Sabtu, 31 Agustus 2013

*

terlalu bodoh untuk sahabatku adalah aku. yang meratapi setumpuk fiksi. kemudian menyesali diri tidak mendapat peran pembantu. tidak yang terburuk. demi masa muda kupilih kebodohan ketimbang sahabat. bagaimana jika penyesalan tidak terlambat, melainkan tak pernah datang. musim nangka berkunjung bersama lalat, berbondong bondong. getah manis. darah amis. kebodohan setia menemaniku di segala musim. kesedihan serupa kebahagiaan, menolak alasan. aku mengecat wajah, merayakan keadaan*

*

aku ingat malam malam penuh nyanyian. senyummu bersinar. aku ingat rasanya sangat dekat. tidak melekat, tapi terlihat dekat. padahal bertahun tahun cahaya terpisah. aku ingat aku mencintaimu, menjadi manusia untukmu. supaya ada bahasa dan kata kata dipertukarkan. aku ingat aku tidak bertanya, tidak satu kalipun bertanya, dan kau menyerahkan segenap penglihatan kepada sepasang mataku. lihat. aku tidak lupa mengingat semua, setiap jengkal lumpur dan suara petikan. kembang dan senar. aku ingat untuk tidak mengingat banyak hal. aroma udara dalam bis yang berlari kencang. rengekan kecil. dan segala yang tidak terbeli. tidak terganti. setiap helai rambut menikmati kelembaban kulit kepala yang menyimpan butiran salju. semua yang duduk dan berpikir untuk berpindah tempat. aku ingat. lalu berdoa, memohon lupa. untuk surga dan semua akan datang, seperti lonceng berbunyi untuk pulang pagi. dengung kegelapan dalam gedung. popcorn, soda gembira. hujan yang dibiarkan menembus sepatu, kaos kaki basah. aku ingat sedang berdoa. lalu kuteruskan mengingat yang seharusnya diinginkan. gemeretak kayu api menemui matahari. berisik dan wangi. aku ingat setengah mati menahan diri dalam lingkaran tidak tergambar. mengayunkan ranting, berpura pura mendengar ucapan pohon pohon kepada angin. aku ingat bagaimana langit terusik malam malam penuh nyanyian. senyummu bersinar*

Kamis, 29 Agustus 2013

*

dalam perjalanan tanpa tujuan. ia sempat merenung. menyalakan kembang api di ujung jari. mengagumi gerimis cahaya berjatuhan. dekat kakinya. ia kehilangan hening. tersentak suara suara yang bukan miliknya. menggerakkan bahu, acuh. mencoba tertidur, meletakkan kepalanya pada sandaran yang duduk tegak, memperhatikan. memperhatikan bagaimana mahluk hidup begitu tekun menghibur dirinya sendiri. pohon, tiang, ladang, rumah berlari kencang di balik kaca. mengejar yang tertinggal. berapa kembang api di setiap ujung jari. ia tidak sempat menghitung. perjalanan tanpa tujuan tidak berawal*

*

hari hari berjalan sesederhana yang sudah sudah. atau kaki mengayun dalam irama berulang ulang. berapa abad sayang. adakah yang hilang. tidakkah sempat terpikir sebelum mengayunkan sabit, atau menekan tuas. untuk menciptakan keadaan dan situasi yang diperkirakan tidak sama persis seperti sebelumnya. seperti ini. seperti itu. ini itu. cuma ini. cuma itu. haruskah tubuh menaruh hormat kepada jiwa jiwa yang saling mendoakan. mendoakan diri sendiri saja tidak becus. jika doa cukup ampuh untuk membunuh seekor serangga saja, apapun namanya, sekecil apapun. dunia akan gemerlap. tapi sekarang masih gelap. malam masih panjang. kenyamanan paling sempurna adalah mengumbar kata kata. basi tapi merdu untuk mata. seberapa parah kehendak bebas mengurung manusia. apakah aku manusia. hanya idiot yang bertanya dan perlu mendapatkan jawaban. menjadi idiot terlihat sebagai solusi sempurna demi kehidupan dan segala yang katanya berharga.
lawan kehidupan bukan kematian, tapi keabadian.
manusia dewasa kekanakan menimbulkan belas kasihan. kanak kanak berpikiran dewasa mengerikan.
apakah cita cita mesti mulia. menjadi debu. keabadian mengalahkan kehidupan. untuk apa.
kau tidak menginginkan apa apa, tidak menginginkan apa apa. setara dengan menginginkan segalanya.
kau tidak menginginkan apa apa. serupa kuburan, timbunan tanah yang konon membebaskan jiwa. aku merasa pernah mati, sedang mati, atau mati. apakah cukup menerangi, memberi keterangan tentang waktu atau pekerjaan yang tidak tertulis pada kalimatku. untuk apa kuteruskan ini, setelah kesadaran menamparku.
kau tidak menginginkan apa apa. keterangan yang tidak menerangkan, tidak berakhir kegilaan. tidak menyerang tidak bertahan. udara sejuk dalam gua dan kehidupan bergema. kau tidak menginginkan apa apa*

Senin, 26 Agustus 2013

*

kapanpun ada waktu, kita harus bicara panjang. tentang tahi kucing, bagaimna rasanya. baunya sangat parah. atau mereka lagi lagi cuma asal bicara. tanpa berani mencoba untuk membuktikan kebenaran sebuah kiasan. atau mereka sebetulnya tidak pernah jatuh cinta. tidak suka coklat. paranoid kepada binatang, yang lagi lagi, katanya pembawa virus. atau sederhana saja, mereka tidak mengenalmu. tidak tahu rasanya memandangimu diam diam dari berbagai jarak dan sudut sambil mati matian menahan diri tidak menyentuhmu. mencicipi tahi kucing kukira rasanya tidak separah itu. kukerjakan dengan senang hati kapanpun kau mau bicara panjang denganku. aku sangat suka coklat. coklat terlezat yang melekat di sudut bibirmu. semua kucing juga tahu*

Minggu, 25 Agustus 2013

*

jika baik dan buruk adalah dua hal yang berebut ruang maka mahluk berakal tidak lebih dari sekeping koin yang dilemparkan, dalam sebuah permainan membosankan. menyedihkan. sebagai penguasa yang maha kuasa, apakah tidak terhina saat kekacauan terjadi dan siput siput berkata, kehancuran bukan kehendaknya. ada kelalaian atau ketololan atau kesalahan di luar rencana. apakah masuk akal. memangnya akal macam keranjang atau lorong untuk dimasuki segerombolan pengecut. aku merasa kau kesepian. sangat kesepian, persis aku. bikin onar untuk menarik perhatian, hingga putus asa, berharap ada yang berkata, hanya dia, hanya dia yang bisa. hanya dia satu satunya. aku sangat tidak suka menjilat. pekerjaan mulia, bagian dari keintiman. anjing dan kucing selalu manis pada saat sedang menjilat bagian tubuhnya sendiri, menguraikan bulu kusut, luka dan kejenuhan. terpujilah bangsa binatang yang menjilati dirinya sendiri, daerah kekuasaannya sendiri. kubayangkan rasanya senikmat mandi air hangat setelah menempuh perjalanan melelahkan. aku sangat tidak suka menjilat. apa gunanya peradaban, penemuan sendok. apa gunanya menjadi penguasa yang maha kuasa. aku tidak butuh tanda. tanda mata, tanda tangan, tanda lahir, susah kutemukan cara menjelaskan apa namanya juga belum pasti. bagaimana rasanya bicara dengan mahluk macam ini. hasil karya sempurna maha kuasa. serupa anak anak balita yang bangga pada buah tangannya, senyumannya menyilaukan matahari terbit*

