Jumat, 24 Januari 2014

catatan sebelah sandal

tak sempat kutanya, hendak ke mana, mengendarai apa, kapan tibanya. selalu terburu buru berlalu bersama seruanku, aku ikut dia, kepada semua, siapa atau apa saja yang keheranan.
jangan tersesat, tak sempat kukata, terima kasih, kepada yang peduli, baik hati, mau mengerti. aku harus melangkah bersamanya atau tak ke mana mana. tempat berpindah, alangkah bergegas langkahnya.
tidak, dia tidak melemparkanku ke arahmu karena muak. dia hanya ingin kau tahu, aku pasti membelanya mati matian. membantunya memberimu pelajaran, bagaimana mestinya tidak menjengkelkan seorang tampan yang baru saja mendaratkan sebelah sandalnya pada seraut wajah yang sedang terpana, tepat di antara kedua matanya yang membelalak. pletak 
aku baik baik saja, kataku, dia sangat baik kalau tidak sedang kesal pada seraut wajah, suaraku lantang walaupun baru terjatuh. pasanganku di sana mendengarku, tak cemas sendirian sebentar. seorang tampan tak bakal berlalu sebelum memungutku. sedikitpun, tak menghiraukan kegeraman pada seraut wajah, tak peduli diburu waktu, dia pasti mencariku sampai ketemu.
setiap jalan jalan dia selalu mengajakku, apalagi sekarang musim hujan. dia, tak suka memakai sepatu. tak perlu sepasang sepatu, tidak mengherankan untuk seorang tampan yang tidak sabaran*