Minggu, 22 September 2013

*

aku tak bisa. tak cukup pintar dan bijaksana untuk menentukan langkah siapapun. bahkan tidak cukup untuk sebuah benteng, seekor kuda, seorang prajurit, apalagi menteri, ratu dan raja. setiap kali melihat hamparan berpetak hitam putih itu, aku hanya ingin menari, memindahkan letak kedua kaki dengan ringan, atau meloncat ke petak putih dan hitam bergantian. atau mengayunkan kedua tangan, merobohkan semua pion yang tegak di sana. mengacaukan barisan, menghentikan perang. menindih kemenangan dan kekalahan dengan punggung atau lengan. berguling guling dan mengacak permainan macam anak kucing. mengerjapkan mata, meringis lalu menatapmu dengan pandangan manja dan tanpa dosa hingga kau tak bisa marah*