*

rerumputan tidak diam ketika terinjak. bunga bunga bicara waktu diusik..
mereka tidak sakit, tidak menjerit, cuma menyatakan sesuatu yang tidak terpahami. terlalu sulit untuk percaya, bahasa cinta sungguh ada. kaki dan tangan bukan penerjemah. telinga dan mata sibuk mendengar dan melihat, suara dan gerak. rerumputan dan bunga bunga tidak menggunakan bahasa tubuh atau isyarat apapun. begitu pula batu dan bintang jatuh, bumi dan langit. cinta punya bahasa untuk bicara dengan dirinya sendiri, hanya dirinya sendiri. sekarat tidak berarti antara hidup dan mati. sepekat tidak gelap. sekilas panjang. sekerat bir hitam. apa. jiwa dahaga terhanyut samudra. seekor kepik di lengan bajumu jatuh iba untukku. segenap rerumputan dan bunga bunga tunduk padamu*

*

sudah berapa lama senja memandangiku. ia menghitung waktu pada pelipisnya. tanpa angka. aku ingin tahu seberapa lama ia menungguku mengusap keningnya. aku tidak sibuk, cuma enggan minum anggur. musim panas cukup menghangatkan. membujukku untuk berhenti untuk menikmati apa saja yang belum mati. terlebih kesulitan kesulitan kecil yang membuat daun daun menggeleng. bahan bahan untuk seloyang kue keberuntungan. kalau mau, kupuaskan senja dengan satu kerlingan mata. banyak bulan di langit malam, terbit bersamaan. serupa pola baju dalam yang menciptakan tawa. jenaka. jenaka. senja kehilangan kata*

Jumat, 23 Agustus 2013

*

yang gila tahu cara meruntuhkan dunia yang bukan miliknya. membangun dunia hanya dengan miliknya. adakah cara untuk mendekati kesempurnaan yang lebih sempurna dari pada tidak mengenal kesempurnaan sama sekali. apakah kesempurnaan. kenapa perlu. yang gila tidak menanyakan itu. serupa banyak ilusi yang menghantui. ksbersihan. kesehatan. keamanan. kenyamanan. sudah tentu kewarasan. satu satunya kegilaan yang dapat kugenggam adalah, selalu kubayangkan kenikmatannya setara mencintaimu. lebih dekat ke arah kesempurnaan pada saat kauludahi aku beserta kegilaanku. sayang masih jauh dari itu. yang gila tidak tahu itu. yang tidak gila tidak mau tahu itu. gila gilaan itu*

*

sepasang telinga dirancang untuk menampung segala macam suara. mozart dan monata. guntur dan bisikan udara. tak ada rintangan yang tak sanggup diterjang sepasang telinga siapa saja untuk mendengar. diam atau berteriak, hanya satu kalimat yang mencoba didengar apa adanya. seperti cinta. seperti cinta. cinta seperti apa. seperti apa cinta. blues dan jas adalah nada atau sejenis pakaian. betapa kata tergila gila pada makna. tak akan kuiris telingaku supaya kau percaya. sepasang telinga, tidakkah terlihat mirip sepasang sayap pada kepala. sayap tanpa kepakan, menerbangkan yang tidak kelihatan. sepasang telinga tidak tersenyum atau merengut. tidak di dalam gedung. tidak di tengah pasar. tidak di manapun.  kerinduan merayakan kerinduan*

*

ketika kehilangan waktu dan kedipan bintang itu. mataku menjadi puisi untuk memancing segenap caci maki. yang lebih mesra dari semua syair. apakah ada dusta yang indah, yang terindah. kecintaan punggung tak bersayap kepada angkasa. kekanakan ya. bisakah menyaingi celotehan bayi. ketika menghirup tengkuknya membuatku menjadi induk, memiliki sepasang tanduk. lonceng perak bersuara jernih berdering setiap kali kugerakkan kepala. sebelumnya tak pernah kutahu ada yang mau memberi segalanya, segalanya yang tiada dipunyai. kekanakan ya. gunung tidak pernah merayakan ulang tahun. tidak bergabung dalam naungan api unggun. waktu senggang akan datang. sekedip bintang. jamur panggang menghapus kelaparan. di dekat mata air tak ada cermin. jernih mengucur, berbusa, gelembung pereda dahaga*

*

bukankah yang terindah tak pernah terangkum dalam kata. keindahan kata kata hanya sebingkai jendela. tidak pernah mampu menjadi segala yang berada di dalam atau di luar. tidak mengurung atau membebaskan. jadi tolong beritahu aku, kalau kau tahu sesuatu yang lebih dari kata kata yang mengikat kita. ruang dan halaman dalam sebingkai jendela. kau atau aku dalam kesunyian bahasa.
aku rindu mati dalam pelukanmu, di dalam atau di luar setelah meruntuhkan semua jendela*

Kamis, 22 Agustus 2013

*

sekali saja. seandainya sekali saja boleh kukatakan dengan sungguh sungguh, aku tidak tahu. maukah kau mendengarku, dengan sungguh sungguh. aku tidak tahu. detak jantungku. bau angin. gerak udara. warna tanah atau angkasa. aku tidak tahu. ukuran telapak tangan atau kaki. warna mata atau rambut. suara suara dari dalam dada. aku tidak tahu. berapa kali sudah kukatakan, bukan sekali pasti. seandainya kau dengar. aku sangat ingin mengatakannya setiap kali. melihatmu mendengarku. aku ingin tertidur dalam mimpiku. nyanyian apakah. hujan, malaikat, seikat kembang, sebutir debu. lagu cinta. aku tidak tahu. tidak ingin tahu. kau mendengarku. aku tidak tahu. tanah mungkin mengingat irama setiap langkah. setiap tetes yang terjatuh dari mata. satu matahari. sepasang mata. mungkin saling memandang, membayangkan pengetahuan. aku tidak tahu. lagu cinta. aroma lantai kayu. segelas madu. kau mendengarku. aku tidak tahu. mungkin aku pecah menjadi sesuatu*

*

sekelompok ikan berenang beriringan bergerak meliuk bersamaan, searah, seolah satu tubuh. adakah seekor ikan saja di antaranya dapat melihat gerakannya atau gerakan ikan lainnya, atau gerakan kelompoknya. tanpa memisahkan diri dari kelompoknya. kenapa seekor ikan mesti ingin melihat. setiap ekor ikan berenang dalam kelompok ingin selamat. apakah penglihatan bermanfaat, cukup berharga untuk didapat dengan mempertaruhkan keselamatan. ikan ikan kecil berenang berkelompok demi keselamatan karena dorongan naluri, atau belajar dari pengalaman pendahulu mereka. sepertinya ikan ikan bijaksana. ataukah kebetulan.. serupa permadani berwarna perak melayang layang di lautan, berkilau, melambai gemulai, menari. ikan ikan seperti sangat menikmati rasa aman dalam kebersamaan. teman, banyak teman, apakah ikan ikan mengenal teman teman seperjalanannya, dalam kelompoknya. tanya laut. tanyakan pada laut. apakah laut pernah mendengar percakapan sebelum kesepakatan. tentang arah, kecepatan, getaran, atau apapun. percakapan sebelum gerakan atau arah berikutnya ditempuh. permadani perak melayang layang di lautan. seekor ikan besar bergigi runcing, predator selalu datang mendekat, berhasrat mengoyak keindahan, juga semata mata karena rasa lapar, naluri mencintai kehidupan. tiada apapun yang lebih berharga dari pada ruang dan celah. juga di lautan. permadani perak pasti akan hancur, menghamburkan serpihan perak. sejenak. cuma sejenak. kemudian utuh kembali. serpihan yang tercerai berai saling mendekat, menyatu kembali. seolah olah kehilangan sebagian dari dirinya tidak berarti. lautan melihatnya berkali kali, dari abad ke abad, permadani perak segera utuh, menari nari kembali, mengulang atau menciptakan gerak dan arah. apakah keabadian mempunyai arti*

