Minggu, 24 November 2013

*


hampir dua jam berlalu. sejak ia duduk, gelasnya kosong, puntung sigaret dan abu mengisi asbaknya setengah penuh. belum juga datang yang ditunggu. lebih buruk dari itu, tidak tahu bahwa ia sedang menunggu. seekor katak yang tersesat di lantai kamar bergerak cepat. katak yang beruntung, tersesat tapi tahu pasti apa yang harus dikerjakan, bergerak dengan cekatan ke arah sebuah sudut yang terlindung. ia tiba tiba merasa payah, tidak tersesat dan terlalu besar. berada di sebuah tempat yang sangat dikenalnya dan tidak dapat meloncat loncat. tak ada sudut yang sanggup membuatnya merasa aman terlindung. waktu sama sekali tidak membantu. dua jam atau dua puluh empat jam bisa saja berlalu. mudah saja mengisi gelasnya atau mengosongkan kembali asbaknya. berdiri dan berjalan merupakan selingan ringan, serupa seekor katak yang kebetulan lewat. tidak ada satupun dari semua yang ada padanya mau memberitahukan padanya, satu atau dua hal yang hilang atau belum datang. ia menunduk untuk melenturkan otot punggung, sambil lalu matanya mencoba menemukan seekor katak yang baru melintas. saat kembali tegak dilihatnya seekor cicak sedang memandanginya penuh minat. separuh tubuh cicak tersembunyi di balik sebuah gambar. jika tidak dapat meloncat, belum tentu ia tidak bisa berdecak. berdecak jaub lebih sederhana. ia merasa lebih baik, seolah menemukan arah tanpa perlu melangkah. tempat duduknya hangat. jari tangannya juga hangat, menjepit setengah batang sigaret yang ujungnya menyala, berkilat merah sebelum mendarat ke dalam asbak. dua jam telah berlalu. bukan soal waktu, katak dan cicak juga tahu*