Senin, 03 Maret 2014

*

sinar lampu terasa asing. menatapku dengan bengong, seolah kami tak pernah berbagi ruang selamanya. memang cahayanya berwarna beda. baru kusadari juga kalau cahaya ternyata punya warna, yang sebelumnya begitu hangat dan bersahabat. mata sembab dan hidung basah juga aneh, tak ada sebab yang menyentuh, yang biasanya menjadi alasan sah untuk menangis atau terharu. sepertinya tubuh dan segenap organ organku sedang melancarkan serangan untuk menyudutkan aku. mau unjuk rasa. mau memberontak. mau menuntut hak. untuk diberi waktu. selama ini, sepertinya aku telah berperan sebagai penjajah atau tuan yang tak berperasaan terhadap diriku sendiri. biar. aku tidak minta maaf. tidak pula berjanji bahwa nantinya akan lebih baik. tubuhku harus belajar menerimaku apa adanya. tak ada pilihan. aku dan tubuhku selamanya akan selalu begini. sekali waktu akan kuterima kemarahan tubuhku kepadaku. dan tubuhku tak bisa lari dariku ketika aku sedang bersikap tidak baik padanya. aku tidak tahu apa ada hubungannya dengan kalimat terkenal, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. aku sedang tidak mampu untuk mencari tahu tentang apapun. satu keuntungannya aku merasa ada yang mengubah penataan cahaya lampu dalam setiap ruang yang pernah kukenal, tidak sama*