Senin, 29 Juli 2013

*

keinginan menulis semakin tak tertahan ketika tidak tahu apa yang harus ditulis. memikirkan tulis menulis, sedang kucari tahu apakah aku dan tulisanku benar benar saling membantu. mengerjakan sesuatu tanpa tujuan sangat mengasyikkan, salah satu kesenangan yang sanggup menyaingi kekayaan, material juga spiritual. sedang kucoba buktikan untukku. paling tidak kegiatan menulis selalu terasa lebih terhormat ketimbang retail terapi, apapun obyeknya. lagian menghamburkan kata kata sebanyak apapun tak bakal bikin bangkrut. cara pandang yang mengharukan, cuma orang melarat yang punya. menulis banyak menjadikanku banyak membaca. membaca tulisan sendiri tidak perlu menyisihkan anggaran lebih untuk membeli buku. apa namanya tidak bijaksana. karena pertimbangan serupa, tenggang rasa dan tidak ingin membebani pihak lain yang berhasrat besar menulis tanpa mampu banyak membaca, kusimpulkan bahwa industri penerbitan adalah bagian terburuk dalam bidang kesusastraan. tentu saja tak pantas mengatakannya kepada pihak pihak yang bersangkutan, kebenaran lebih kejam dari kesalahan. mengenal kesalahan menjadi awal pencarian kebenaran. sementara untuk manusia manusia solitair, egois dan hedonis macam aku, tidak usah mencari, apakah itu kebenaran, tinggal membalik badan, menengok ke kiri atau kanan, membuka atau menutup mata, kebenaran akan datang mengejutkan. seperti seorang kakek yang ketagihan melihat gelak tawa cucunya dari balik surat kabar. semuanya serba instan, tak perlu dipikir dan diuraikan lebih panjang, sret, sret, jadilah kegembiraan, sendiri dan menikmati sepenuh hati. whatever, kelihatannya keren kalau bilang begini. whatever, kutulis ini ketika aku tak tahu apa yang harus kutulis. tanpa niat mengintimidasi kenyataan selama berabad abad, kutuliskan, sekali lagi ketika aku tidak tahu harus menulis apa. dengan kepala dan jiwa besar, kusadari tulisanku mungkin berbeda pada saat tahu pasti harus menulis apa. semudah menggerakkan kepala dan kelopak mata, akan kusampaikan pandangan berbalik arah kapan saja kudapatkan pilihan atau tawaran lebih menguntungkan dalam bentuk material atau spiritual. masih kuingat benar, konon ketidak pastian adalah ciri ciri kebijaksanaan manusia. adakah yang lebih sempurna dari manusia*