hendak menciptakan banyak suara bersahutan. sebelum berkata keras keras. mengatakan apa yang ingin kudengar. berulang ulang melintasi ruang. dinding dinding saling melontarkan yang ingin kudengar berulang ulang, tapi sangat enggan kukatakan.
datang. masuklah. maka kau mendengar apa yang sangat enggan kukatakan ketika kau ada. karena suaraku pecundang. beringsut di ruang ruang. kalau kau tidak senang, salahkan saja dinding dinding yang saling melempar kata kataku. saat aku terdiam. mendengar sepenuh minat yang sangat enggan kukatakan.
kalau kesal, kau runtuhkan saja dinding dindingnya, mudah kan*

Rabu, 10 April 2013

makrifat

sejak saat itu aku merasa mesti menanyakan makna setiap kata yang pernah menjadi bagian percakapan kita. apakah itu rasa. apakah itu resah. apakah itu basah. menjadi kanak kanak yang baru belajar bicara, semua suara yang kauperdengarkan adalah keajaiban. dan ketika kau diam, aku bertanya apakah suara diam benar benar kudengar. aku menatap gerak bibirmu kemudian terperangkap di situ. seperti batu terjatuh ke dalam kolam, kemudian tenggelam, mengantar permohonan ke dasar kolam. seperti batu tidak bernafas. dilontarkan dengan maksud tertentu yang sama sekali tidak terpikirkan.
dunia menakjubkan. apakah dunia. apakah menakjubkan. begitulah caraku memahami suaramu. aku seperti pandir yang berhasil menyihir sebatang bambu atau kayu menjadi penyanyi bersuara paling merdu. udara menyanyikan lagu lagu yang ingin kutunjukkan padamu. nada nada seirima degup jantungku. syair syair untukmu.
setelah bertanya lagi, apakah lagu. apakah syair. tak bisa kukatakan aku mengerti. segalanya seakan baru saja terlahir kembali, mencari arti, ingin memahami dirinya sendiri, bersamaku. ketika kita bicara tentang apa saja. kebisingan sahabat erat. kesunyian pelukan hangat. aku dalam buaian. apakah buaian. bukan seperti makna yang seharusnya.
aku mengantuk. apakah mengantuk. kutanyakan dengan mata redup.kau mendengarku. karena kau mendengarku, kauulurkan boneka berbulu lembut untuk kudekap sambil terlelap. apakah kaubilang selamat malam, kudengar samar samar suara cahaya mewarnai angkasa. apakah cahaya. apakah angkasa. apakah sempat kutanyakan sebelum kelopak mata terkatup.
pelangi pelangi alangkah indahmu. kegelapan bernyanyi. setelah bangun tidur aku akan bertanya lagi, apakah pelangi. apakah indah. apakah kegelapan. boneka berbulu lembut dalam pelukanku memimpikan kicauan burung.

sebutir hujan

hujan deras. teramat banyak butir butir air berjatuhan. kuamati sungguh sungguh. akan kutemukan pesanmu terhanyut pada sebutir hujan. hanya sebutir saja. aku tak mau sebutir hujan yang menyimpan pesanmu terlewat dari pandangku, jatuh ke tanah kemudian pecah sebelum kubaca. aku basah kuyup, menggigil kedinginan, mengamati setiap butir hujan. segerombolan anak anak setengah telanjang sempat melintas, berlari, berteriak, meloncat, sesekali mengusap wajah mereka dari guyuran hujan sambil tertawa. tak bisa kupandangi lama lama kehangatan tawa anak anak penikmat hujan, tak mau sebutir hujan yang menyimpan pesanmu terlewat dari pandangku, jatuh ke tanah kemudian pecah sebelum kubaca.
hanya anak anak, mereka yang belum mengenal kekasihnya, menikmati hujan dengan riang. atau mereka telah menemukan sebutir hujan mereka sendiri yang mengantar pesan bahagia sehingga kini mereka menikmati hujan berjatuhan pada tubuh mereka sepenuh hati, tidak perlu lagi mengamati setiap butir air yang berjatuhan yang mungkin menyimpan pesan.
aku tidak mengeluh hanya menghembuskan udara sepenuh dada, mencoba mengeluarkan rasa lembab dari jantungku. kurasakan mataku hangat. makin sungguh sungguh kuamati butir butir hujan berjatuhan. sebelum reda, mesti kutemukan sebutir hujan yang menyimpan pesan. semoga masih ada waktu untukku menikmati hujan seperti anak anak, setelah kubaca pesan dalam sebutir hujan yang kaukirimkan.
kalau mau, bisa saja kaukirimkan pesan pada setiap butir hujan, teramat banyak butir hujan berjatuhan ke tanah kemudian pecah*