Minggu, 18 Agustus 2013

*

bagaimana tuhan bisa begitu tidak peduli.
tuhan mencintai.
kausamakan dirimu dengan tuhan.
aku mencintai..
kau berdalih.
aku mencintai.
aku juga mencintai.
aku tidak peduli*

*

ada jutaan bintang berkerumun di dekat mataku, dalam rongga kepalaku. aku sehat. hanya saja berjuta juta benda bersinar sangat terang tidak pernah lelah bergerak ke segala arah. sinarnya menyilaukan. tidak mampu kuhalau kendati kupejamkan mata rapat rapat. maka aku melotot saja. berharap jutaan bintang melihat ke luar, berkehendak berada di tempat dan ruang lebih luas dariku. di luar sana lebar dan lapang, jutaan bintang bisa bergerak dengan bebas. sayangnya tak satupun bintang mengerti, berjuta juta bintang, tak satupun mau ke luar meninggalkanku sendiri. pangkal hidungku terasa sesak, tersumbat ingus. apakah bintang memiliki hidung. tak satupun keberatan berdesakan di dalam kepalaku, lendir kental dan hangat seakan akan sesuatu yang bikin aku tambah menarik untuk dikerumuni bintang bintang. ini pilek, kucoba bicara dengan mereka. mereka seperti tidak paham. ya sudah. bintang bintang mungkin suka kemeriahan bunyi nafasku, atau kehangatkan di keningku. aku pasrah, sambil berharap dengan sangat dan diam diam, jutaan bintang tidak benar benar memenuhi rongga kepala. masih tersisa celah, cukup untuk kau saja. semoga kau juga tak keberatan berdesakan dengan berjuta juta bintang. kalaui mau, bisa kauayunkan tanganmu untuk membuat jejak lintasan cahaya, atau menenggelamkan satu jarimu ke dalam terang, menciptakan riak dan gelombang sinar. akan kupandangi hingga mataku letih. pasti senang sekali melihatmu mempermainkan berjuta juta bintang. senang yang menenangkan mungkin lama lama membuatku terlelap. jutaan bintang bintang mungkin mau pulang kalau aku terlelap. aku tidak peduli kalau gelap. aku berkata, ingin kaudekap*

*

aku pernah mempunyai cita cita. persis kanak kanak lainnya. ingin menjadi dokter, guru, petani, perawat, pemain drama, pelukis, penyanyi, penulis. hampir semua profesi pernah kuingini. sudah terlambat untuk meralat cita cita saat dewasa. kupaksakan juga, ingin menjadi diri sendiri, ingin semua cita citaku datang menghampiri saat kuacuhkan mereka. sudah terlambat atau tersesat. merasa tidak sanggup menjadi diri sendiri. karena rumit atau istimewa, adalah tipuan pikiran atau semacam penghiburan untuk mamaklumi kegagalan. akhirnya selalu ingin masa kecilku kembali berharap menemukan cita cita, mengejar, menikmati, setiap gerak dan suara tepat pada waktunya. segalanya yang begitu kecil dan memikat hati lebih mudah disentuh dan digenggam tangan tangan kecil. kalaupun menjadi kebodohan atau kepicikan tak akan mengurangi kepuasan. ketika kecil setiap langkah terasa besar. jika ibuku ada di sana, ia akan tertawa bahagia untuk setiap langkah kecilku yang tertatih, terjatuh berkali kali, demi menempuh sejengkal jarak ke dalam rentang kedua lengannya. sudah terlambat untuk mengingatnya. lebih baik terlambat dari pada tidak. ibu paling bahagia adalah ibu yang tahu, anak anaknya tidak berharap lebih dari setiap langkahnya, menggenggam, mengamati dan megagumi segala yang tersentuh ketika langkah terhenti*

Sabtu, 17 Agustus 2013

*

aku selalu salah. seluruh semesta boleh musnah atau tercipta demi kebenaran. aku cuma tahu rasanya hidup dan mencintaimu. selamat tidur, kubisikkan untuk matahari terbit*

*

mungkinkah melupakan warna langit. warna langit bukan hanya biru. kapanpun dilihat warna langit tidak sama seperti yang pernah dilihat sebelumnya. mungkinkah melupakan sesuatu yang bukan hanya sesuatu setiap waktu. di dekat laut kutanyakan padamu, mungkinkah melupakan warna langit, sebentar saja, saat memandang gelombang memainkan bayang bayang cahaya.
ada begitu banyak hal penting ingin kukatakan, sangat sulit memilih yang mana yang penting yang mesti kukatakan ketika kau begitu dekat. hanya tuhan yang tahu waktu paling tepat. aku hanya menebak. mencari celah dan arah. hanya untuk bertanya, mungkinkah melupakan warna langit.
kau tidak akan berkata, langit yang mana. langit tidak ke mana mana. memperhatikan aku terbenam dalam. semakin dalam ke laut atau sesuatu yang kukatakan padamu pada saat begitu jauh menjadi sesuatu dari waktu ke waktu.
langit berwarna rindu. mengapung tenggelam berulang ulang kupandang. sepanjang gelombang. kutanyakan, mungkinkah kupertanyakan keraguanku, mungkinkah melupakan warna langit*

Rabu, 14 Agustus 2013

*

kucingku selalu bicara memakai satu suku kata, miauw atau ngeong. dengan nada berbeda. sungguh sungguh bicara, setiap suku katanya mengandung makna, maksud dan tujuan. kujuluki ia kucing jepang atau korea. ia bicara saat baru sampai di rumah. melenggang dari pintu atau melompati jendela ia bersuara miauw atau ngeong berulang ulang. persis tokoh tokoh pada film film jepang atau korea di televisi yang berseru, aku pulang, ketika memasuki rumah. luar biasa. ia juga bersuara serupa ketika lapar sampai kuberi makan. ketika haus sambil bertengger di tepi bak mandi, sampai terpaksa kutinggalkan apapun kerjaku untuk mendatangi kamar mandi demi menyuguhkan segayung air. caranya minum sangat unik, menyentuhkan ujung lidahnya pada permukaan air. tidak peduli sedang sangat kehausan ia cuma minum dengan cara sama, meneguk sedikit demi sedikit air yang terbawa ujung lidahnya ke dalam mulutnya. ia seekor kucing. entah kenapa saat menatap matanya aku selalu merasa ia mengerti. matanya cantik, seperti pada umumnya mata kucing peliharaan. lebar, jernih, warnanya mirip capucino sebelum diaduk.kadang kadang ada belek di sudut matanya, kalau sempat akan ia bersihkan dengan kaki depannya yang ujungnya telah dijilati dengan tekun. kebiasaan yang biasa seekor kucing, bisa jadi luar biasa untuk seorang manusia. pernahkah seekor kucing memikirkan eksistensi. aku tak akan pernah tahu. seekor kucing telah ada untukku, atau aku ada untuk seekor kucing. kucing itu bicara dengan satu suku kata yang diulang ulang, kali ini atau seringkali aku mengerti atau tidak mengerti makna kata katanya. seekor kucing berbunyi, bukan bicara. kucing tidak terganggu, tidak peduli, aku manusia, ia kucing, tidak ada bahasa menyatukan kami. kucing terus mengeong, aku bicara padanya. mungkin untuk menyenangkan hidup kami, atau saling memberi kesenangan satu sama lain. ngeong. ngeong. ngeong. baru pulang, dari mana saja, belum makan, gimana gebetannya, menang berantemnya. ngeong ngeong ngeong. pus pus pus*  

