Senin, 01 Juli 2013

ilusi

setelah bersusah payah melewati jalan setapak licin menanjak, penuh belukar dan bebatuan, harus pula ditempuh sambil menyandang ransel berat, akhirnya tibalah di puncak sebuah gunung. waktunya berdiri tegak memandang semua yang letaknya lebih rendah. puncak ternyata bukan apa apa, tak lagi tampak rupanya yang elok seperti yang kulihat sebelum kuinjakkan kaki di atasnya. sekarang saatnya menikmati ketinggian. dan kepuasan telah berhasil menaklukkan diriku sendiri. kepuasan menertawakan kelelahan. kepuasan ternyata benar benar telah menaklukkan. kepuasan itu tahu pasti, seorang manusia tolol rela membiarkan dirinya mati matian, tidak berpikir panjang menghadapi resiko kehilangan hidup, hanya untuk berjumpa dengannya di puncak sebuah gunung. aku merasa dikibuli, kepuasan sangat lihai mengaburkan pandangan. seolah olah ada sesuatu yang lebih dari sekedar hamparan dunia bagi setiap orang yang rela menahan banyak kesukaran untuk berada lebih tinggi dari kebanyakan manusia lain. sekarang apalagi. kepuasan menyematkan namanya di dadanya sendiri, nama yang sangat tepat sesuai wataknya. bikin aku iri. kepuasan kini berdiri megah di atasku, memamerkan langit. aku merasa kecil, kutendang sebutir kerikil ke arah wajah kepuasan yang berseri seri*