Rabu, 31 Oktober 2012

kota yang hilang

Sebuah kota yang bahagia.
Hanya ada satu makam di sana, dengan nisan terbuat dari kayu, kokoh, padat, berkilat, tanpa coretan atau pahatan.
Semua jasad penduduk kota dikuburkan di dalam satu liang lahat. Hingga yang mati tak pernah kesepian. Dalam satu satunya liang lahat di kota yang bahagia, mereka yang mati bisa mengulang kembali semua percakapan yang belum selesai. Kematian semeriah kehidupan.
Sebuah makam yang bahagia.
Seluruh penduduk kota berziarah di sana. Setiap hari, bersama sama atau bergantian penduduk kota menaburkan bunga dan doa doa ke satu malam bernisan kayu yang kokoh dan utuh. Para pejabat dan pemberontak, bangsawan dan rakyat jelata, tuan dan hamba saling berjumpa saat berziarah, berdiri berdekatan di depan nisan sambil mengenang kehidupan orang orang yang terkubur di satu liang lahat.
Liang lahat yang sangat kerap digali dan ditimbun, paling banyak ditaburi bunga.
Kabar tentang kota dan makam yang bahagia entah bagaimana akhirnya tersebar luas. Orang orang berdatangan dari luar kota. Kota semakin ramai dan megah, makam semakin semarak.
Mereka yang sebatang kara kebanyakan bercita cita hijrah ke kaota yang bahagia menjelang ajalnya. Sayang sekali kota yang bahagia tidak bernama dan tidak bisa ditemukan di peta*