*

caraku berpikir memuakkan. caramu tidak lebih baik. perbudakan abadi yang menipu dunia dengan lihai. aku sering lupa, bahkan tidak ingat sama sekali, tentang dikendalikan atau mengendalikan, pikiran. kalau gunung, sungai, awan, bunga, bahkan batu batu tidak pernah atau jarang menjengkelkan, karena mereka tidak berpikir, paling tidak mereka tidak menyatakan apapun pikiran mereka. kenyataannya pikiran adalah dosa sebelum dosa. jika dosa memang ada. salah sebelum kesalahan. jika memang ada yang salah. tiada apapun selain pikiranku yang bisa menyesatkan sehelai ranbutpun. semua cara berpikir memuakkan adalah salah satu penyesatan ke jalan kesadaran. bersesat sesat dahulu, tersesat kemudian. kurenungkan bentuk otak pada gambar gambar anatomi tubuh manusia. jelas memuakkan, kelabu, tidak keruan. seseorang yang mengatakan menyukai kecantikan dan ketampanan setelah memandang wajah manusia sangat bisa dimaklumi. seorang pengagum kecerdasan akan kehilangan deskripsi kekaguman ketika memandang otak manusia. tentu saja, begitu seharusnya. otak tersembunyi dalam tempurung kepala, ditutupi kulit yang tertutup tak terhitung rambut. bukankah segalanya diciptakan dengan makna, maksud dan tujuan khusus. tidak sembarangan. apa makna, maksud, dan tujuan menyembunyikan otak dari pandangan mata. secara langsung sekaligus terselubung. banyak alasan selain bentuknya tidak bagus, sangat banyak, tapi salah satunya tetap itu, bentuknya tidak bagus. jika kukatakan aku sangat tertarik pada cara pikirmu, bukan berarti aku bersedia memandang otakmu, tidak berminat sedikitpun walaupun cuma sedetik. sesuatu dari mana pikiran berasal dan berpusat, sumber denyut kehidupan, bentuknya tidak bagus, tidak menarik untuk dilihat. tidak menarik untuk disentuh. mungkin karena aku bukan dokter spesialis bedah otak. dan caraku berpikir memuakkan, pernyataan itu membebaskan dari kewajiban moral untuk menyukai bentuk fisik otak. moralitas dan estitika mestinya sejalan. bentuk otak adalah penyimpangan. memuakkan. hasil kerja selama kurang dari satu jam. memuakkan. beruntung sempat kupikirkan dengan caraku berpikir. memuakkan. muak. ahlak. dahak. jarak. arak. bapak. anak, tidak termasuk di dalamnya  hak. bak. tak. mak. semua kata kata yang berakhir dengan ak, macam senapan*  

Senin, 12 Agustus 2013

*

harus kaupatahkan hatiku berkali kali. agar kutanam kembali. ia akan tumbuh serupa tapi tak sama dengan yang lalu. kau akan mengingat dengan riang, melihat penuh minat. yang jauh dan dekat. yang rapuh dan teguh. yang tak berbentuk dan utuh. yang sia sia dan tak pernah lelah*

Minggu, 11 Agustus 2013

*

ketika sungguh sungguh mencintaimu, mungkin aku tak ingin melihatmu. aku cuma ingin kaulihat, betapa aku mencintaimu.
mungkin seperti matahari atau bulan.
tidak. mungkin seperti kau.
seperti aku.
seperti aku*

*

ada yang lebih baik dari pada berdoa : tidak berdoa.
hanya manusia berdoa, menyangka segala datang untuknya karena kalimat kalimatnya. jika demikian alangkah sedihnya ia yang tidak pernah didengar. ia tak pernah berdoa. hendak ditujukan kepada siapa doa doanya jika semua doa tertuju padanya. ia mendengar segalanya, mendengar lebih lantang yang belum terkatakan. serupa ibu mendengar tangisan bayinya, ia akan mendekap dan berbisik, sudahlah aku di sini, selalu, tak usah risau, aku mengerti. jika si bayi belum menghentikan tangis, ia akan mengayunkan tubuhnya sambil menyanyikan sebuah lagu merdu, nadanya menghibur dan menenangkan si bayi, kendati tak satu katapun syairnya dipahami*

*

kucium matamu saat kau tertidur. kiri kanan. kanan kiri. bergantian. serupa caramu memandangku*

*

kalau saja di dunia ini ada yang tidak bersifat dualisme. apakah dualisme kata yang tepat. aku tidak paham tata bahasa. sederhananya mendua. semua mahluk, zat dan benda di dunia mendua. manusia, hewan, obat, pedang. bahkan alat alat makan. selalu bisa baik atau buruk, tergantung ini itu. cape. bahkan sifat tidak mendua masih juga mendua jika digali lebih dalam. tidak ada harta karun di dalamnya, cuma belatung. serbuk emas bisa ditemukan di antara pasir. serbuk emas mengandung pasir sekian persen. di antara bongkahan batu tumbuh batu mulia. dalam permata terkandung unsur bebatuan. tidak ada yang murni. permata mendatangkan kehormatan, kekaguman dan keberuntungan bagi manusia. permata yang sama mendekatkan seseorang kepada kehinaan, ejekan, pastinya kesialan. tergantung manusianya sendiri, permatanya sendiri tidak peduli. apakah dimiliki seseorang bijaksana atau tolol, pejabat atau perampok. permatanya tidak peduli. seperti konsep takdir. getir. tidak ada alasan bagus untuk peduli, tak akan menggeser sebutir batupun di dunia. jadi kenapa aku harus berpikir dua kali. dua juta kali berpikirpun tak akan ada yang berubah. seharusnya menyenangkan menjadi tetap dan pasti. pasti. tetap begini. apakah para jenius di masa silam mengubah segalanya. andaipun bola lampu dan listrik tidak ditemukan. atau ditemukan manusia berbeda, apakah hari ini tidak akan sama serupa hari ini. ilusi berlapis lapis, itulah kebenaran. prasangka untuk membangkitkan semangat orang orang tidak bersemangat. kenapa aku selalu bersemangat untuk meredam gairah dan harapan bahwa hari depan akan sebaik yang kuimpikan. ataukah lebih baik bersikap penuh semangat dan bergairah macam lalat. berputar, hinggap di sana sini, mendengung, bergetar, tidak bisa diam. mungkin lalat yang lincah dan waspada hidup lebih lama. lalat lamban dan cuek mudah tertangkap, terjebak atau terpukul sampai tubuhnya tak berbentuk. tak ada lalat pendiam, lalat tak butuh bergerak anggun, tak mengharapkan pujian. sebagus apapun. lalat tetaplah lalat, tidak pernah menjadi aku. bodohnya menikmati kebodohan, dan tak akan mengubah apapun masa datang telah ditulis masa silam, manusia manusia terperangkap dari jeda ke jeda*