Selasa, 09 April 2013

komidi putar

aku perlu setiap hari, dari terbit hingga terbenamnya matahari. untuk menggambar sebatang pohon yang cukup bagus, supaya batangnya cukup layak sebagai tempatku mengukir namamu.
aku perlu setiap malam, dari terbenam hingga terbitnya matahari untuk mencari tahu nama yang cukup indah, supaya terukir cukup megah pada gambar sebatang pohon paling sempurna.
kau perlu menghentikan putaran tata surya untuk membuatku menyadari tak perlu kukerjakan segala yang tidak berarti agar alam semesta melihatku menunjukkan kau sangat berarti.
nanti, setelah kuukir nama terindah pada gambar sebatang pohon paling sempurna, kaukerjakan yang perlu kaukerjakan.
tidak sekarang, tidak selama matahari masih perlu terbenam untuk terbit kembali*

" "

kau menemaniku menunggumu. sampai jatuh tertidur.
kau yang pertama kutemui pada saat pertama mataku kembali terbuka. kau masih terjaga, menemaniku menunggumu.

lamakah tidurku, kutanyakan kelak saat kau datang.
cuma sekedip mata, kau akan berkata.
syukurlah, aku tak mau kau datang pada saat mataku terpejam.
tidak akan, akan kutemani kau menunggu sepanjang waktu.
berapa panjang waktu.
selebar celah matamu saat terlelap.
ahh, aku menguap, maaf.
tidurlah, akan kubangunkan saat aku datang.

kutemukan kau masih menemaniku menunggumu pada saat pertama mataku terbuka kembali. matamu mendekat, berbisik hangat, bukan mimpi sayang*


Senin, 08 April 2013

" "

aku sungguh sungguh membenci diriku.
apakah arti sungguh sungguh. apakah arti membenci.
aku menatapmu lekat lekat mencoba menemukan tanda kau sedang pura pura bertanya.
kau sungguh sungguh tak tahu jawabnya.
tidak masalah.
tidak masalah*

Minggu, 07 April 2013

zero

kubelikan sepeda roda tiga ketika kau belum bisa mengayuh. kulihat kau senang. duduk di atas sepeda yang tidak ke mana mana. jarak antara pedal dan telapak kakimu bersuara lucu. berkata tanpa bahasa, lihat roda roda diam, bahagia melihat kau diterbangkan pelukan*

ritmis

jalanku serupa selembar rambut terkulai di tanganmu, tersangkut jemarimu waktu kausentuh. kau tentu tahu aku tak tahu di mana akar atau ujung selembar rambut yang terbebas dari kepala. kulihat tanganmu, hangat dan lebar, denyutnya ada tak kelihatan. kukira kira saja panjangnya, kucoba menghitung berapa banyak lengkungnya, lingkaran utuh atau separuh. hitam dan halus. kaugerakkan. selembar rambut, seperti jalanku di tanganmu, ringan, kau tak akan keberatan menggenggamnya, sebentar atau selamanya, akan selalu sama berabad abad*

lagu

sebelum bangun tidur aku tidak mau mandi, lupa menggosok gigi. sebelum mandi tidak kutolong ibu membersihkan tempat tidurku.
jangan marah ibu. aku cuma anak kecil yang tidak pandai bernyanyi, cuma anak kecil yang ingin dicintai setulus hati*

signifikan

ia pergi. menjadi seorang pemimpi yang terjaga di dalam mimpi. tertidur di dalam mimpi. menyeduh secangkir kopi, menyulut sebatang sigaret, di dalam mimpi. mengusap wajahnya yang belum dicuci. sisa sisa pagi dan malam terasa licin pada telapak tangannya.
ia berhenti memohon kepada air. mengeringkan tubuh dengan lidahnya, seperti kucing di dalam mimpinya. dan segenap wujud yang menciptakan kepalanya mencoba menemukan jantungnya yang telah lebih dulu ada. seorang pemimpi bertanya kepada mimpi, kau atau aku yang menemui bumi. atau.
secangkir kopi dan sebatang sigaret menghabiskan dirinya sendiri*

