Sabtu, 11 Januari 2014

*

lihatlah, kau dan aku berada dalam satu ruang. bergantian memerankan seorang nabi dan seorang murtad. waktu menyerah menghadapi kita. coretan coretan di dinding bergetar tertawa, membaca khayalan. empat utusan tertidur, entah kelelahan, entah kehabisan kesabaran, menanti kita sepakat. manis sekali, keempatnya tergeletak berhimpitan. kalau dilihat sekilas mirip sebuah lambang pada rambu lalu lintas, atau sepotong daging zebra yang kulitnya masih melekat. hitam putih hitam putih. sesekali mereka mengigau, mengerang, seperti sedang bermimpi buruk tentang kemarahan masing masing tuannya karena kelalaian mereka tidak mencatat. ya, penjaga pintu neraka dan surga kadang kadang harus menerima dengan lapang dada. masih ada penghuni dunia yang tidak menginginkan yang lain, selain sebuah ruang untuk menertawakan khayalan, melipat angsa berbulu belang, membuat setiap malam kehilangan ingatan. coretan coretan di dinding tak bisa diam*