Minggu, 11 November 2012

rantai makanan

Jangkrik dan teman teman temannya mondar mandir sepanjang lorong sempit dalam kandang kecil. Sekali sekali mengintip malam sehitam matanya, punggung, sungut dan kaki kakinya. Jangkrik tersenyum menyapa maut yang mengawasinya selalu, jangkrik merasa maut mengerti bahwa ia tidak tahu betapa hitam warnanya, betapa lincah gerak kakinya, betapa runcing langkahnya. Jangkrik tidak kenal cemas atau kesedihan. Jangkrik dan maut sama sama tak tahu apakah mereka punya hidung untuk saling mencium ketika bertemu dalam paruh burung. Jangkrik dan maut sama sama menikmati kicauan merdu di luar kematian.
Selain maut, seekor kucing berwarna jingga tak mau jauh jauh darinya, berharap suatu ketika nasib baik jangkrik menjadi miliknya. Berharap turut serta bersamanya mendekati paruh burung. Kucing jingga ingin menerkam maut yang sedang memeluk jangkrik di dalam paruh burung.
Burung meloncat loncat di dalam sarang, berseru riang,"Kalian semua belum beruntung." Burung tak tahu, jangkrik tak mengerti bahasa burung, demikian pula maut dan kucing jingga. Jangkrik dan teman temannya masih mondar mandir sepanjang lorong sempit dalam kandang kecil, tak merisaukan tentang apapun. jangkrik akan menyapa maut dengan tersenyum.
Kucing jingga menggeliat, merenggangkan tubuhnya. Jangkrik sama sekali tak tahu kucing jingga sangat mengantuk, menguap, diam diam mengutuk maut yang tak kunjung mengirimkan burung yang sedang tersenyum*