Jumat, 09 Agustus 2013

*

betapa senangnya jadi kelinci atau kuda. mereka selalu cantik, tampan, mempesona. yang paling hebat, mereka suka dan selalu memakan sayuran tanpa perlu repot mengolah. kres, kres, kres, suaranya sangat renyah mengunyah wortel, beserta kulit dan segenap kuman yang menempel padanya. kedengarannya segar sekaligus nikmat, tidak melelahkan. seandainya nenek moyangku sempat belajar kepada salah satu nenek moyang kelinci atau kuda. hidupku bisa jauh lebih indah. praktis dan hemat. kelinci dan kuda mahir melompat dan berlari kencang, manis dan gagah. makin lama semakin besar hasratku untu menyerupai salah satu atau keduanya, kelinci atau kuda. biar saja mereka menuduhku manusia tidak tahu diri. bukan aku yang mau jadi begini seterusnya begitu. sungguh bukan aku, mungkin nenek moyangku. aku cuma ahli waris peradaban yang membingungkan*

Kamis, 08 Agustus 2013

*

syukurlah tak ada sebatang wortel bertanya padaku, bagaimana rasanya mengupasku. dikupas rasanya melegakan, tidak menggerahkan. mengupas tidak ada rasanya, mungkin bosan. tidak sebosan melihat jeda komersial. aku mengupas wortel berbatang batang. bau wortel melekat di telapak tanganku, tak mau pergi, seakan akan ada keasyikan yang bisa dibaca di situ. jingga dan basah, bikin tergila gila. karena aku tahu cuma aku yang merasa bisa mengupas wortel adalah keajaiban. dibutuhkan niat baja, keikhlasan, ketulusan dan kehendak bebas untuk mengerjakan sesuatu yang tidak berhadiah. dan sekali lagi, syukurlah tak sebatangpun wortel bertanya, kenapa kau mengupasku. karena aku tak tahu. mengupas tanpa tahu alasan tepat sepertinya kejam. tapi demi kebaikan. wortel telanjang lebih higienis, siap pakai. salah satu jenis sayuran yang jarang dibenci anak anak. lihatlah alangkah nikmatnya bicara panjang lebar tentang hal hal tidak bermakna. pisauku tidak tajam, tidak tumpul, cuma berfungsi semestinya. jari jari tanganku tidak terampil mengupas, hanya bisa bergerak sekedarnya. pada akhirnya tak ada bedanya. semua wortel kupasanku akan punya nilai lebih setelah dimasak bersama kentang, sosis, bawang dan rempah. satu panci sup untuk mengisi perut. beberapa mangkuk sup untuk menghangatkan lidah, mengharumkan udara. siapa sh penemu wortel, apakah orang yang sama dengan pencipta sup. apakah mereka mendapatkan penghargaan atau penghormatan tambahan dalam hidupnya. sudah pasti bukan aku, yang pertama kali mengupas wortel sambil berpikir, semoga cepat habis. aku perlu duduk, diam, supaya bisa berpikir jernih. berkutat dengan sayuran adalah pekerjaan tidak membanggakan kendati mengandung keajaiban*

*

sudut tidak mengenal sempit. datar tidak mengenal luas. serupa jantung tidak mengenal degupnya sendiri. serupa malam tidak mengenal gelap. aku tidak mengenal kau yang tidak mengenalku. yang saling kenal mungkin saling melupakan, mendekat atau menjauh. kau atau aku, yang bukan kita boleh saling bertatap mata, menemukan bayang bayang yang mudah hilang. aku, kau dan kekekalan tak saling kenal di perjalanan, tak pernah saling menanyakan arah dan tujuan, tak ada peluang saling menyesatkan. sampai tamat*

*

siapa sedang berperang malam ini. letusan dan ledakan membahana menyerbu telinga dari segala penjuru kota. suara tak mengoyak apa apa, kecuali lamunan atau keheningan. begitukah cara mereka merayakan kemenangan, dengan berisik. aku suka sekali. sesuatu yang mengusik keheningan terasa menarik. beraninya ledakan dan letusan bersaing dengan suara angin. angin menyingkir, memasuki kepalaku lewat semua celah yang ada. tidak membuatku merasa masuk angin. betapa keras kerja dunia untuk membuat kesan meriah. langit juga diusik dengan semburan cahaya warna warni berkali kali. siapa mengira tak ada mahluk sebebal dan sedungu aku. yang tidak tertarik untuk meletuskan atau meledakkan apapun untuk menyatakan kemenangan. bahwa suatu ketika perang bisa bersuara sangat dahsyat tanpa jatuh korban, tanpa menumbuhkan pahlawan. sebenarnya saat ini tuhan dan setan sedang berjabat tangan untuk mengakhiri genjatan senjata. besok pagi perang akan dilanjutkan lagi. siapa pemenangnya, sudah pasti bisa ditonton di televisi setiap hari, ratusan kali. satu hal, perang paling mematikan berlangsung tanpa suara, pada semua jeda. suara suara tidak bermakna, serupa peribahasa tong kosong nyaring bunyinya. tidak semuanya. kalau tong kosong berdiam di rumah kosong, sunguh kosong, tak ada satupun mahluk hidup di dalamnya, mestinya tong kosong tidak berbunyi sama sekali. mudahnya menjadi tidak peduli semudah bersimpati. tak ada penghalang untuk melompati batas yang tiada. menyenangkan atau menjemukan, sebaiknya tetap dirayakan*

Rabu, 07 Agustus 2013

*

waktuku untuk mewujudkan setiap impian sepanjang usiaku. seberapa penjang usia, adalah pertanyaan untuk ahli medis sesaat setelah membaca riwayat kesehatan. tidak asyik, persis kenyataan. kaupikir ini keluhan, sebenarnya masih impian. tidak berpindah sedikitpun. aku akan tumbuh cantik, bersemangat, sembrono, dan pantas meraih segala yang terbaik dalam kehidupan. tidak mungkin meleset. kau akan kutemukan. kau akan membuat jalan. kau dan aku akan mengelilingi dunia  dan masih punya banyak waktu untuk membicarakan setiap detail menakjubkan yang mendekat. semua keberuntungan tidak sabar untuk menjumpaiku dalam perjalanan bersamamu. seperti yang pernah kubilang, matahari terbit dan tenggelam setiap hari, berusaha meninggalkan pesan pesan rahasia pada jejaknya di cakrawala. setiap hari tak pernah sama. puncak puncak tertinggi, gunung atau gedung, mencoba mengalihkan perhatianku darimu. lorong lorong dalam perut bumi berusaha memikat minatmu dariku. semuanya mesti bersabar menunggu kita melewatinya sambil bergandengan tangan. kita menyusuri jalan jalan kota kota terindah tanpa henti, kecuali untuk bercinta atau menikmati segelas kopi. adakah yang lebih sulit dipercaya dari mimpi seribu satu malam, mimpi seribu dua malam mungkin. kita tidak macam para pelancong biasa, menaburkan remah remah makanan di manapun, burung burung merpati yang mengantarkan santapan kita ketika kita ingin makan di mana mana.
apalagi, masih ada lagi. banyak sekali. mereka menuliskan kisah kita menjadi buku terlaris dan kisah cinta abadi. mereka melukis kita, menjadi masterpiece. hahaha.
sudah kenyang sayang.
sedikit mual.
sekarang saatnya tidur dengan tenang, melepaskan impian terbang memetik bintang.
duh, kenapa lagi lagi kalimat gombal kodian itu. tak bisa katakan yang lebih berkelas dan orisinil.
atau kau lebih suka versi lain.
kita tak akan ke mana mana. tak ada waktu, tempat atau apapun yang setara harganya dengan setiap hari bersamamu di satu bagian bumi yang tidak dikenal, di mana kau dan aku hanya saling memiliki. berdiri bersisian di tepi sungai tak bernama, memandangi penat dan harapan mengalir bersama ke arah muara.dan bukan mimpi. tak ada mimpi yang mampu mencuri tidurku darimu. kau lebih suka ini.
suka tidak suka. sudah biasa.
kau luar biasa. kapan kita ke luar angkasa.
mungkin besok lusa, kalau impian sudah kembali pulang membawa buah tangan permadani terbang.
tapi aku pesan piring terbang.
bukannya kuda terbang.
kasihan kan, kalau semua keajaiban tidak punya kesempatan untuk mengantarmu jalan jalan sambil menggandeng tanganku.
aku tidak mau berbagi mimpi dengan jin penghuni lampu ajaib.
kasihan, ia bahkan tak bisa membebaskan dirinya sendiri.
memangnya siapa yang bisa.
siapa saja yang tidak bisa mengasihani dirinya sendiri. siapa saja yang puas memandangi lampu lampu tidak ajaib. lampu lampu biasa berdebu yang menerangi sembarang ruang dan jalan, hingga meredup atau padam di ujung malam*.



