Jumat, 26 Oktober 2012

gambar

Anak perempuan itu menggambar banyak garis panjang tersekat pada lengannya. Serupa barisan salib, tanda tambah pada aljabar atau pagar. Ia bilang itu bekas jahitan. Banyak sebab telah merobek kulitnya. Mata, hidung, siku, jari jari tangan semua yang menyentuhnya, semua yang berada di dekatnya adalah benda tajam. Aku tercengang mendengar imajinasinya. Anak perempuan itu ternyata lebih perasa ketimbang kelopak kelopak bunga. Kalau saja gambar bekas jahitan pada lengannya masih ada saat ia tumbuh dewasa, mungkin aku tak lagi harus percaya mujizat. Tak perlu mujizat untuk menghentikan benda benda tajam yang berkeliaran. Tak perlu obat atau alat menyembuhkan luka, karena tak ada luka. Cukup sebuah pena untuk menggambar bekas jahitan pada lengan yang tak pernah tersayat.
Ingin kudekap erat anak perempuan dengan mata, dada, lengan dan seluruh tubuhku, seluruhnya hanya sentuhan lembut serupa kabut membelai rambutku* .