Minggu, 23 Maret 2014

*

kenyataan membuktikan dunia dan manusia butuh musibah. seperti aku butuh kau dan sebaliknya. kau dan aku akan lebih bermutu setelah kita sama sama tahu betapa kau dan aku dapat saling menghancurkan. kau atau aku, boleh takut, boleh mengamuk, singkatnya tak apa melakukan apa saja yang berdampak buruk. kita dapat hancur, tidak lupa mengingat sedikit sekali yang mudah didapat. selalu ada yang lebih, lebih buruk dari yang terburuk ada yang lebih hancur dari kehancuran, meski tak tahu apa sebutan yang tepat untuk semua keadaan tak terduga. kenapa takut, siapa takut, pertanyaan atau pernyataan. bukan cuma tergantung kepada yang berkata, lawan bicara berperan menentukan reaksi. bebas mutlak, memilih sebuah ucapan untuk menentikan apakah kata katamu atau aku merupakan pertanyaan atau pernyataan. bla bla bla...
ya, kau berhasil menunjukkan bahwa, tak ada di antara kita yang sungguh sungguh mengenal dunia, memahami kehidupan, melihat kenyataan, dengan utuh. hanya sepotong sepotong saja. ketenangan dan kecemasan bergantian menyapa, berusaha keras menarik penuh perhatian kau dan aku, berharap menelan kau dan aku bulat bulat ke dalam tubuhnya. kenapa takut, siapa takut.
aku hanya dapat menebak kau akan menjawab, karena, sebuah nama. atau menggeleng ringan lalu tertawa kecil. kalau memang pantas, mestinya aku juga tak bakal terkejut kemudian hancur setelah kautampar lalu kau tinggalkan. semuanya wajar, semua manusia normal sanggup bereaksi serupa. selanjutnya apa. banyak kemungkinan. kemungkinan paling tidak mungkin, hmm...mungkin kiamat. selain kiamat, segalanya mungkin terjadi. kalau tahu pasti, alangkah tidak seru, tidak lucu pula.
hahaha. pada suatu siang di hari sabtu. aku dan kau pernah janjian ketemu. bersama dan terburu buru menuju gedung bioskop. masih terlambat, film sudah diputar. beli karcis terburu buru. akhirnya, duduk di hadapan layar lebar. film utama baru mulai. mirip betul dengan film yang baru seminggu lalu kita menontonnya. ternyata, bukan mirip tapi sama persis. ternyata, yang kedua, salah membeli karcis. hahaha. alangkah mesra dan bergairah, kau dan aku tertawa. siapa tidak takut, siapa salah beli karcis saat sedang bokek. tak ada di antara kita yang berhenti tertawa. filmnya belum puas melihat dua manusia gembira. bukan ngawur, tapi terburu buru. tidak salah ini dejavu. mungkin kau atau aku, manusia yang bisa memutar waktu. dunia geleng geleng kepala.
bara bara bara. bere bere bere biri biri biri. buru buru buru. boro boro boro. itu lagu buat kau atau aku. mereka mendendangkannya dengan bagus. gara gara itu gunung meletus. kenapa takut, siapa takut. malu malu sama semut. ada yang tetap hangat sepnjang waktu ditengah salju, beruang kutub*