Rabu, 17 Oktober 2012

sampoerna

Jaman telah merdeka. Memberi manusia kemampuan memilih kelaminnya. Jaman tak butuh tuhan. Cukup guntingan rambut setebal kitab suci, tungkai sepatu setinggi menara menara tempat ibadah. Siapa masih bisa bersedih pasti tak berteman dengan jaman. Lalu kau menemukan namaku tersulam di baju seragam. Putih berlengan panjang. Tersayat sayat kemarahan atau kesepian. Sekarang aku kenal siapa pengkhianat sekaligus penghujat yang membuatku tergila gila. Teman teman sekelasku memberitahu yang tertera di halaman terdepan buku pelajaranku. Aku menjadikannya kekasih bagi diriku sendiri. Segelas kopi dingin menjelang basi.
Jaman merindukan tuhan. Rindu tidak sama dengan butuh. Satu tambah satu tidak sama dengan dua. Tertulis di perjanjian lama, kalau belum terbakar atau terbenam dalam koran*