Selasa, 06 Agustus 2013

*

kematian memilihku, atau aku memilih kematianku. mereka yang tidak kenal dan dekat dengan maut tidak sanggup menentukan mana yang tepat. sebaliknya memilih kematian akan jadi solusi menggiurkan pada saat tak ada pilihan. siapa sebenarnya yang sungguh sungguh punya pilihan akan kusetarakan ia dengan dewa. padahal akupun tak kenal dengan satupun dari segenap dewa yang dipercaya sebagian manusia benar adanya. satu satunya dewa yang kukenal adalah diriku sendiri. ketika berada di tengah kebahagiaan akulah dewa kebahagiaan. ketika jatuh cinta akulah dewa cinta. bukan manusia setengah dewa, tapi dewa. dewa. kalau tuhan bakal lebih kacau. kupikir aku sedang mengigau. wajarlah kalau melantur tak keruan. maut, itu yang bikin segalanya jernih. begitu jernih sampai sampai tak ada beda antara nyata dan bayangannya. aku teringat kalimat syahadat yang selalu kuucapkan dengan fasih. beberapa jenis syahadat. semuanya menggetarkan dinding. cuma dinding, bukan kulit, daging, apalagi tulang. lidahku selalu berfungsi sempurna saat mengucapkan semua syahadat. menari nari. seperti bakat alam, seperti dilahirkan khusus untuk menghafal dan mengucapkannya, untuk menepis keraguan. menghafal dan mengucapkan beraneka syahadat tidak menyesatkan. tapi menciptakan syahadat, menghafalkan syahadat ciptaanku, mengucapkannya dengan lantang di depan khalayak, menimbulkan reaksi luar biasa. membuatku menyandang predikat murtad. hidup itu lucu. ada masanya aku diberitahu bahwa orang orang murtad tak punya syahadat, tak hafal syahadat, tak pernah mengucapkan syahadat. syahadat adalah sakral, ungkapan iman. lihatlah, setiap kata jadi terdengar serupa nama seseorang. dunia memang pernah jungkir balik, selalu pernah jungkir balik. fakta yang akan didapat dengan jelas ketika mengamati bola dunia di perpustakaan atau ruang kelas. sebuah benda padat dan ringan berbentuk bulat dengan warna dasar biru cerah, penuh pola dan garis batas yang di dalamnya diberikan warna warna berbeda. menarik. kupandang sambil berpikir, sebuah bola yang berputar, jika seseorang berdiri pada satu titik di permukaannya, pastilah ia pernah jungkir balik di setiap putaran. kecuali kalau sudi kembali ke jaman kegelapan, jaman dunia diyakini datar. konon pencetus ide dunia berbentuk bola dijatuhi hukuman. mungkin karena yang berkuasa pada jaman kegelapan enggan membayangkan sedang berdiri jungkir balik di atas bumi. begitulah, kematian menganggapku eksotis karena sanggup menciptakan syahadatku sendiri sambil jungkir balik  aku ingin tahu apa pendapat pencipta beraneka syahadat lama berselang. bisa saja syahadat syahadat tersebut kebetulan diciptakan sambil berdiri tegak. tak lama lagi mungkin kutemui para pencipta syahadat di dunia lain. menanyai manusia atau mantan manusia lebih urgent ketimbang menanyai tuhan. sebagai sosok yang mana untuknya banyak syahadat menjadi ada, tentu ia tidak gegabah, tidak mudah mengusiknya, waktuku cukup sedikit untuk mengerjakan hal hal yang sulit. mengingat sosok maha kuasa tidak mengacaukan akalku, tidak hingga detik terakhir, kusangka tidak masalah baginya menerima tambahan satu syahadat baru ciptaanku. apakah aku masih bermimpi, kulihat seluruh langit langit tersenyum geli. seluruh langit langit, yang terkurung bersamaku di bumi beserta yang bebas merentangkan lengannya di luar angkasa. semua langit langit tersenyum geli, atau naif. senyum adalah senyum, aku percaya kepada yang tersenyum untukku, kalau tidak salah telah kusisipkan kalimat macam itu dalam syahadat yang kuciptakan. kematian ikut tersenyum, serupa senyuman bayi yang belum tumbuh gigi. hangat, manis menerangi semua sudut dan dinding*

*

ada yang hampir kulewatkan. kain hitam penutup mata. mata memang indera penglihatan, tapi tak ada yang berani mengatakan orang buta tak bisa melihat. kalaupun memang demikian, hanyalah akibat kedangkalan pengertian. penglihatan bukan syarat mutlak kehidupan, kendati aku tidak berminat mendonorkan kornea mataku setelah kematiaanku. aku tidak suka sembarang orang menyentuh bagian tubuhku. tidak semua orang menyukai cara pandangku, biarlah mataku utuh terkubur bersama jasadku. seburuk apapun mereka menilaiku, aku punya batas sendiri, tak ada keinginanku untuk mewariskan sesuatu yang ekstrem macam kornea mata yang sepanjang hidup telah kupakai menentukan langkahku. bukan mataku titik beratnya, tapi selembar kain yang menyelubungi pada saat teristimewa dalam perjalananku sebagai manusia. selubung yang mereka pasangkan pada wajahku untuk meredakan kegusaran yang bukan milikku. bagaimana mungkin manusia bisa bersikap begitu pengecut kepada seseorang yang mereka anggap penjahat yang tidak pantas hidup. mereka membentuk sebuah tim khusus yang bekerja dengan sangat serius dan hati hati untuk mempersiapkan kematianku, satu orang yang mereka setarakan penyakit atau parasit. mereka cemas akan terjangkit atau tercemar, ideologi, idealisme, moral, anarki, apapun yang melekat padaku. mereka meragukan hasil tes kesehatan yang mereka lakukan sendiri. aku sehat, jiwa dan raga, itu harus mereka yakini sepenuhnya sebelum memutuskan hukumanku. aku maklum, semua manusia mudah bingung sebelum bersedia menjemput maut. sudah kulampaui. semua kerja keras mereka, tidak pantas untuk kucibir secara terang terangan. kelak saat sudah terkubur, aku punya cukup banyak waktu ngobrol dengan mahluk mahluk penghuni tanah, misalnya cacing, kepengecutan manusia bisa jadi bahan obrolan seru dengan cacing cacing yang berkerumun dekat jasadku. kupertimbangkan untuk meminta waktu mengucapkan kalimat perpisahan. ah, aku tak setega itu, mereka sudah cukup tersiksa selama berminggu minggu, tanpa perlu mendengar hal hal yang pastinya hebat dan mengejutkan yang akan kusampaikan, bisa bisa mereka kehilangan kesadaran, aku tak ingin kerja keras mereka sia sia. bagaimanapun mereka telah menciptakan keadaan yang membuatku merasa lebih berpengaruh dari pada seorang kaisar. biarlah aku berterima kasih dalam hati saja untuk segala perhatian dan penghormatan yang mereka berikan sebelum ajalku. sebaiknya memang mereka menutup mataku, sama seperti mereka dan semua orang, sebelum wafat aku ingin meninggalkan banyak amal dan kebaikan untuk dikenang. yang akan sangat mudah kukerjakan dengan mata tertutup. menutup mata satu manusia juga lebih praktis dan masuk akal ketimbang menutup mata banyak orang. bertahun tahun kemudian mereka akan memahami kenapa aku begitu penurut dan pendiam pada saat saat terakhir. mungkin juga tidak pernah sama sekali. tak ada urusanku, bertahun tahun kemudian aku tidak lagi harus hidup bersama mereka. beberapa jam kemudian atau beberapa menit.nanti, mereka bisa bernafas lega, akhirnya perkerjaan selesai juga, atau tidak pernah lagi. tak ada inginku untuk bertanya kepada kain hitam penutup mataku*