Jumat, 05 April 2013

namnam

sekeranjang tomat, apakah mesti meredam harap menjadi beberapa botol saos tomat, supaya lebih terhormat dan layak berada di atas meja restoran. pertanyaan tentang kemajuan, peradaban, peri kemanusiaan yang didengungkan hama kelaparan. apakah anak anak tidak lagi diajari cara membuat boneka kertas yang bisa membuka tutup mulutnya dan tidak merubah dunia. aku ingin memelihara seekor anjing yang dengan gembira bersedia berlari mengejar, menangkap dan mengembalikan sebatang ranting yang kulemparkan sekuat tenaga. setiap saat manusia lanjut usia melupakan cita cita, merindukan masa muda. cuma anjing anjing yang setia, tomat tomat menyimpan rahasia*

petir

adakah yang lebih puitis dari rengekan bayi. langit sibuk menggambil gambar bumi, kemudian menangis. tidak membuat jantungku berhenti berbunyi, adakah yang lebih puitis dari rengekan bayi*

Kamis, 04 April 2013

09:36

ranting cemara terapung. terdengar serupa novena yang tidak sampai ke mana mana. matanya selalu bengkak kalau kebanyakan makan coklat. tak apa jalan masih panjang selalu bisa dikatakan, sekalipun klise, tak akan ketinggalan jaman.
ranting cemara terapung, batu tenggelam menjadi hukum alam. untuk yang tidak mahir berenang, yang selalu membuatku berhenti. menebarkan sehelai kain berwarna cerah, kemudian rebah. tenggelam di musim panas.
ranting cemara terapung menuju laut, batu batu tenggelam di lereng gunung. pohon pohon termenung*

kohesi

pagi melukis matahari atau matahari yang membuat pagi dari selimut perca yang menyembunyikan nafas bocah bocah. tintanya belum kering benar, menetes netes membasahi kening dan kelopak mata yang mendekap rongga. di sana. di sana tidak ada jeda. jalan bebas hambatan tampak seripa ular tergeletak di rerumputan. dari sana ia memandang garis garis tidak lurus, matanya bersayap, terbang sepasang sambil saling menunjukkan tanda koma. ia menebak judul lagu lagu, arah angin dan letak jendela jendela yang tidak sempurna. rasanya mirip jerami atau daging sapi. ia tertidur, memutuskan matanya boleh tersesat. ia tersenyum, matanya berdebat tentang tanda tanya. ia bermimpi, jari jari tangannya melupakan nama nama mereka, kembali bocah. mengulum uang logam yang sedang mendongengkan binatang binatang purba, tikus tikus penjahit gaun pesta. tapi, siapa melukis tengah malam pada rongga rongga di wajahnya. nama lagu yang dinyanyikan sebatang bambu.
selamat terbang ikan pembersih kaca*

Rabu, 03 April 2013

ralat

kalau kuingat semua kesalahanku, apalah bisa membantu.
tak ada yang tahu.
membantu bukan pekerjaan menyenangkan.
tidak serupa kesalahan, sering kali mengasyikkan. setidaknya berguna, bukan untuk menemukan kebenaran.
mengerjakannya saja tanpa tahu benar untuk apa, cukuplah.
untuk membantu ingatan menemukan titik terang. di tempat gelap.
tempat gelap bersahabat.
aku menggigiti bagian depan kaos yang kukenakan, terasa asin.
kalau kulupakan semua kesalahanku, apakah bisa membantu.
puji tuhan aku tidak membunuh seorang dokter jiwa.
ternyata, bicara dengan hantu membantuku. kalau saja aku tahu hantu sesungguhnya tidak berniat membantu.
tak ada hantu sudi menjadikan dirinya pembantu siapapun.
aku berjemur di tengah malam, bersama baju baju yang rindu pada tubuhku*

isometri

ujung pensil hitam dan pahit. dengannya aku menggambar meja. di atasnya sebatang coklat tergeletak. telanjang. apakah ia menunggu sebuah gigitan, yang putih dan manis. kubasahi ujung pensil dengan bibir. memikirkan garis garia putus asa, mengarsir meja. coklat kelabu di mulut waktu*

