Minggu, 28 Oktober 2012

kiss

Bicara cinta bisa jadi menjemukan.
Bagaimanapun yang menjemukan itu jauh lebih mudah dan menyenangkan daripada menyamarkan pembicaraan tentang cinta dengan kata kata penuh metafora.
Kenapa harus selalu mempersulit diri sendiri, mencoba membicarakan cinta dengan cara santun dan anggun, berharap cinta menjadi lebih bermakna dengan kalimat kalimat indah dan macam macam kiasan yang luar biasa.
Apakah cinta begitu angkuh atau malu malu. Tak rela terbaca apa adanya. Tak mau diketahui bahwa cinta hanya penuh cinta yang tetap begitu begitu sepanjang waktu.
Suatu ketika, entah kapan, selalu, saat bersamamu, aku ingin cinta menjadi jemu dengan segala topeng atau tirai yang membuatnya terkesan agung sekaligus misterius.
Apakah kucingku sedang bicara cinta dengan satu bunyi yang sama, ngeong, ngeong, ngeong, ketika berhadapan dengan lawan jenisnya. Atau kucing tak kenal cinta. Mungkin kucing betina menjilati pantat anaknya cuma berdasarkan naluri semata, tak ada kaitannya sama sekali dengan cinta.
Tidak semestinya menghubungkan cintaku dengan cinta kucing.
To the point saja, aku bicara cinta malam ini. Tanpa membawa bawa bulan dan bintang bintang, tanpa campur tangan angin dan ranting. Tanpa apa apa. Cuma cinta.
Aku ingin kau melotot kepadaku, menatapku dengan pandangan jenaka sekaligus menghina, lalu berbisik tajam,"sssttt, jangan bicara."  Kalau kurasa kurang, aku akan terus bicara cinta sampai kau muak, benar benar tak tahan, hingga mendiamkan bibirku dengan bibirmu, mengunci lidahku dengan lidahmu.
Jangan kaulepas, atau aku akan bicara cinta lagi*