Minggu, 07 Juli 2013

dogma

harus berapa kali kunasehati diriku untuk berhenti membohongi diriku sendiri. lebih memuakkan lagi aku tidak percaya aku butuh menasehati diriku sendiri. seperti kawanan serangga pemuja cahaya, terus menerus menghampiri terang tanpa melihat kenyataan, bangkai kawanannya, atau yang sekarat dan masih berputar putar kehilangan sayap, menanti ajal. mungkin sudah ribuan kali kupakai pengandaiaan ini, belum mampu ketemukan yang lebih mendekati kenyataan. apalagi yang kukehendaki, banyak sekali, sebanyak yang telah kumiliki. pasti aku tidak sendiri merasakan ini semua. tuhan yang baik tak hendak menuntunku ke jalan yang benar. aku bukan domba, justru itulah masalahnya, seekor domba tidak akan bertingkah macam macam. tidak ada kebetulan. kebetulan tidak samakah dengan kebenaran, betul tidak berarti benar. bukan masalah makna kata dalam bahasa. semakin panjang aku khawatir akan semakin banyak kebohongan. aku beruntung masih punya tempat membuang sampah. mencegah kepalaku membusuk sampai membunuhku. tapi kebohongan serupa sesuatu yang bisa didaur ulang dengan sangat mudah, kukira sayang sungguh sungguh dibuang, masih bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan. ini juga kebohongan. kebohongan bahwa aku pernah ingin berhenti membohongi diriku sendiri. aku merasa serupa seekor ternak yang sedang berbaring di padang rumput sambil memamah biak. tuhan maha baik, maha pengampun, tak perlu kuminta maaf. tapi bukan tuhan sendiri yang mengatakan demikian. aku sedang menunggu tuhan berkata kata, kalau aku kebetulan benar benar bukan seekor ternak. memangnya aku siapa sampai merasa pantas menerima perkataan tuhan dengan indera pendengaranku. hahaha... aku ingat sebuah film lama, tuhan diperankan seorang perempuan, penyanyi bersuara hebat, ketika adegan tuhan bicara, perempuan pemeran tuhan membuka mulutnya lebar lebar, mengeluarkan suara dahsyat yang membuat semua tokoh dalam film itu seolah olah diterjang badai. tidak ada kata kata yang bisa dipahami, mungkin gambaran yang mirip dengan kebenaran atau kebetulan. aku tidak yakin. bagaimana ini, aku tidak bisa berhenti. aku bukan serangga dan tidak akan sekarat karena sayapku patah, atau hangus oleh nyala cahaya. mengerikan sekali. aku tidak tahu cara berhenti. sudah habis secangkir kopi. tidak ada serangga, tidak ada domba atau ternak apapun dalam kamarku, kalau aku tidak sedang mengatakan kebohongan, tuhan juga tidak kelihatan. ketika aku merasa rindu mengerjakan sebuah pesan, datanglah padaku kalian yang letih dan berbeban berat. aku bukan kalian, belum letih dan tidak sedang mengangkut beban, bahkan aku tidak berjalan, tidak pergi atau datang. wahh*