Senin, 01 April 2013

satu april

kalau mau memberi gelar padamu, yang paling pas adalah bapak iseng sejagad. tak ada yang lebih pantas dari pada itu, untukmu, yang paling kusayangi karena yang paling menyayangiku. aku tahu kau tak butuh gelar tambahan dariku. mereka yang hebat hebat telah memberimu terlalu banyak gelar dan sanjungan, yang membuatmu lebih terhormat. dan aku tidak berminat menjadi penjilat. aku cuma iseng, mencoba mengisi waktu dengan bicara hal hal menyenangkan. yang paling menyenangkan tentu bicara dan memikirkanmu yang tersayang. aku tidak suka menyadari kalau aku tidak istimewa ketika menemukan seekor kapang mondar mandir di lenganku. keisengamu menciptakan mahluk sangat kecil berwarna hitam, tak berwajah, tak bersuara, kau mengijinkannya hinggap dan berjalan jalan di lenganku. sepertinya tak ada urusan lain yang lebih penting untukmu, selain mengingatkanku, bahwa kau, dengan bisa menjadikan apa saja ada untukku. ya, menyenangkan sekali bicara denganmu, memikirkan bagaimana dan mengapa seekor kapang berada di lenganku. kau selalu tertawa tanpa suara, sehangat aliran air mata. malam ini dan selalu kau tidak pernah berkata kata. kau sangat paham dan penyayang, tak tega membuatku kehabisan kata kata untuk bicara denganmu. bisa kulupakan perempuan yang mestinya mengepang rambutku waktu sang kapang menggigit lenganku. gatal, kutepiskan kapang dari lengan. kapang seakan menghilang, persis rasa penat. kau terbahak bahak, kau suka pada gelar yang baru saja kuberikan, bapak iseng sejagad. aku pintar kan, gelar barumu bisa kauberitahukan pada seorang penyidik yang sedang mencoba menggarap sebuah laporan, kasihan penyidik nyaris putus asa menanyai seorang manusia yang telah membakar seorang manusia lain. aku berteriak, berusaha memberitahu kalau itu hanya masalah hidung lapar pada aroma daging bakar. kapang tidak terlihat batang hidungnya, tapi kudengar dia berseru, benar, benar. pasti kapang yang bilang, kau sangat paham dan penyayang tak akan tega bicara sepatah katapun. oh sayang, jangan biarkan kapang kembali ke atas lengan. aku ingin berduaan denganmu, ada yang hendak kuceritakan, kucing lucuku yang berulang tahun tepat pada hari ini. aku tidak menyangka. tepat pada hari ini, tiga tahun yang lalu, bakal kauletakkan seekor anak kucing lucu di depan pintuku. kuletakkan kucingku di atas lengan, wajahnya sangat lucu, suaranya merdu. seketika aku ingin meloncat ke dalam pelukanmu*  

puyu

Jam dua dini hari bayang bayangku merebahkan diri. Bukan soal waktu, suhu tubuh dan udara, juga bukan tentang suara deru di kejauhan. Kujatuhkan tubuhku ke atas dedaunan datar. Kurasa bukan cuma pola dan warna alas tidurku yang mengantarkan keheningan lewat tengah malam.
Semisal perjalanan yang tidak tergesa gesa, tidak seekorpun domba kujumpai. Dedaunan tidak mengenal kata tumbuh dan layu di punggungku. Dan tidak ada yang meninggalkan apapun. Aku berbicara begitu panjang, sepanjang ruas tulang. Mungkin ada yang terbakar, mungkin sirene gemar meraung membungkam keresahan.
Tapi, kau sudah pulang ketika aku masih kanak kanak yang sibuk membuat gajah dengan segumpal lilin merah muda. Telinganya lebar, hidungnya panjang. Berayun ayun sambil mendengar dan bernafas. Gajah merah muda berwajah ramah bukan ibuku.
Ikan emas bersirip utuh setelah berenang di celah celah karang. Dekat dasar laut tawar yang dangkal. Aku menguap, menindih bayang bayangku. Terbenam di dedaunan datar. Kudengar bisikan menciumku begitu dalam, sangat berhasrat menyampaikan pesan, kenyataan datang kepada mata terpejam.
Seperti tuhan atau aroma rempah rempah yang menyalakan kematian. Perlu berapa lama melumat tubuh, bagi tanah. Lihat, lihat ke dalam mataku yang lupa*