Senin, 05 Agustus 2013

*

untuk menaklukkan hidup tidak perlu bersekongkol dengan maut. lagipula hidup bukan binatang liar yang harus dijinakkan sebelum bisa ditunggangi. manusia sehat dan bersemangat selalu suka jalan jalan. jalan jalan dengan ditemani tunggangan rasanya lebih nikmat, tak bikin lelah, lebih terhormat pula. jalan jalan menunggangi kehidupan, alangkah megahnya. cara untuk menjadi penguasa dunia. panguasa dunia, sekecil apapun dunia yang dikuasai. kekuasaan yang dikerjakan dengan benar, alangkah besar manfaatnya.
masalahnya standar dunia, kekuasaan, kebenaran dan manfaat sangat tidak baku. hanya semili meter saja bergeser akan menghasilkan pemahaman dan cara pandang tidak sama.
masalahnya adalah menjadikannya masalah.
sebagian besar atau kecil juga tergantung statistik, anak usia belasan yang bersekolah di negara negara maju sudah pernah membaca camus.
di sini, sebagian besar atau kecil, anak usia sekolah dasar sudah sering membaca kamus.
tidak ada masalah kesenjangan bahasa di antara kita.
tentu, kita sedang ngobrol tentang bacaan anak anak yang belum dewasa.
anak anak bebas membaca apa saja. mereka semua si kecil manis sedang sibuk belajar menalukkan kehidupan dengan menunggangi kuda kudaan, mengayunkan pedang pedangan, membidik dengan pistol pistolan. setelah tumbuh dewasa tak ada anak anak sempat mengingat sebanyak apa manusia berhutang rasa aman kepada mainan.
manusia dewasa bermain dengan lebih sungguh sungguh, dengan manusia dan benda benda yang diciptakan bukan untuk dipermainankan. apakah masalahnya.
masih sama. masalahnya adalah menjadikannya masalah*


 

*

kau perlu seorang pendeta atau ahli agama, atau kau ingin seorang pendamping. nada bicaranya seperti bertanya. aku tidak percaya seseorang yang telah dipilih untuk menyampaikan kepastian eksekusi harus merendahkan diri serupa itu. bertanya kepada terpidana mati tentang keperluan atau keinginan menjelang ajal. aku sengaja diam, untuk melihat kelanjutannya. apakah manusia di hadapanku benar benar merasa lebih beruntung karena tidak tahu atau belum tahu kapan akan menemui maut. atau lebih buruk lagi, manusia tersebut larut, hanyut dalam rasa simpati, tidak berdaya dan berharap tidak sedang berhadapan dengan sesuatu yang hampir pasti. alangkah panjang dan rumit jalan yang mesti ditempuh untuk menjadi manusia yang boleh mendapatkan informasi tentang kematiaannya sendiri, kapan, di mana, bagaimana. aku telah menempuhnya dan tiba di ujung. hadiahnya tak terbeli, tak terganti, setara hukuman mati. kucoba membayangkan apa yang dikerjakan atau dipikirkan oleh orang orang lain yang pernah berada di jalan ini. kiranya cukup sulit, tak ada terpidana mati yang bisa ditanyai dalam keadaan hidup sesudah eksekusi. dan aku berharap menjadi yang pertama, yang terhebat. mendengarkan nasehat dari manusia yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengurus orang lain kurasa sangat menyedihkan. kalau diijinkan aku malah ingin bicara dari hati ke hati dengan salah satu atau semua regu tembak, satu persatu, mereka yang akan menemaniku, mengantarkanku ke dunia yang sama sama belum dikenal, asing sekaligus sangat akrab. kuduga keinginanku tak akan dikabulkan oleh pihak berwenang. pihak berwenang yang kukatakan dengan nada berbeda, yang akan membuat segerombolan pemabuk tertawa terbahak bahak. mereka khawatir kalau percakapan denganku akan mengganggu kejiwaan, melemahkan mental regu tembak yang bertugas membunuhku. memikirkan kemungkinan keadaan macam itu absurd sekaligus menggelikan. dalam hal eksekusi bukuman mati, yang dieksekusi dan eksekutornya menanggung beban sama berat, apakah benar demikian, tak bisa kutanyakan, situasinya menunjukkan gejala ke sana. para algojo sering kali terdiri dari manusia manusia yang dikucilkan dirinya sendiri. aku tahu pasti aku akan mati, anggota regu tembak tidak tahu pasti apakah akan menjadi pajangan atau seorang pencabut nyawa. peluru dari senapan siapa yang akan mengoyak kehidupan. bisakah manusia yang tidak tahu terbebas dari rasa ingin tahu dan tanggung jawab. jika bukan dengan pemegang senjatanya, bagamana dengan senapannya atau pelurunya. aku juga tertarik untuk bicara dengan mereka, apa saja yang akan berada paling dekat di saat saat paling sempurna yang akan segera kujelang. para petugas akan mengira aku sangat tertekan sampai mau curhat dengan benda tak bernyawa. betapa buruknya perkiraan orang orang yang belum tahu bagaimana cara terbaik memandang hidup. sama seperti simpatiku kepada para calon eksekutor, aku juga ingin memahami bagaimana perasaan sepucuk senapan dan sebutir peluru yang mau tak mau mesti berhadapan denganku. sebutiir peluru yang mau tak mau pasrah dilontarkan kuat kuat menembus kulit dan dagingku. bagaimana sebutir peluru harus mengorbankan dirinya menjadi maut, kemudian terperangkap pada tubuhku. pada akhirnya dengan pertimbangan cermat dan hati hati yang hanya bisa didapat pada saat saat menjelang ajal, aku hanya akan meminta beberapa lembar kertas beserta alat tulis kualitas terbaik. untuk membuat jurnal. seseorang yang begitu serius hingga pantas dijatuhi hukuman mati sudah pasti berkepribadian tangguh, tidak cengeng, praktis dan efisien. jenis manusia yang cenderung lebih bersahaja dan matang dari orang kebanyakan. cocoknya membuat jurnal, bukan catatan. mereka seharusnya tahu bedanya. aku bukan gadis remaja yang berniat mengumbar apa yang disebut sebagai isi hati dalam buku diary. jurnal untuk mencatat segala yang penting, segala yang layak diperhatikan dan bermanfaat untuk kehidupan. tak ada yang lebih paham tentang hal hal macam itu selain seseorang yang tahu pasti tentang takdirnya sendirinya. semuanya begitu mengagumkan, kenanganku pada aroma baju tidur ibuku, luka pertamaku, perayaan kemenanganku yang pertama, demam paling parah, dendam, rindu, beberapa ciuman dan makian, kesunyian pelarian, apa saja yang tidak akan kutuliskan dalam jurnal.    
pada waktu yang tepat aku akan berjalan, dan satu satunya yang harus kulupakan adalah siraman rohani yang tidak pada tempatnya, yang mereka berikan dengan harapan aku akan mati dengan tenang. bahkan tanaman saja hanya butuh siraman hujan. sunggub ironis, mereka yang sangat butuh membaca jurnal yang akan kutuliskan, supaya lebih tabah dan diringankan hukumannya. bukan aku. aku tak perlu apa apa, semua sudah diberikan padaku dengan berlimpah, lebih dari yang kuharapkan. manusia pemilik kehidupan sempurna, dengan awal dan akhir tak bercela. sempurna karena kupahami tanpa hasrat dan kehendak mementingkan diri sendiri. aku berjalan ke arah mana tangan tangan gaib menuntunku dengan gagah berani*

