Sabtu, 06 Oktober 2012

bulan madu

Waktu membentang luas pada gelap.
Kupejamkan mata, menemuimu menunggu di sebuah daratan tak bersekat. Apakah warna lantainya, permadani atau rerumputan mengalasi kaki. Mataharikah yang menaungimu, kau terlihat hangat dan bersinar. Apakah kau mengatakan sesuatu, sapaan riang yang ringan serupa kata kata, halo, hei...apa kabar, senang bertemu kembali. Apakah bahasa kita, terdengar indah nada bicaramu sempurna menyiratkan rasa. Yang entah.
Aku terjaga.
Bau samudra, alun gelombang, lenganmu menyentuhku, serupa laut yang pernah kukejar, sangat akrab. Kulit kerang, serpihan karang, seperti rumah. Aku tak kemana mana lagi. Kau sedang apa sekarang, menyusun pecahan mimpiku yang berserakan di pundakmu.
Waktu selalu meneduh bersama redup.
Samar samar kudengat kau datang lagi, atau kau tak pernah pergi.
Mendekati mataku yang menunggu, kaubawakan percikan air terjun yang sedang bermain di pintu langit. Tertawa manis digelitik cahaya. Apakah kau menyentuh kelopak mataku, sejuk sekali. Aku berbisik, belum tidur, jangan hentikan ceritanya.Senandungmu membuatku tak perlu tertidur agar terjaga. Tak perlu menutup mata untuk bermimpi indah.
Apakah kau jenuh pada mata berlumur rinduku. Tak mengapa, tak kenapa kenapa. Kau seperti selalu berkata kata. Genta jiwa mengetuk tanah, melambung, membangunkan surga jika ada surga. Lagu lagu membuaiku.
Aku tersesat. Wangi musim semi, rambutmu merangkai hutan sehabis hujan.
Waktu sembunyi di pagi hari*