Minggu, 14 Oktober 2012

zig zag

Lampu membisu, kalimat idiotku. Lampu kunyalakan untuk kukenal kegelapan yang baru berlalu. Kegelapan pergi, berpindah tidak dengan tangan dan kaki. Kalau saja aku mahluk bercangkang yang belum menetas mungkin bisa kusampaikan pada udara, bahwa tak apa ia tak ada.
Jalan terdiam, kutinggalkan. Tersesat bukan kehilangan jalan. Kalau tahu tujuan mungkin aku butuh arah menuntunku. Berdoalah angin, agar daun daun bernyanyi kembali untukmu menari. Di luar atau di dalam, ada ruang. Pintu menghadap, menghalangiku menemui kehilangan.
Jendela terbuka mengantar jalan jalan pulang di pelukan hitam putih*