Rabu, 12 Maret 2014

?

untuk apa peduli kepada jendela, ia tak harus ada. terlanjur, tak dapat mengelak takdirnya, atau nasib, silahkan memilih sebutan untuk keadaannya. melekat pada dinding selamanya demi sepasang mata mengembara tanpa tubuh, tanpa sepasang kaki dan tangannya. aku juga tak memilih bertambahnya waktu, pengetahuan, ukuran dan berat badan, hanya untuk mengabaikan perasaan hebat menemukan telapak tangan dengan pandangan, menggerakkan paha dan lutut demi mengenal kesenangan mampu menendang. pelahan semua keajaiban pecah atau pudar, digantikan ketekunan mencari kebahagiaan. pintu, tidak dibuat untuk memahami kebingunngan antara luar dan dalam. dan setiap desah nafas meniupkan satu demi satu keheranan indah, bagaimana segalanya tersedia, menanti yang mencari, yang datang dan pergi, yang sibuk membangun keteguhan dari hukum dan rumus rumus ilmu pasti. aku keluar, aku berkelakar, aku ingkar, aku berikrar. menunggangi sebuah kursi, menjelajahi kutub bumi. seandainya meja mempunyai kepala, pasti mengeleng geleng putus ada. hingga aku dan segala yang tidak nyata tertawa bersama. berderai jauh, amat jauh, sejauh sebuah planet di luar tata surya yang sedang kucarikan nama*