Minggu, 04 November 2012

bahasa gagak

Burung gagak menundukkan malam dengan lagu kematian. Burung gagak sedikitpun tak percaya ada manusia bergayut pada kehidupan, yang sumbang, beringus dan gatal gatal. Serupa politikus hendak berteman baik dengan semua orang yang masih hidup. Itu menyedihkan dan memalukan, perasaan selembar celana di lantai dansa. Kau bilang itu semua tentang hidup dan meraih sesuatu. Tong tong berkarat kepanasan menunggu antrian. Tapi aku jadi meragukan kemanusiaan semua orang. Dan menyangka diriku unggas dengan naluri yang tidak pernah mendustai diri sendiri. Atau serangga yang belum pernah kulihat gambar otaknya. Terpujilah dunia dalam berita mengokang senjata. Bangkai burung gagak berjatuhan ke pangkuan malaikat. Kau tahu kemarahanku sangat mesra, membuat bantal bantal panjang usia.
Kapal nabi nuh mestinya merapat ke luar angkasa setelah membaca tulisan pada semua tepi daratan di bumi sedang direnovasi, begitu pula mestinya kutulis di ujung jari, sedang direnovasi.
Malam yang indah bukan, merengek manja kepada mama. Mama yang lama. Kadaluwarsa. Lebih baik bicara dengan kata kata yang tidak dimengerti anak anak seperti ini*