Senin, 01 Juli 2013

singkat tangan

akibat mematuhi nasehat kitab suci aku tidak pernah memberi. kubiarkan setiap sosok yang mengiba atau meminta berlalu dariku dengan tangan hampa. lebih baik begitu dari pada pemberianku sia sia. karena tidak sanggup memenuhi kebutuhan penerima, tidak pula mendatangkan pahala.
kitab suci berkata, jika memberi dengan tangan kanan, sembunyikanlah dari tangan kiri. kitab suci mestinya serupa orang suci, sukar dimengerti. kalau saja nasehatnya menyebutkan mata, akan jauh lebih mudah. aku bisa memberi sambil memejamkan sebelah mata, sebelah manapun tak masalah. tapi tangan tak punya mata. lagi pula para orang tua dan guru sering berpesan untuk memberi dengan sopan, dengan sepenuh hati, dengan mengulurkan kedua tangan. sampai hari ini, aku masih tak mengerti bagaimana caranya memberi dengan sepenuh hati mesti dikerjakan tanpa diketahui salah satu sisi tanganku. bahkan aku tak tahu apakah masing masing tanganku memiliki mata dan kehendaknya sendiri. bagaimana caranya mengatur sesuatu yang tidak diketahui dengan pasti. seorang hakim agung paling bijaksanapun akan memutuskan hukuman seorang pencuri yang tertangkap adalah untuk seluruh anggota tubuh pencuri. dari ujung kepala sampai ujung kaki si pencuri harus menanggung akibat dari perbuatannya, bukan cuma kedua tangan atau malah cuma salah satu sisi tangannya. kenapa dalam hal memberi harus dirumitkan kitab suci. tidak mengherankan kalau di dunia yang kebanyakan dihuni oleh manusia yang patuh kepada nasehat kitab suci dapat ditemukan lebih banyak pencuri ketimbang manusia murah hati. dan tidak sepantasnya menyalahkan kesucian, kitab atau orang. aku hanya merasa kalau kedua tanganku saja bisa tidak sepakat tentang satu hal, dalam hal ini memberi, apalagi yang layak kuharapkan dari yang lain.
tidak memberi sama dengan tidak menyebabkan yang lain menjadi penerima. setiap manusia secara naluriah lebih senang menjadi pemberi, bukan penerima. aku boleh sedikit lega, dengan kedua tangan saling menyilang mendekap dada, aku menyenangkan diriku dengan pikiran, mematuhi nasehat kitab suci, sekalipun tidak mengerti, pasti tidak akan berakibat buruk untuk siapapun*