Jumat, 16 November 2012

barak

Seorang tentara sedang dihukum mengupas berkarung karung kentang. Tangannya mengepal oleh gagang pisau, kukunya menghitam diserang getah kentang. Matanya gatal kelelahan. Namun yang paling menyedihkan baginya adalah kesadarannya, ternyata tentara juga butuh makan. Komandannya pasti akan menertawakan pikirannya, kentang butuh kesalahan seorang tentara supaya bisa dimakan. Simbiosis yang ganjil dalam sebuah perang. Tentara tiba tiba teringat ungkapan legendaris seorang pemimpin, aku datang, aku lihat, aku menang, ia berusaha mengingat kalimat dengan benar untuk diucapkan dengan geram kepada bangsa kentang. Tak masalah kalau salah, kentang tidak pernah belajar mendengar, kalaupun mendengar, kentang tidak akan bilang bilang. Pisaunya bergerak semakin mesra, menelanjangi kentang demi kentang untuk makan malam*