Selasa, 23 Oktober 2012

notes

Kucatat namamu dalam sebuah buku hingga penuh seluruh halamannya. Buku pertama setebal hasratmu ketika memandang lereng gunung di kejauhan. Kulanjutkan mencatat namamu memenuhi buku ke duaku, kertas kertasnya seharum musim semi. Buku ke tiga segera sesak oleh namamu, warnanya serupa langit pagi.
Buku ke empat, ke lima, ke enam, namamu masih belum habis kucatat. Pada buku ketujuh aku ingin merasa cukup. Tanpa kusadari buku ke delapan lewat. Tiba tiba aku berada di halaman terakhir buku ke sembilan. Kutengadahkan kepala dari namamu yang memenuhi setumpuk buku. Kulangkahkan kaki di bawah ksdip bintang dan senyuman bulan.
Aku lega masih ada toko penjual buku belum menutup diri selarut ini. Harus kubeli sebuah buku lagi, buku ke sepuluh. Kuharap setebal rambutmu untuk mencatat namamu. Bagaimanapun menuangkan namamu ke dalam setumpuk buku, berapapun itu akan sangat meringankan tubuhku*