Minggu, 12 Januari 2014

tik tok

Ceceran saos tomat menjadi laut merah. Mangkok menggumamkan doa. Semoga meja atau saputangan terbelah. Percakapan sudah kelelahan, sendok lebih mulia. Menyuapkan pilihan cara cara mengunyah kerentanan, potongan kabar, dan lagu lagu nostalgia. Dan kita sudah dewasa, sudah dapat menggunakan jaket dengan retsleting di punggung.
Dada pantasnya mengenakan kaca mata kuda. Meringkik mesra kepada jantung, paru paru, roda, dan jemari tanganmu. Mereka semua tak pernah ke luar negara. Bersama mengigau, bersama menggugat, dari dan untuk pesawat terbang. Serbet saja rindu duduk di pangkuanmu. Apalagi aku. Untuk menderu. Keraguan busuk tentang garpu, tiga ujung dari satu pangkal dalam genggaman. Ada yang lebih menguntungkan ketimbang salah cetak. Tidak berdetak. Siapa. Siapa. Jantung dan virus berkaki seribu.
Lebih mudah bicara dengan batu. Berdoalah, supaya tidak tenggelam dalam semangkuk bakso. Padang rumput dan anjing saling melemparkan lonceng. Tembaga. Atau jelaga, yang menjalin rambutnya. Yang mau memeluk lutut. Masih ada gelas sedang malas, terperangkap dalam rumah kaca, sepatu kaca, pohon kaca, bibir kaca. Basah semuanya, juga berbusa*