Jumat, 02 Agustus 2013

*

untuk manusia, alangkah mudahnya terjerumus ke dalam lubang yang sama. keledai saja bisa. manusia mana sudi ;lebih pandir dan tidak becus dari keledai, dalam hal berjalan melewati lubang atau terjatuh ke dalamnya. nasehat seorang tua sambil menahan liurnya.
orang orang manggut manggut, mengangkat lengan. mengirim isyarat hendak bertanya.
silahkan yang duduk paling belakang, sebutkan nama, usia dan pekerjaan. sebelum bertanya.
tapi kenapa untuk bertanya saja mesti menyebutkan identitas.
bukan untuk bertanya, untuk mendapat jawaban tepat, persis seperti yang ingin kaudengar.
kalau begitu aku sudah tahu, tak perlu bertanya lagi.
penanya berikutnya, silahkan.
nama bla bla bla. usia bla bla bla. pekerjaan bla bla bla. siapa nama keledainya, berapa usianya, apa pekerjaannya.
kini orang tua mengangguk angguk, pertanyaan bagus.
tepuk tangan gegap gempita memenuhi gedung. bukan hanya tangan tangan manusia yang bertepuk. juga semua muka binatang yang tiba tiba terlihat muncul dar bawah meja dan kursi, dari balik peti peti logistik yang tertata penuh selera di sekitar panggung.
ada yang berulang tahun.
lagu panjang umur. binatang binatang melepaskan wajahnya untuk meniup lilin.
acara selanjutnya potong kue, melahap potongan masing masing.
keledainya tidak kebagian potongan kue karena tidak menghadiri pesta.
tak ada yang ingat untuk bertanya.
orang tua bermurah hati. di sela semangat mengunyah, orang tua mengatakan logika searah tema percakapan yang mengewali segalanya, kita tunggu saja sampai keledai berhasil keluar dari lubang, hakekat seekor keladai akan membawanya segera terperosok kembali di sini.
tepuk tangan bergemuruh kembali*


Kamis, 01 Agustus 2013

*

angin menggigil waktu kukatakan kutiupkan bisikan, kau dingin. rasakan, kau dingin. kasihan kau tak bisa merasakan hembusanmu sendiri. kau yang menggigil, aku yang dingin. macam konsep keadilan yang bergetar pada spanduk, berjalan beriringan menemui kawat. di mana rasamu. rasaku di sana, menjadi jubah maharaja yang telah kuperdaya. telanjang sambil menyalakan ketulusan jiwa, menyangka berbusana paling indah. alangkah sulitnya membersihkan noda coklat pada wajah bayi. semua bayi selalu merasa bersih, murni dan menawan dengan segenap coreng moreng melekat di wajah, leher, lengan, tangan, tungkai, telapak kaki. di mana lagi. di mana saja bisa kujumpai. angin menggigil di dekat salju. angin menggigil mendekati api. menggigil untuk setiap kematian tak terganti, tidak pula menukar satu detik dengan detik kedua. angin menggigil tak kenal dingin. kutumpahkan sampah, sebelum atau sesudah kupatahkan. kursi roda menggelindingkan angin dalam roda rodanya. lubang telinga menelan gigil demi gigil angin. angin tak kenal dingin. boneka salju menjilati lidah api. lezat sekali jika tak ada mati*.

*

aku baru tahu hamster bisa jadi kanibal. kenyataan sering membuntukan otak atau hati. sebenarnya apakah hati yang dimaksud dalam bahasa sehari hari. apakah organ salah satu organ tubuh, jantung atau hati yang bahasa biologinya bernama hepar atau liver. apakah benar begitu. atau hanya suatu sebutan untuk sesuatu yang tidak kelihatan tapi berperan besar dalam hidup, macam pikiran. aku kagum dengan banyaknya hal yang belum kutahu. butuh waktu seumur hidup untuk tahu, masih saja tidak tahu. otak adalah otak, sel sel kelabu dalam rongga kepala, yang mengatur aksi dan reaksi manusia. kesedihan dan kengerian terasa samar samar, tidak nyata. sku sudah dewasa dan tidak tahu apa apa.baiknya kusalami diriku. dan aku begitu yakin tidak semua yang dikatakan oleh siapa saja adalah kebenaran.satu hal saja, aku tidak ingin, tidak mau, tidak berani melihat beberapa mahluk kecil dan manis sedang menyantap temannya sendiri. kesadaran bahwa semua yang tidak kukerjakan, setiap kata yang didahului dengan kata tidak tadi itu cukup membuatku tidak bersalah. tidak suci macam santa. merasa bersalah. semua cuma  ocehan, dengannya kucoba menguraikan kekusutan otak yang membuntuiku. menjadi manusia bukan pilihan, tidak bisa tidak menjadi manusia.  omomg kosong apa pula ini. bukan dusta, cuma pmong kosong. artikan secara harfiah, omomg kosong. kosong. kosong. kosong. kosong. kosong. kosong.  begitu bunyinya, omong kosong. kosong*

*

kalaupun aku menjadi terlihat serupa hambamu. aku hanya merasa menjadi tuan untuk diriku. untuk yang sedang jatuh cinta, tersenyumlah selagi sempat. nikmatilah senyuman dengan kesadaran setara permata atau logam mulia yang mudah terselip untuk dilupakan. akan tiba suatu pagi ketika tanah dan langit tersenyum sangat ramah, dan kau tidak tahu kenapa. hingga pujaan hatimu mengatakan, lihat, alam semesta begitu sibuk membalas senyumanmu. hari itu adalah hari kemerdekaan yang diberikan setiap tuan kepada setiap hambanya yang setia. cinta melupakan kejatuhan di setiap langkah. tuan dan hamba bertukar tempat, yang satu mengigau, lainnya mendengkur, di balik selembar selimut sehangat langit*