Jatuh cintah setiap hari, kalau bisa lebih. Hari hari terasa terlalu lambat berganti, dalam
hati yang jatuh cintah berkali kali.
Kau tahu apa
kata lampu ketika berbincang denganku. Apa lampu hanya ingin menyalakan hatiku,
mengatakan kau mengirimkan lagu. Suaranya hangat, menerangi sepanjang malam.
Laut,
jadilah laut, biarkan hanyut. Hujan tiba
tiba terjatuh, aku harus beranjak, terburu buru menyelamatkan jemuran.
Tak disangka
sangka, hujan malam ini sangat beringas. Tumpah ruah. Ah…setelah berhari hari
gerah, atau lebih baik kukatakan cerah, karena sedang jatuh cintah.
Ya, kadang
kadang atau sering, aku berkhayal ada yang menimpali, selalu, karena aku masih
pengecut untuk mengatakan selalu, dunia justru indah saat mengacuhkan
segalanya. Mengacuhkan segala galanya tentang dunia, duniaku, duniamu,
dunianya, demi cinta. Dunia cintah, tertawa atau meludah terserah kau saja. Dunia
cintah. Dunia cintah. Maukah kau mengaku kalah, karena aku salah. Dunia cintah.
Dunia cintah. Wkwkwk, bukan tertawa, aku mengejek semua pembaca. Dunia cintah.
wkwkwk.
Hujan, bahkan
cemburu pada lagu lagu, petir menggelegar, caranya menampar atap, gaduh. Langit sedang berpesta. Aku beruntung, suara
lampu terdengar teduh. Langit langit rumah melindungiku. Sejuk. Meski dingin,
aku berkata, sejuk, kering, menggelinding secantik kelereng.
Jika tuhan mendengarku
di antara riuhnya hujan di luar sana, tuhan bakal tersenyum. Mungkin sambil
menggeleng gelengkan kepala, menemukanku
sedang mencarinya dengan serius, belum
pernah seserius ini sejak aku dilahirkan. Ada yang ingin kukatakan, hanya pada
tuhan. Di antara semua yang kukenal, hanya tuhan yang selalu sendirian
sekaligus paling pengertian, hanya pada tuhan akan kukatakan.
Dunia cintah ternyata ada, meski aku tiada. Ada dunia cintah di mana mana. Di antah berantah. Di surga dan
neraka. Di pusat dan ujung bumi. Di setiap ruas jari tangan dan kaki. Masih ada
lagi, semua pembaca boleh mengejekku sambil tertawa, atau mencari tuhan dengn
serius. Siapa tahu akhirnya bertemu, hanya tuhan yang tahu, apa yang ingin
kukatakan hanya padanya. Hanya tuhan
yang tahu, sungguh.
Hujan masih
lebat, ceritanya belum tamat. Hanya tuhan yang tahu, langit atau aku yang
sedang curhat. Pembaca silahkan menikmati sesat, menghujat, menuduhku penjahat
sekaligus sesat, menyumpahiku tersambar kilat, melontarkan berjuta juta tahi
lalat. Apa saja, silahkan. Dunia cintah. Dunia cintah mengajariku ilmu silat
sekaligus gulat. Dunia cintah mewariskan untukku buku resep rahasia yang tak
akan pernah ditemukan di dunia nyata dan tak akan terbaca di dunia maya. Buku buku yang bahkan sanggup menjadikan
seekor ulat mahir menghidangkan salat sambil menggeliat. Lezat, kaya manfaat
untuk kesehatan jantung dan otak.
Laut ,
jadilah laut, biarkan hanyut, maut pasti menjemput*