Minggu, 24 November 2013

*

setelah melupakan salju. dibukanya buku. buku tidak peduli salju. seberapapun genting musim dingin, buku tidak membeku. ia membalik lembar demi lembar kertas dengan suara meriah. sengaja memperdengarkan suara suara untuk menghibur dinding, jendela, pintu dan tirai yang berjuang dan tetap tegak demi kehangatan. ia tidak membaca, tapi mendengar lambaian kertas. sesekali dibuatnya bergegas, halaman berpindah cepat, terburu buru kisahnya berlalu. rasanya lucu. salju bergantungan di ranting, berpura pura menjadi daun. buku gelisah di tangannya, bertingkah serupa teman yang sabar mendengar. tidak ada yang lupa menaruh batas pada ruang. masih saja ada yang terlalu gesit, menyusup dan berkelit menghindari kelalaiannya melihat. melihat untuk mengingat apa saja yang mesti dilupakan. perapian dan cerobong asap pada musim panas*