Jumat, 27 September 2013

*

hari ini perempuan itu mengenakan baju hijau. bawahannya panjang, warnanya meragukan, mungkin hitam atau kelabu, atau biru atau ungu. hari ini ia berdiri cukup jauh. jarak memudarkan aroma tubuhnya. tidak macam malam yang tidak meredupkan mataku untuk melihatnya. berdiri diam di hadapan kaca tebal yang lebih besar dari tubuhnya. perempuan berbaju hijau tertegun kemudian termenung. ia membelakangiku, tapi aku tahu ia matanya menatap lekat kepada sesosok mannequin bergaun putih. sesosok bentuk perempuan cantik yang berdiri tenang dalam etalase kaca. tanpa kehidupan, tak akan ada kematian. sesosok cantik bergaun putih, serupa gaun pengantin. sesuatu yang tampak serupa mata namun hampa membalas tatapan perempuan berbaju hijau di luar dunianya. perempuan berbaju hijau telah sejak lama kukenal namanya, orang orang menyebutnya mbak tutik. mbak tutik yang baik hati. kurus. hitam dan jorok selalu menarik minatku, segala yang dipunyai mbak tutik. beberapa hari sekali bajunya berganti warna, entah bagaimana caranya. mungkin sederhana seperti yang terjadi pada perempuan lainnya. rupa rupa warnanya, kecuali putih. kebetulan sekali malam ini, dalam perjalanan pulang kupergoki mbak tutik sedang memandangi mannequin bergaun putih.
kalau aku dia, tentu akan kukerjakan hal yang sama ketika tiba di hadapan etalase kaca, menemukan sesosok putri beku berdiri, bergaun indah yang warnanya belum pernah kukenakan. pada mulanya terpesona, tak dapat cepat mengalihkan pandang, tak beranjak, tak bergerak. meraba dan mengelus dinding kaca, terasa begitu nyata dan sungguh sungguh penghalang. antara aku dan perempuan beku di balik dinding tembus pandang. meskipun orang orang berkata aku tidak waras, hilang akal dan ingatan, naluri membuatku melihat perbedaan. aku tidak memahami arti cantik dan indah, hanya tak bisa lepas dari daya tarik sosok di balik kaca. aku tidak cukup gila untuk bertanya. apakah dia bahagia, hangat dan selamanya berada di sana. hanya melihat ke arahnya, caranya membalas memandang, gaun putihnya. bahkan aku lupa apa sebutan warna gaunnya. ganjil sekali. aku tak tahu bilik kaca tempatnya berdiam namanya etalase, aku tak tahu perempuan beku itu selalu begitu, tak tahu orang lain menamanya mannequin, bahkan tak tahu ia perempuan atau bukan. semua ketidaktahuan yang membuatku kehilangan minat untuk mengerjakan yang lain selain melihatnya. kulupakan kebiasaan mondar mandir sambil mengomel. diam. sesuatu yang indah di balik kaca juga diam. aku tak tahu, sesuatu di balik kaca itu sebenarnya sama persis denganku, tak tahu apapun. tentang aku atau dirinya.
aku bukan dia atau dia. tidak berbaju hijau kumal atau bergaun putih bersih. hanya saja kutemui diriku sendiri sedang terperangkap pada satu tempat dan waktu, sempit dan sebentar, disesaki ironi. kalau aku menjadi aku, kupecahkan dinding kaca untuk memecahkan kediaman dengan bisikan, terima kasih mbak tutik yang baik hati*. .