Minggu, 26 Januari 2014

*

setiap hari ada yang baru. hari ini, setelah membaca beberapa tulisan yang bukan tulisanku, baru tahu aku ternyata lugu. tanpa kamus, sembarangan saja kupilih kata yang kusuka. lugu. kalau sedang optimis mungkin artinya naif, saat pesimis bisa jadi disebut goblok. ternyata dua duanya baik. baik tentu saja berbeda standar untuk setiap orang. baguslah. boleh saja setiap orang memikirkan atau tidak peduli, tapi aku, sekalipun super cuek, tetap tak bisa tidak memikirkan, selalu peduli pada diriku sendiri. jadi ingin nangis. aku lugu, naif, goblok. alangkah baik. persetan orang lain.
tapi tuham bukan orang lain, tak bisa kupersetankan tuhan itu. alasan paling singkatnya, aku butuh teman. semua orang butuh teman, merasa berteman dengan tuhan kalau tidak hebat, ya itu tadi, naif dan goblok. sangat mustahil percaya aku pernah sekolah, dari tk sampai sarjana, dan tidak tahu sejarah. tidak tahu karena tidak mau tahu. tidak tahu benar salah. satu satunya temanku, tuhan itu tidak pernah bertanya. tuhan memang hebat, tak pernah menggugat, tak pernah mengeluarkan pendapat. diam saja, tidak peduli temannya sesat. entah karena percaya atau tidak sayang, yang bikin tuhan selalu diam. aku bawel, berisik, nyebelin, persis peribahasa tong kosong nyaring bunyinya, temanku sebaliknya, entah apa peribahasanya, pendengar paling sabar sejagad raya. serasi sekali. tak terpikir sama sekali kemungkinan mempunyai tuhan sebagai teman hanyalah efek samping dari keluguan, kenaifan, kegoblokan paling dalam. biar. biar. biar.
bakal rumit jika harus diceritakan dari awal, sangat berpeluang membosankan. tak hendak kubuat satu satunya teman yang mendengarku jadi tak tahan.
ya, semua manusia pintar pintar, suer. cuma aku saja kebodohan yang tersisa. menjadi goblok bukan pilihan, rasanya seperti bangun pagi menemukan sinar dan kehangatan dari luar kamar datang mendekat. mutlak, tidak bisa tidak. bukan memilih goblok, cuma tahu pasti telah menjadi goblok. ingin nangis, tapi tak tahu kenapa mataku berair, salah satu bukti naif dan goblok yang terjadi setiap hari.
jadi bagiamana ini. satu satunya temanku bergeming. tidak menjawab, tidak mengisyaratkan petunjuk jalan keluar. kadang kadang sedih juga tak punya teman yang bisa diajak berdiskusi. kupikir pikir lagi, orang goblok mana bisa diskusi. tak ada yang sudi dekat dekat orang goblok, khawatir ketularan goblok. tidak aneh, malah sepantasnya. lihat saja, tak ada apapun yang penting pada hari ini, selain baru tahu aku lugu, gara gara membaca yang bukan tulisanku, aku tahu aku lebih banyak tidak tahu. bukan pura pura, sungguh sungguh tidak tahu dan tidak mau tahu.
apa aku mestinya kasihan pada satu satunya temanku. dia bisanya diam melulu, aku jadi terharu.
kusangka kalau sudah mengaku goblok, bakal aman. sangkaan orang goblok. pencuri meski sudah mengakui mencuri ya tetap mesti dihukum. kalau goblok sudah mengaku goblok, ya tetap masti menanggung akibat kegoblokannya. kira kira apa ya. tidak tahu, tidak ingin tahu. oh, tiba tiba ingat, yang pintar suka tertawa melihat dan mendengar orang goblok. aku sering tertawa mendengar dan melihat seekor semut yang kukira lebih goblok dariku. mungkin temanku satu satunya itu pentar, paling tidak lebih pintar dariku, aku bisa membayangkan tuhan tertawa. aku senang melakukannya, membayangkan wajah wajah tertawa. semakin banyak wajah tertawa, makin cerah dunia. makin cerah dunia. ya, memang cuma sebatas itu yang ku bisa, atau ku mau ya, tidak tahu. lugu, naif, goblok, sukanya cuma mendengarkan lagu lagu yang banyak kata kata, ai lov yu. mujurnya banyak lagu lagu macam itu, sangat banyak. biarlah goblok, asal tak kehabisan lagu. tidak harus pintar buat sekedar bernyanyi mengiringi lagu manapun*