Minggu, 19 Januari 2014

*

tikus tikus selalu lari terbirit birit saat aku datang. di semua ruang, setiap saat, selalu saja tikus tikus lari ketakutan. menyebalkan. aku selalu gagal mendekat, tidak seekorpun mau tinggal. aku kan tidak menakutkan, tidak bisakah seekor saja tikus mau bekerja sama, menyamakan aku dengan tokoh cerita yang dapat dijadikan sahabat kaum binatang. cara larinya memang menarik, tapi tak ada yang senang buru buru ditinggalkan ketika baru memasuki ruang. dasar tikus tidak punya perasaan. mungkin tikus punya perasaan cuma tak tahu kalau mereka punya perasaan. aku mau memberitahu kalau ada seekor tikus yang mau bicara denganku. ini bego betul. seandainya ada seekor tikus yang tidak kabur dariku, tetap saja tikusnya tidak akan bicara, bukan tidak mau, tidak bisa. aku tahu bedanya. ya sudah diam saja, asal jangan takut. jangan membuatku merasa menyeramkan. susah betul ya jadi tikus, seharusnya bukan aku yang bicara. tapi tikus. pernah ada dua ekor tikus menemaniku, tapi itu karena aku membelinya di pasar burung. dua ekor dalam satu kandang. manis sekali. bulunya putih, matanya merah, jari jari dan ekornya merah muda. teman teman mengataiku jorok dan aneh, aku senang. tikus putih kubawa berlari lari di lengan, memanjat bahuku, mencengkeram rambutku, kumasukkan ke dalam saku baju. di mana kusembunyikan sepotong keju yang kusisakan dari rotiku. senang sekali mengingat gerakan tangannya mengusap mulut sehabis makan. tapi sekarang adanya tikus hitam melulu, penakut, pengecut, membuatku suntuk. oh, jangan jangan karena tikus hitam. tikus hitam lebih besar dari tikus putih, bermata dan berekor kelabu. kenapa tikus hitam tak bisa dipelihara dalam kandang. tak ada yang menjual tikus hitam di pasar manapun. aku cuma manusia biasa, bukan raksasa berkulit hijau yang gemar makan tikus. mungkin tikus buta warna. aku sudah lupa banyak hal yang kutahu. mungkin tikus buta warna. kenapa bukan aku saja yang buta warna, biar semua tikus berwarna sama. bego sekali ngomongin tikus. tikus tikus lucu, menghuni rumahku, mencuri sendok nasi, menggigiti kaki boneka, lompat sana sini, lari lari, sembunyi di bawah mesin cuci. bagaimana caranya bikin tikus tikus hitam mengerti aku ingin sekali menjadikan mereka seperti tikus tikus putih. buang buang waktu saja mikirin tikus. justru itu, membuang waktu. lebih asyik membuang waktu dari pada menggunakan waktu. waktu itu, kukira serupa yang lain, lebih suka dibuang ketimbang dimanfaatkan. kalau tikus lebih suka diabaikan, dianggap tak ada, ya, itu sebabnya tikus tikus minggat secepat kilat saat aku datang. percuma saja, tak mungkin tikus dapat mengecohku untuk menciptakan kesan tidak ada tikus di rumahku. secepat apapun tikus tikus berlari dan sembunyi, tak pernah aku tak tahu ada tikus di situ. ini lucu. membuang waktu dan mencoba memahami jalan tikus.mungkin tikus menyangka rumahku adalah rumahnya, bisa didatangi, ditempati dan sewaktu waktu ditinggal pergi. rumah yang ramah, tikus tikus betah, selalu kembali waktu aku sudah pergi. rasanya ada yang tersirat, yang tidak tersurat. tikus tikus penakut itu sehati denganku yang menakutkan buat tikus, tentang rumahku. ya, kukira aku tahu apa yang pantas kubicarakan dengan seekor tikus saat mereka tidak lagi kabur menghindariku. rumahnya adalah rumahku. juga rumah kucing kucing itu. dunia sempit yang menelan alam semesta. atau mengulum saja, jangan menelan, tak ada yang habis atau hilang. mengulum alam semesta*