Sabtu, 23 November 2013

*

dunia amburadul, negara carut marut, jiwa terkurung, tubuh terseret arus. begitu kira kira yang dibaca sajak sajak dari kalimat kalimat yang dirangkai penulisnya. tuhan kelihatannya sedang bingung atau tenggelam dalam kesibukan mengurus surga. setan tak sudi ikut campur, sudah wataknya, kejam, egois, lagi pula neraka selalu meriah. kalau sajak sajak boleh memilih atau mengutip sebuah syair, mereka tentu memilih buta huruf atau berkata, tidak ingin mati, melainkan tak pernah lahir sama sekali. siapa yang salah. tak ada. penulis penulis hanya menuliskan segala yang pernah dibacanya. jika tidak mau disebut kekanakan, tidak berwawasan, tidak peka pada keadaan, mengabaikan kemanusiaan, penulis mesti berani menuliskan sajak sajak yang menyuarakan kegetiran kenyataan. hati nurani dan kepentingan masyarakat luas tidak boleh dikorbankan demi kenyamanan sajak sajaknya.
dan kau seharusnya tidak mengada ada, macam perempuan tolol saja, sajak sajak tidak membaca penulisnya. kenyataannya, pembacalah yang membaca sajak sajak itu. jangan kecewakan pembaca sajak sajakmu dengan kecengengan dan khayalan picisan kesayanganmu. jangan mengajak khayalak tersesat dalam kalimat kalimat tak bermanfaat, mereka sudah cukup penat menghadapi dunia amburadul dan negara carut marut. mereka ingin bebas dan berdiri tegak dengan membaca sajak sajak yang benar.
begitu kira kira yang dibaca semacam perempuan tolol ketika mencoba menuliskan yang bukan sajak. sungguh sungguh tolol kalau ia benar berharap sajak sajak tidak dapat membaca penulisnya*