Sabtu, 16 November 2013

*

sebelumnya, saat kau atau aku tidak merasa cukup kuat merobohkan tembok manapun. tembok tembok belum tumbuh. sebelum kau atau aku menanam keteguhan. pohon pohon memanggil, menawarkan dahan, ranting dan buah buah kecil. kau atau aku dapat memanjat untuk melihat langit lebih dekat. jika kau atau aku tidak pernah merasa cukup tangguh untuk merobohkan tembok manapun. untuk menjadi kuat dibutuhkan penghalang, aku tidak ingat kau atau aku yang mengusulkan untuk menanam. kian hari kian perkasa, tembok berkata, jangan memanjat, jangan gunakan tangga untuk menyeberang. kita harus menerjang atau hanya saling mengenang. sepertinya kopinya kurang kental atau airnya kurang panas. kau atau aku membuat alasan. sebelumnya, kita telah sepakat untuk lebih kuat. tembok setuju untuk menunggu keraguan tumbuh, tapi tidak mengembalikan waktu kepada pohon pohon.
sesudahnya, kau atau aku menguburkan hasrat, menggali, kemudian menimbun tanah hanya dengan kedua tangan. tanpa pusara. kita tak usah menziarahi yang tidak mati. seekor binatang mungkin menjatuhkan remah remah biji dari mulutnya suatu hari. beberapa tunas bisa saja tumbuh meskipun kau atau aku tidak menanam. pada ujung daunnya, kau atau aku, entah siapa yang lebih dulu, melihat sesuatu yang samar sekaligus hangat dan dekat. seperti bangkit dari kuburnya, seperti pernah dikubur hidup hidup. kau dan aku berdebat. seperti yang selalu terjadi sebelum memanjat, sebelum tahu rasanya menjadi kuat. dahan itu lebih kuat, tapi yang ini buahnya lebih lebat. tak ada tembok mendengar. kau dan aku berdebat sambil memanjat. tahu tahu langit mendekat. sepertinya kopinya masih hangat*