Senin, 26 November 2012

mmm...

Aku tak tahu apapun tentang hidup, apalagi tentang mati. Aku hanya mengenalmu lalu mengabaikan segala sesuatu. Kecemasan penduduk dunia terdengar bagai dengungan lebah, auman singa, salakan serigala, aku sedang berwisata di padang savana. Apakah di padang savana terdapat kumpulan serangga, aku tidak yakin atau tidak peduli. Dan musim berganti, hujan dan kesejukan, sama sekali tidak sesuai dengan pelajaran geografi. Karena aku mengenalmu, menyimpan rasa aman bersandar di pundakmu. Apakah terlalu sulit menemukan sesuatu seperti kau untuk melupakan kekacauan. Rumah kaca seluas dunia, alangkah indahnya. Kenapa harus mengelak menjadi pandir kalau dengan itu aku bisa selalu menengadahkan kepala dengan bahagia. Dengungan lebah di taman bunga. Kincir angin bersiul nyaring. Dan aku tidak melupakan suaramu. Kau sedang berpikir bagaimana caranya memperbaiki atap rumah sementara aku berselancar di atas awan. Aku tahu satu satunya cara menikmati hutan belantara, memanjat dahan dahan tertinggi untuk terjatuh ke pangkuanmu. Apakah kau sedang mencoba kemarahan paling mesra. Aku sedang ingin dimanja, diajak berdansa tanpa nada, tanpa nama tarian, menginjak kakimu dengan sengaja lalu menatap matamu memerah, membesar. Menjadi telaga sedang mendekap senja. Adakah telaga di lantai rumah. Lukisanku hampir jadi, lihatlah dua ekor kelinci bermain piano di halaman rumahmu*